TRIBUNNEWS.COM - Wabah virus corona di Brasil kian memburuk setelah angka kematiannya melebihi Italia.
Worldometers pada Minggu (7/6/2020) mencatat 36.044 korban jiwa Covid-19 di negara ini.
Di bahwa AS dengan jumlah 112.096 dan Inggris 40.465, sedangkan Italia di angka 33.846.
Namun dengan peningkatan ini, Presiden Jair Bolsonaro tetap konsisten menganggap virus corona bukan ancaman yang berbahaya.
Bahkan awal pekan ini dia melontarkan pernyataan kontroversial saat ditanya wartawan tentang angka kematian yang tinggi.
"Saya menyesali semua yang mati tetapi itu adalah takdir setiap orang," kata Bolsonaro kepada wartawan dikutip dari Fox News.
Baca: Dinasihati WHO Agar Perkecil Penularan Wabah, Brasil Malah Ancam Akan Keluar dari Anggota WHO
Baca: Brasil Mulai Membuka Negara Disaat Angka Kematian Covid-19 Hampir Duduki Terbanyak Ke-2 di Dunia
Universitas John Hopkis pada Jumat (5/6/2020) lalu mencatat hampir 615.000 infeksi Covid-19 di Brasil dengan 34.000 lebih kematian.
Tajuk dalam harian lokal, Folha de S Paulo, menyoroti angka ini karena pengumumannya tepat 100 hari setelah Bolsonaro mengatakan virus corona hanya 'flu kecil'.
Faktanya saat ini setiap menit virus itu merenggut nyawa warga Brasil.
"Ketika Anda membaca ini, seorang Brasil lainnya meninggal karena virus korona," kata surat kabar itu.
Bolsonaro menentang adanya karantina wilayah dengan mendukung pengunjuk rasa yang ingin militer mengkudeta Kongres dan Mahkamah Agung.
Bolsonaro dan para pendukungnya ingin ekonomi berjalan seperti semula.
Dia berdalih keselamatan ekonomi lebih penting daripada risiko kesehatan masyarakat.
Pada tayangan live di Facebook, Presiden Bolsonaro juga menyerukan agar pengacara federal menuntut negara agar segera membuka pantai dan bisnis yang tidak penting.
Pemerintah Menghapus Data Resmi Covid-19
Pemerintah Brasil menghapus data Covid-19 yang sudah terkumpul selama beberapa bulan dari situs web resmi negara, sebagaimana dikutip dari BBC.
Kementerian Kesehatan mengatakan sekarang hanya akan melaporkan kasus dan kematian dalam 24 jam terakhir, tidak lagi memberikan angka total seperti kebanyakan negara.
Sebaliknya, kementerian hanya menyatakan bahwa ada 27.075 kasus baru dan 904 kematian dalam 24 jam terakhir.
Pihaknya juga mengatakan bahwa 10.209 pasien telah pulih.
Bolsonaro mengatakan data kumulatif tidak mencerminkan gambaran saat ini.
Baca: Berdikari Impor 50 Ribu Ton Daging Kerbau India dan 10 Ribu Ton Daging Sapi Brasil
Baca: Bintang Film Panas Asal Australia Diusir Dari Pesawat di AS Karena Bicara Soal Kematian George Floyd
Kendati demikian dia tidak menjelaskan alasan pasti di balik penghapusan data akumulasi ini.
Presiden mengatakan langkah-langkah tambahan sedang diambil untuk meningkatkan pelaporan kasus.
Meski tercatat ada lebih dari 640.000 infeksi, para ahli meyakini jumlah aslinya jauh lebih tinggi karena pengujian yang tidak memadahi.
Keputusan penghapusan data menuai banyak kritik dari jurnalis hingga anggota Kongres.
Penghapusan data terjadi setelah Brasil melaporkan lebih dari 1.000 kematian selama empat hari berturut-turut.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)