Hal ini bertujuan untuk mencegah efek merugikan pada nilai universal warisan yang luar biasa ini, kondisi konservasi yang akan diperiksa oleh Komite Warisan Dunia pada sesi berikutnya.
"Penting untuk menghindari tindakan implementasi apa pun, tanpa diskusi sebelumnya dengan UNESCO, yang akan memengaruhi akses fisik ke situs, struktur bangunan, properti yang dapat dipindahkan, atau manajemen situs," tegas Ernesto Ottone, Asisten Direktur UNESCO.
Dikutip dari BBC, Hagia Sophia dibangun pada 1.500 tahun yang lalu sebagai Katedral Kristen Ortodoks.
Kemudian dikonversi menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman pada tahun 1453.
Pada tahun 1934, Hagia Sophia menjadi museum dan sekarang menjadi situs Warisan Dunia Unesco.
Kelompok Islamis di Turki telah lama menyerukan agar Hagia Sophia dikonversi menjadi masjid, tetapi anggota oposisi sekuler menentang langkah itu.
Baca: Indonesia –Turki Adakan Pertemuan Bilateral Virtual Bahas Bisnis Konstruksi
Baca: Turki Mulai Pakai Mata Uang Yuan China, Yunarto Wijaya Sindir Sosok Ini: Belum Marah-marah?
Usulan ini menuai kritik dari para pemimpin agama dan politik di seluruh dunia.
Mempertahankan keputusan itu, Presiden Erdogan menekankan bahwa Turki telah menggunakan hak kedaulatannya untuk mengubahnya kembali menjadi masjid.
Erdogan mengatakan pada konferensi pers bahwa salat berjamaah pertama akan diadakan di dalam gedung pada 24 Juli mendatang.
"Seperti semua masjid kami, pintu Hagia Sophia akan terbuka lebar untuk penduduk lokal dan asing, Muslim dan non-Muslim," ujar Erdogan.
Perubahan akan terjadi pada Hagia Sophia, yang telah bertahan sejak abad ke-6, lebih lama dari kekaisaran Bizantium dan era Ottoman.
Meski akan diubah menjadi masjid, para pejabat Turki mengatakan lambang-lambang Kristen, termasuk mosaik Bunda Maria yang menghiasi kubah emasnya, tidak akan dihapus.
(Tribunnews.com/Whiesa)