News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ada Solidaritas, Kemarahan dan Kesedihan dalam Unjuk Rasa Bela Floyd di London

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah demonstran berlutut dan meneriakkan yel-yel di depan Kantor Polisi Detroit saat melakukan aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd, di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat. AFP/Seth Herald

Laporan wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Ada solidaritas, kesedihan dan kemarahan di London pada Rabu (3/6/2020), ketika ribuan orang muda berunjuk rasa untuk memprotes pembunuhan warga Afrika-Amerika, George Floyd dalam tahanan polisi Amerika Serikat (AS).

"Saya telah melihat video mengenai kejadian ini di media sosial dan itu benar-benar trauma bersama," kata Sharleen, 18, yang bergabung dengan aksi unjuk rasa di Hyde Park.

Baca: Jokowi Pasang Target Baru: Uji Spesimen Virus Corona 20.000 per Hari

"Semua teman saya, sejak ini, kita tidak merasakan hal yang sama. Ini seperti rasa sakit yang melalui kita semua pada waktu yang sama," jelasnya.

"Itu berubah dari kemarahan ke kesedihan, itu hanya sesuatu yang Anda tidak bisa menjelaskannya," ucapnya.

Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika yang tidak bersenjata, meninggal pada 25 Mei di Minneapolis, setelah polisi kulit putih berlutut di lehernya selama hampir sembilan menit.

Insiden, yang ditangkap di kamera, telah memicu aksi unjuk rasa protes luar biasa di seluruh Amerika Serikat dan seluruh dunia.

Di London, demonstran melalui ibukota menuju kantor Perdana Menteri Boris Johnson di Downing Street.

Aksi ini berjalan damai. Demonstran mengelu-elukan nama Floyd saat mereka berjalan dan kendaraan yang berpapasan dengan mereka membunyikan klakson bentuk dukungan.

"Ini adalah gerakan yang penting," ucap Lisa Ncuka, seorang mahasiswa berusia 26 tahun, kepada AFP.

"Setiap orang harus berada di sini berjuang untuk kesetaraan. Ini bukan hanya masalah AS, tapi seluruh duniadan kita perlu datang bersama-sama dan menyebarkan kesadaran ini."

Ribuan demonstran meneriakkan, "tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian."

Banyak demonstran mengenakan masker wajah dan berpakaian merah.

Beberapa spanduk bertuliskan slogan seperti: "rasisme adalah isu global " dan "jika Anda tidak marah, Anda tidak punya perhatian."

Mereka mengelu-elukan nama "George Floyd " dan menyerukan "Peduli hidup warga kulit hitam".

"Kami datang ke sini bersama teman kami untuk membunyikan alarm, untuk membongkar sistem supremasi," kata kordinator aksi, Koromah.

"Saya tidak ingin mulai menangis," katanya tentang situasi di Amerika Serikat.

"Itu hanya akan membuat darah saya mendidih," ucapnya.

Floyd meninggal setelah seorang polisi kulit putih menindih lehernya dengan lutut selama hampir sembilan menit di Minneapolis pada 25 Mei.

Kematiannya telah memicu kemarahan masyarakat di Amerika Serikat dan dunia atas diskriminasi ras dalam sistem peradilan pidana AS dan menimbulkan pertanyaan tentang rasisme di seluruh dunia.

Di Amerika Serikat, ada sebagian besar aksi damai untuk mendukung Floyd masih berlanjut, meskipun ada beberapa orang telah melakukan vandalisme, pembakaran dan penjarahan.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan pada hari Rabu (3/6/2020), kehidupan warga kulit hitam penting.

Karena itu ia mendukung hak untuk melakukan aksi protes dengan cara yang sah dan tetap menjaga jarak di tengah pandemi virus corona (Covid-19).

"Tentu saja, kehidupan warga kulit hitam penting dan saya benar-benar memahami kemarahan, kesedihan yang dirasakan, tidak hanya di Amerika tetapi di seluruh dunia dan di negara kami juga," katanya.

Sebelumnya pada Minggu (31/5/2020), ratusan orang berunjuk rasa di London dan Berlin sebagai solidaritas kematian George Floyd, yang terekam di video terengah-engah saat polisi kulit putih menekan lehernya dengan lutut di Minneapolis.

Baca: George Floyd Positif Covid-19, Hasil Autopsi Sebut Kemungkinan Dia Sebagai Carrier Virus

Para pengunjuk rasa berlutut di Alun-alun Trafalgar, di pusat Kota London, dengan meneriakkan "Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian".

Mereka lantas bergerak melewati Gedung Parlemen dan mengakhiri aksinya di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat. (AFP/Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini