Kasus wabah pes telah dilaporkan secara berkala di seluruh dunia.
Negara Madagaskar di Afrika menghadapi lebih dari 300 kasus selama wabah pada 2017.
Black Death dan Karantina
Penyakit tersebut dinamakan Black Death karena gejalanya.
Salah satu gejala penyakit ini adalah pembusukan pada area tubuh (mayoritas jari), yang membuat kulit menjadi hitam.
Gejala lainnya adlah demam yang berkisar antara 38 – 41 derajat Celcius, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan muntah.
Hingga saat ini belum ada yang mengetahui penyebab berhentinya wabah mematikan ini, namun ilmuwan menyebutkan pasti ada hubungannya dengan karantina.
Pada saat itu, pemerintah kota pelabuhan Ragusa di Italia melakukan karantina terhadap para pelayar untuk membuktikan bahwa mereka tidak membawa penyakit.
Pada awalnya, para pelayar ditahan di kapal mereka selama 30 hari.
Hukum yang berlaku Venesia menamai kondisi ini sebagai trentino.
Kemudian, masa isolasi bertambah menjadi 40 hari yang dikenal sebagai quarantine, asal mula kata quarantine dan karantina.
Namun demikian, wabah pes kemungkinan tidak akan menyebabkan epidemi, kata ahli.
"Tidak seperti di abad ke-14, kami sekarang memiliki pemahaman tentang cara penularan penyakit ini," kata Dr Shanti Kappagoda, dokter penyakit menular di Stanford Health Care, kepada situs berita Heathline.
"Kami tahu cara mencegahnya. Kami juga bisa merawat pasien yang terinfeksi dengan antibiotik yang efektif,” tambahnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Wabah Pes Muncul di China, Dulu Sebabkan ‘Black Death’ yang Tewaskan Jutaan Jiwa"
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)