TRIBUNNEWS.COM - Pengunjuk rasa anti-rasisme di Inggris merobohkan patung seorang 'pedagang budak' yang hidup di abad 17-an.
Aksi ini merupakan buntut dari protes George Floyd yang meluas ke Inggris dan negara Eropa lainnya.
Dikutip dari CNN, para pengunjuk rasa di Kota Bristol, Inggris Barat Daya mengikat patung perunggu Edward Colston dengan tali.
Baca: Wali Kota Washington Ikut Protes AS dengan Resmikan Nama Jalan Black Lives Matter Plaza
Baca: Prediksi Tottenham Hotspur vs Manchester United Liga Inggris, Mourinho Siapkan Duet Kane-Bergwijn
Massa beramai-ramai menjatuhkan patung tersebut sambil bersorak.
Mereka menggulingkan patung ini hingga ke pelabuhan terdekat dan melemparkannya ke Sungai Avon.
Patung perunggu Edward Colston terletak di Colston Avenue di pusat kota dan dibangun untuk menghormati 'putra paling berbudi luhur dan bijaksana' di Bristol.
Namun beberapa tahun terakhir ini, para aktivis merasa patung tersebut tidak pantas berdiri di sana.
Sebab Colston adalah sosok yang terlibat dalam perdagangan budak Inggris, sebagaimana dikutip dari ITV News.
Terlahir dari keluarga pedagang Bristol yang makmur, Colston dididik di London dan bergabung dengan Mercers Company pada 1673, di mana dia berdagang tekstil, wol, dan anggur.
Colston juga menjadi anggota Royal African Company, perusahaan monopoli perdagangan budak di Inggris yang saat itu berbasis di London.
Di antara 1689-1690 Colston menjabat sebagai wakil gubernur di perusahaan itu.
Semasa hidup dia memboyong sekitar 80.000 pria, wanita, dan anak-anak dari Afrika ke Amerika.
Tidak hanya Edward Colston yang terlibat dalam jual beli budak ini, saudaranya Thomas bertugas memasok manik-manik untuk membeli budak.
Sementara ayahnya, William memiliki saham di perusahaan perbudakan tersebut.
Pada 1689, perusahaan ini telah mengangkut sekitar 100.000 orang Afrika sebagai budak ke Amerika, di mana orang-orang kulit hitam ini dicap inisial perusahaan RAC di dada mereka.
Kondisi yang tidak higienis dan sempit membuat para budak meninggal ketika dikirim, dan tubuh mereka dibuang ke laut.
Pada kematiannya di 1721, dia mewariskan kekayaannya kepada badan amal.
Warisannya itu hingga saat ini masih dapat dilihat di jalanan Bristol, monumen, dan bangunan.
Sebelum dilarung ke sungai, seorang demonstran sempat menindih leher patung untuk menirukan insiden yang dialami George Floyd.
Menteri Dalam Negeri, Priti Patel menyebut tindakan massa menghancurkan patung itu benar-benar memalukan.
"Ini berbicara tentang tindakan kekacauan publik yang telah menjadi selingan dari penyebab orang-orang memprotes," tambahnya.
Sementara massa bersorak saat berhasil menyingkirkan patung itu, pihak kepolisian mengaku sedang melakukan penyelidikan terhadap insiden ini.
"Ada sekelompok kecil orang yang jelas-jelas melakukan tindakan kejahatan dalam merobohkan sebuah patung di dekat Bristol Harbourside," kata polisi Avon dan Somerset pada Minggu (7/6/2020) lalu.
"Investigasi akan dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang terlibat dan kami sudah menyusun rekaman insiden itu," jelas pernyataan itu.
Baca: Setelah Pembunuhan George Floyd, Dewan Kota Minneapolis Ingin Bubarkan Kepolisian
Baca: Sempat Ditegur Wali Kota Washington DC, Trump Tarik Tentara Nasional dari Lokasi Demo George Floyd
Sejatinya patung Colson yang sudah berdiri di tengah Kota Bristol sejak 1895 ini banyak menuai kontroversi hingga adanya petisi untuk menghilangkannya.
Menurut polisi setempat, protes Black Lives Matter pada Minggu lalu di Bristol dihadiri sekitar 10.000 orang.
"Sebagian besar dari mereka yang datang untuk menyuarakan keprihatinan mereka tentang ketidaksetaraan rasial dan ketidakadilan melakukannya dengan damai dan penuh hormat," kata polisi Avon dan Somerset.
"Menjaga keamanan publik adalah prioritas utama dan untungnya tidak ada kasus kekacauan dan tidak ada penangkapan yang dilakukan," tambah polisi.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)