Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT - Tim penyelamat masih mencari korban di antara reruntuhan bangunan di pelabuhan Beirut, Lebanon Jumat (7/8/2020).
Sebelumnya ledakan besar terjadi di Pelabuhan Beirut, Selasa (4/8/2020).
Sejauh ini hampir 150 orang tewas dan ribuan lainnya terluka akibat ledakan yang meluluhlantakkan ibukota Lebanon tersebut.
Setidaknya empat mayat telah dievakuasi dalam 24 jam terakhir.
Baca: Otoritas India Tahan 740 Ton Amonium Nitrat, Bahan Kimia Penyebab Ledakan di Beirut
Pihak berwenang Lebanon mengatakan korban tewas telah meningkat menjadi 149 orang.
Ledakan itu meratakan gedung-gedung di dekat pelabuhan, termasuk gudang pusat cadangan gandum nasional.
Tim penyelamat Perancis dan Rusia dengan anjing pelacaknya sedang mencari korban yang masih hilang di daerah pelabuhan, Jumat (7/8/2020), tepatnya sehari setelah Presiden Perancis Emmanuel Macron melakukan kunjungan ke lokasi ledakan.
Baca: Kolonel yang Tewas Misterius Pernah Minta Pindahkan Amonium Nitrat dari Pelabuhan Beirut
Ledakan itu tampaknya disebabkan percikan api yang membakar 2.750 ton amonium nitrat, bahan kimia yang digunakan untuk bahan peledak dan pupuk yang telah disimpan di pelabuhan sejak 2013.
Tim pencari dan penyelamat telah dikirim dari beberapa negara untuk membantu menemukan korban ledakan.
"Satu tim yang terdiri dari 55 orang dari Perancis yang mulai bekerja pada Kamis telah menemukan empat mayat," kata Col Tissier Vincent, kepala misi Perancis.
Pemadam kebakaran Lebanon juga masih terus bekerja membersihkan runtuhan di pelabuhan dengan buldoser dan ekskavator.
Puluhan orang masih hilang dan di pintu masuk ke pelabuhan, keluarga menunggu berita mengenai kerabat mereka.
Sekitar 300.000 orang atau lebih dari 12 persen penduduk Beirut tidak dapat kembali ke rumah mereka karena ledakan itu.