Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Dampak pengaruh coronavirus baru, lebih dari 70% siswa yang mengikuti program doktoral di sekolah pascasarjana Jepang kini merasa khawatir untuk mendapatkan doktor karena kemungkinan besar tertunda.
Lembaga Penelitian Kebijakan Sains dan Teknologi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi melakukan survei kuesioner online siswa baru-baru ini yang termasuk dalam program doktoral di bidang-bidang seperti humaniora, ilmu pengetahuan, dan teknik di 49 sekolah pascasarjana nasional Jepang dan ditanggapi oleh 720 orang.
Hasilnya, lebih dari setengah responden menjawab bahwa coronavirus baru secara signifikan menghambat penelitian, "penggunaan gedung dan laboratorium yang digunakan untuk kegiatan penelitian ditangguhkan," dan sangat mengganggu penelitian program doktoral mereka.
Selain itu, siswa di bidang humaniora dan pendidikan menjawab bahwa "pembatasan akses ke kertas dan bahan karena penskorsan penggunaan perpustakaan, dan fasilitas serupa, sangatlah menghambat penelitian.
Selanjutnya, berkenaan dengan memperoleh gelar Ph.D., 6% memperkirakan terlambat dan 67% memperkirakan mungkin terlambat" sehingga total lebih dari 70% merasakan kuat keterlambatan pasti terjadi nantinya.
Orang yang bertanggung jawab di institut tersebut mengatakan, "Jika gelar doktor ditunda, maka diperkirakan pekerjaan dan kehidupan akan terpengaruh pula. Itu itu dibutuhkan serta perlu dipertimbangkan untuk langkah-langkah antisipasi kehidupan para calon doktoral tersebut."
Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com