TRIBUNNEWS.COM - World Health Organization (WHO) melanjutkan penelitian untuk obat malaria hidroksiklorokuin, Rabu (3/6/2020), guna mencari tahu apakah efektif dipakai mengobati Covid-19.
Pekan lalu, WHO mengumumkan menangguhkan sementara penelitian hidroksiklorokuin.
Kebijakan tersebut diumumkan WHO karena muncul kekhawatiran tentang dampak buruk hidroksiklorokuin terhadap jantung.
Lebih jauh, mengikuti publikasi studi Lancet pada 22 Mei 2020 lalu, penelitian melibatkan lebih dari 96.000 orang.
Dikutip Tribunnews dari Time, studi tersebut menemukan obat malaria itu tidak meningkatkan kelangsungan hidup di antara pasien dengan Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
Pasien, menurut hasil studi, lebih mungkin mengembangkan kelainan denyut jantung, sebagai efek samping obat dibanding mereka yang tidak diberi obat.
Baca: WHO Tunda Uji Coba Obat Hidroksiklorokuin untuk Pengobatan Virus Corona
Baca: Studi Penggunaan Hidroksiklorokuin untuk Covid-19 Dipertanyakan 120 Peneliti dan Profesional Medis
Baca: Prancis Larang Penggunaan Hidroksiklorokuin, Obat yang Diklaim Trump Sembuhkan Covid-19
Secara terpisah, peneitian lain mengungkapkan orang yang menggunakan hidroksiklorokuin tidak mendapat manfaat.
Hasil dari satu percobaan yang dilakukan di New York menunjukkan, pasien Covid-19 yang menggunakan hidroksiklorokuin sama-sama membutuhkan ventilator dan meninggal karena virus corona.
Terkait uji coba untuk obat malaria hidroksiklorokuin ini, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesys angkat bicara.
Dalam konferensi pers yang digelar 3 juni 2020, Dr Tedros mengatakan, dewan agensi meninjau data mengenai resiko jantung.
Dr Tedros menambahkan, dewan agensi menemukan tidak ada alasan untuk memodifikasi uji coba.
Baca: Rusia Tak Akan Larang Hidroksiklorokuin, Obat yang Dikonsumsi Trump untuk Lawan Covid-19
Baca: Masalah Keselamatan Nyawa, WHO Hentikan Sementara Penggunaan Hidroksiklorokuin untuk Covid-19
Penggunaan Hidroksiklorokuin
Lebih jauh, saat ini hidroksiklorokuin disetujui AS dan negara-negara lain untuk mengobati malaria dan gangguan autoimun tertentu, seperti lupus dan rheumatoid arthritis.
Secara terpisah, penelitian kecil di Perancis yang dipublikasikan Maret 2020, menyarankan hidroksiklorokuin mungkin efektif mengurangi beberapa gejala Covid-19.
Dokter mulai menguji obat di antara pasien untuk penyakit virus corona.
Studi-studi itu, termasuk studi yang dipimpin oleh Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) saat ini tengah berlangsung.
Beberapa ahli percaya, obat itu mungkin membantu mengendalikan Covid-19.
Sebagian fungsinya untuk menghalangi kemampuan virus untuk mengikat sel-sel tubuh.
*WHO belum menyetujui obat atau vaksin apa pun untuk mengobati Covid-19. Penelitian lebih lanjut tengah dikembangkan.
Baca: WHO Ungkap Kemunculan Ebola Baru di Afrika, Covid-19 Bukan Satu-satunya Ancaman Kesehatan
Baca: Covid-19 Bukan Satu-satunya Ancaman Kesehatan, WHO Ungkap Kemunculan Ebola Baru di Afrika
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)