News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusuh di Amerika Serikat

Pria Kulit Hitam Pendukung George Floyd Ancam Ledakkan Kantor Polisi dan akan Bunuh Aparat

Penulis: Ifa Nabila
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah demonstran berlutut dan mengangkat tangan saat melakukan aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd, di Canal Street, New York, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat.

TRIBUNNEWS.COM - Daravius Toliver (20), seorang pria kulit hitam yang ikut memperjuangkan keadilan untuk George Floyd ditangkap polisi.

Menurut polisi, penangkapan Toliver disebabkan dirinya mengancam akan meledakkan kantor polisi dan membunuh para aparat kepolisian.

Dikutip Tribunnews.com dari foxnews.com, ancaman Toliver ditujukan kepada polisi di Sanford, Florida, Amerika Serikat.

Ancaman Toliver ditulis melalui akun media sosialnya.

"Kantor Polisi Sanford, aku harap kalian akan merasakan (sumpah serapah)," tulis Toliver.

"Aku akan membunuh kalian semua dan meledakkan kantor," imbuhnya.

Baca: Kisah Wartawan Kulit Putih Ditindih Polisi saat Demo Bela George Floyd, Dipenjara Bersama 15 Orang

Baca: Bintang Film Dewasa Ngaku Sempat Diturunkan dari Pesawat setelah Pidato soal George Floyd

Di unggahan lainnya, Toliver juga menulis hendak mengubah kantor polisi menjadi seperti lelehan keju Swiss.

Dalam unggahan terakhirnya, ia turut menandai akun kantor polisi setempat.

Kini Toliver ditangkap dengan tuduhan menulis atau mengirim ancaman untuk membunuh atau melukai, serta mengancam akan mengebom atau menggunakan alat penghancur.

Menurut hukum yang berlaku, ia treancam dihukum penjara 15 tahun.

Toliver saat ini sudah ditahan dengan jaminan 30.000 dolar AS atau sekitar Rp 423 juta.

Belum jelas apakah nantinya Toliver akan mendapatkan pengacara yang bisa meringankan hukumannya.

Tewasnya warga keturunan Afrika-Amerika George Floyd akibat penganiayaan yang dilakukan seorang polisi di Minneapolis, Minnesota, Amerika Serikat (AS) telah memicu terjadinya aksi protes di seluruh wilayah AS, termasuk kota New York. (Sputnik News)

Baca: Polwan Terlibat Penembakan dalam Demo Bela George Floyd, Menewaskan Pria Kulit Hitam David McAtee

Baca: Setelah Wartawan Kulit Hitam, Polisi Lumpuhkan Jurnalis Kulit Putih dalam Demo Bela George Floyd

Nasib Polisi Korban Demo Dipertanyakan

Pengamat politik Amerika Serikat, Sean Hannity menyoroti demo membela George Floyd yang di antaranya berlangsung ricuh penuh kekerasan hingga penjarahan.

Dikutip Tribunnews.com dari foxnews.com, Hannity mempertanyakan apakah orang-orang yang menuntut keadilan bagi George Floyd ini juga memikirkan keadilan bagi para korban demo yang di antaranya adalah polisi.

Hannity berfokus kepada orang-orang yang memperjuangkan George Floyd dengan benar-benar turun ke jalan untuk berdemo.

"Semua orang yang melihat video (Floyd) pasti memiliki kesepakatan, mungkin dengan pengecualian bagi mereka pejuang keyboard dengan pakaian dalam mereka, di ruang bawah tanah mereka, bicara pada diri mereka sendiri," ujar Hannity.

Ia mengaku paham bahwa apa yang terjadi pada George Floyd memang benar adanya dan bisa saja terulang.

"Tapi yang terpenting, ada kesepakatan bulat tentang ini, bahwa kita semua melihat dengan mata kepala sendiri, kejadian ini (bisa terulang) di negara ini. Orang-orang berhak menuntut keadilan bagi George Floyd," tuturnya.

Kemudian Hannity menyorot kepada korban kericuhan dalam demo yang belum pasti ada pihak memperjuangkan hak mereka.

"Banyak orang yang kini terluka parah, di antaranya meninggal dunia, dalam kerusuhan hebat ini. Apakah mereka akan menuntut untuk keadilan?" tanya Hannity.

Tak hanya kepada pendemo, Hannity juga menyinggung polisi yang menjadi korban tewas saat mengamankan demo.

Hannity menyebutkan beberapa contoh peristiwa di mana polisi menjadi korban luka hingga tewas dalam demo itu.

"Lihatlah (mantan) Kapten Polisi St. Louis, David Dorn, yang tertembak dan tewas oleh penjarah. Bagaimana dengan empat polisi St Louis lainnya yang juga tertembak saat demo ricuh?" tanya Hannity.

"Apakah mereka juga akan menuntut keadilan untuk polisi di Vegas yang kondisinya kritis karena kepala bagian belakangnya ditembak oleh perusuh?" imbuhnya.

Para penjarah keluar dari sebuah toko perhiasan saat terjadi aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd, di Long Beach, California, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat. (AFP/Apu Gomes)

Ia lalu beralih pada kekacauan di New York yang membuat lebih dari 30 polisi menjadi korban.

"Ini tidak bisa diterima. Lihatlah di Kota New York. Anarki semakin memburuk dan di luar kendali," ujar Hannity.

"Seorang polisi New York dipukuli seorang perusuh di dalam mobil. Polisi lain juga dipukuli massa yang marah. Sejauh ini, lebih dari 30 anggota polisi New York yang terluka karena perusuh," ungkapnya.

Dalam komentarnya itu, Hannity mengkritik Wali Kota New York Bill de Blaiso yang ia sebut sebagai politisi terbodoh yang harusnya ikut mengambil tindakan nyata dalam mengamankan demo.

Ia juga mengomentarai Gubernur Andrew Cuomo yang malah memberlakukan undang-undang di mana perusuh akan mudah bebas dari penjara.

"Polisi kini dipaksa untuk menghadapi kriminal yang sama malam demi malam," ucapnya kesal.

(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini