TRIBUNNEWS.COM, LILLE - Polisi Perancis menembakkan gas air mata untuk membubarkan sekitar 2.000 demonstran di kota Utara Lille pada Kamis (4/6/2020) waktu setempat.
Para demonsran meyuarakan protes atas kematian warga kulit hitam Amerika Serikat (AS) dalam tahanan polisi, pada 25 Mei lalu.
"Tidak ada keadilan, tidak ada damai," demikian seruan ribuan demonsran.
Ribuan demonstran ini bergabung dengan aksi-aksi yang sama di seluruh Amerika Serikat setelah kematian George Floyd yang tidak bersenjata di tangan polisi.
Baca: Sama dengan George Floyd, Siapa Adama Traore? Korban Kekerasan Polisi yang Sebabkan Prancis Rusuh
Para peserta pawai juga mengacungkan plakat, berbahasa Inggris bertuliskan, "kehidupan warga kulit penting," "Saya tidak bisa bernapas," dan "Hentikan kekerasan polisi."
Sebagian besar demonstran adalah anak muda yang berjalan ke pusat kota. Mereka juga menyerukan "Keadilan untuk Adama."
Adama Traore adalah seorang pria kulit hitam muda yang tewas dalam tahanan polisi Perancis pada 2016.
Pada Kamis (4/6/2020), polisi di Lille menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa.
Meskipun demikian para demonstran masih tetap bertahan hingga malam tiba.
"Hari ini orang merasa distigmatisasi, dikucilkan oleh Republik dan rakyat ini... menuntut untuk semuanya diintegrasikan, diakui, diperlakukan sama seperti orang lain," tegas salah satu orator berusia 32 tahun, Sofian Betrancourt, kepada AFP.
"Pertanyaan tentang tindak kekerasan polisi telah ada bertahun-tahun, tetapi pada saat yang sama ketidaksetaraan ini ditampilkan secara global," jelasnya. (AFP/Channel News Asia)