News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

WHO Sebut Penularan Airborne Virus Corona Bukan Resiko Besar

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: bunga pradipta p
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Virus Corona- Surat yang ditulis para ilmuwan bersama konsultan WHO, berpendapat bahwa WHO dan otoritas kesehatan lainnya tak cukup memperhatikan transmisi Covid-19

TRIBUNNEWS.COM - Virus corona menjadi momok seluruh dunia, sejak muncul pertama kali di China, pada Desember 2019 lalu.

World Health Organization (WHO) mengatakan, virus corona dapat menyebar melalui kontak langsung dengan tetesan pernapasan besar.

Seperti batuk atau bersin dari orang yang sakit.

Belum lama ini, sekitar 239 ilmuwan menerbitkan jurnal Clinical Infectious Diseases, mendesak WHO agar mengakui Covid-19 menular lewat udara.

Baca: WHO Akui Munculnya Bukti Virus Corona Menyebar Melalui Udara, Protokol Kesehatan Bisa Berubah

Baca: Jalan Amerika Serikat Menuju 6 Juli 2021 Keluar dari WHO

Dikutip Tribunnews dari Time, Direktur dan Pendiri Scripps Reseacrh Translational Intitute, Dr Eric Topol menyebut hal ini sebagai serangkaian kesalahan.

"Sangat disayangkan bagaimana WHO menyebabkan banyak kebingungan," kata Dr Eric.

Surat yang ditulis para ilmuwan bersama konsultan WHO, berpendapat bahwa WHO dan otoritas kesehatan lainnya tak cukup memperhatikan transmisi Covid-19 di udara.

Ilustrasi Virus Corona - WHO Sebut Penularan Airborne Virus Corona Bukan Resiko Besar (Freepik)

Para pejabat WHO mengakui kemungkinan rute penularan lewat udara pada Selasa kemarin.

Tetapi, pihak WHO menegaskan akan terus mengumpulkan bukti terkait penyebaran Covid-19 melalui udara.

"Kami telah berbicara tentang kemungkinan transmisi melalui udara dan transmisi aerosol sebagai salah satu mode transmisi Covid-19," ungkap Pimpinan Teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove.

Tetesan Aerosol Tetap Tinggal di Udara selama Beberapa Jam

Sebagaimana diketahui, tetesan kecil (aerosol) virus dapat tetap tinggal selama berjam-jam di udara stagnan.

Menurut bukti ilmiah, tetesan tersebut akan menginfeksi orang ketika mereka menghirup udara.

Resiko ini paling tinggi saat berada di ruang tetrutup dengan ventilasi buruk.

Menurut Dr Linsey Marr, ahli aerosol di Virginia Tech, aerosol dilepaskan ketika seseorang tanpa gejala menghembuskan napas, berbicara atau bernyanyi.

Marr bersama lebih dari 200 ilmuwan lainnya, menjabarkan, orang harus mempertimbangkan waktu berada di dalam ruangan dengan orang asing agar terhindar dari penyebaran Covid-19.

Baca: Didesak 239 Ilmuwan, WHO Sebut Akan Tinjau Bukti Transmisi Virus Corona Lewat Udara

Baca: 239 Ilmuwan Desak WHO untuk Akui Covid-19 Dapat Menyebar Melalui Udara

WHO Sebut Penularan Airborne Virus Corona Bukan Resiko Besar (Freepik)

Baca: WHO Akhirnya Akui Virus Corona Bisa Menyebar Melalui Udara

Baca: AS Dikabarkan akan Tinggalkan WHO Tahun Depan, Apa Alasannya?

Mengutip dari New York Times, berikut Tribunnews rangkum beberapa fakta-fakta soal penyebaran virus corona melalui udara:

Apa Artinya Virus Ditularkan Melalui Udara?

Virus yang ditularkan melalui udara berarti, virus tersebut dapat dibawa melalui udara.

Tapi tak semua virus dapat menular melalui udara.

Untuk HIV, 'terlalu halus' untuk bertahan hidup di luar 'inang', jadi virus HIV tidak mengudara.

Sementara campak, mengudara dan sangat berbahaya.

Campak dapat bertahan di udara hingga dua jam.

Untuk virus corona, para ahli sepakat virus tidak melakukan 'perjalanan jauh' atau tetap hidup di luar.

Tetapi, bukti menunjukkan virus corona dapat melintasi ruangan dan tetap bertahan selama kira-kira tiga jam.

Aerosol Tak Berbeda dengan Tetesan

Lebih jauh, aerosol adalah tetesan.

Keduanya tidak berbeda, kecuali dalam hal ukuran.

Para ilmuwan terkadang menyebut tetesan berdiameter kurang dari lima mikron sebagai aerosol.

Sejak awal munculnya pandemi, WHO dan organisasi kesehatan masyarakat menyebut, kemampuan virus untuk menyebar melalui tetesan besar terjadi ketika orang memiliki gejala batuk dan bersin.

Sementara aerosol lebih kecil.

Dibanding dengan tetesan, aerosol mengantuk lebih sedikit virus.

Namun karena aerosol lebih ringan, mereka dapat berlama-lama di udara selama berjam-jam, terutama karena tidak adanya udara segar (pergantian udara-red).

Dalam ruang tertutup yang padat, satu orang yang terinfeksi dapat melepaskan cukup aerosol dari waktu ke waktu, kemudian menulari banyak orang.

Seberapa Penting Jarak Fisik dan Mencuci Tangan?

Masih dikutip dari New York Times, jarak fisik masih sangat penting.

Semakin dekat dengan orang terinfeksi, semakin banyak aerosol dan tetesan mungkin terpapar.

Untuk itu, sering-seringlah mencuci tangan.

"Sejauh yang kami tahu, ini sama pentingnya," kata Dr Marr.

Baca: WHO Ubah Taktik: Minta Masyarakat Wajib Gunakan Masker saat Jarak Sosial Sulit Dilakukan

Apa Saja yang Dapat Dilakukan untuk Meminimalkan Resiko?

Meski banyak orang bepergian ke pantai atau restoran, tetaplah lakukan kebiasaan baik Anda.

Ketika ke luar ruangan, pakailah masker.

Terutama jika aktivitas di luar ruangan cenderung memiliki kontak dengan orang lain dan waktu yang cukup lama.

Ketika di dalam ruangam, satu hal sederhana yang dapat dilakukan adalah membuka jendela (jangan biarkan ruangan tak memiliki ventilasi yang baik).

Jika tidak, cobalah meminimalkan waktu yang dihabiskan di ruangan.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini