KTT itu gagal menghasilkan kesepakatan, yang diharapkan Korea Utara dapat memberikan ganti pelonggaran sanksi.
Korea Utara yang merupakan negara bersenjata nuklir, menjadi sasaran banyak sanksi dari Dewan Keamanan PBB atas melanggar larangan program persenjataan.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in awalnya menjadi perantara dialog antara Pyongyang dan Washington, tetapi Korea Utara sekarang menyalahkannya karena tidak membujuk AS melonggarkan sanksi.
"Hanya ketika mengalami betapa sakitnya dan jengkelnya membuang selebaran dan sampah, Korea Selatan akan menghilangkan kebiasaan buruknya," tulis KCNA.
"Waktu pembalasan sudah dekat," lanjut KCNA sebagaimana dikutip AFP.
Para analis memandang peledakan kantor penghubung di Kaesong awal pekan lalu adalah bentuk provokasi yang sengaja ditunjukkan.
Insiden itu memicu kecaman dunia.
Korea Utara juga mengancam akan meningkatkan jumlah militernya di sekitar Zona Demiliterisasi.
Selama dua hari beruntun Korea Utara gencar menyuarakan akan menyebarkan selebaran anti-Korea Selatan.
Itu dilakukan usai Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yeon-chul mundur akibat meningkatnya ketegangan.
Kim berharap kepergiannya "akan menjadi kesempatan bagi konflik ini untuk berhenti sebentar".
Foto-foto yang dipajang surat kabar resmi Korea Utara Rodong Sinmun pada Sabtu (20/6/2020) menunjukkan Korea Utara sedang mempersiapkan selebaran.
Kementerian Unifikasi Seoul mendesak Pyongyang segera membatalkan rencana itu, dan menyebutnya "sangat disesalkan".
Korea Selatan juga memperingatkan, akan menindak keras para aktivis yang mengirim selebaran anti-Korea Utara.
Baca: Reaksi Timses soal Prank dari K-Popers dan TikTokers pada Kampanye Donald Trump