Para ilmuwan terkadang menyebut tetesan berdiameter kurang dari lima mikron sebagai aerosol.
Sejak awal munculnya pandemi, WHO dan organisasi kesehatan masyarakat menyebut, kemampuan virus untuk menyebar melalui tetesan besar terjadi ketika orang memiliki gejala batuk dan bersin.
Sementara aerosol lebih kecil.
Dibanding dengan tetesan, aerosol mengantuk lebih sedikit virus.
Namun karena aerosol lebih ringan, mereka dapat berlama-lama di udara selama berjam-jam, terutama karena tidak adanya udara segar (pergantian udara-red).
Dalam ruang tertutup yang padat, satu orang yang terinfeksi dapat melepaskan cukup aerosol dari waktu ke waktu, kemudian menulari banyak orang.
Seberapa Penting Jarak Fisik dan Mencuci Tangan?
Masih dikutip dari New York Times, jarak fisik masih sangat penting.
Semakin dekat dengan orang terinfeksi, semakin banyak aerosol dan tetesan mungkin terpapar.
Untuk itu, sering-seringlah mencuci tangan.
"Sejauh yang kami tahu, ini sama pentingnya," kata Dr Marr.
Baca: WHO Ubah Taktik: Minta Masyarakat Wajib Gunakan Masker saat Jarak Sosial Sulit Dilakukan
Apa Saja yang Dapat Dilakukan untuk Meminimalkan Resiko?
Meski banyak orang bepergian ke pantai atau restoran, tetaplah lakukan kebiasaan baik Anda.
Ketika ke luar ruangan, pakailah masker.
Terutama jika aktivitas di luar ruangan cenderung memiliki kontak dengan orang lain dan waktu yang cukup lama.
Ketika di dalam ruangam, satu hal sederhana yang dapat dilakukan adalah membuka jendela (jangan biarkan ruangan tak memiliki ventilasi yang baik).
Jika tidak, cobalah meminimalkan waktu yang dihabiskan di ruangan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)