TRIBUNNEWS.COM - Seorang mantan anggota intelijen Saudi, mengatakan bahwa ada upaya dari Putra Mahkota Muhammad bin Salman (MBS) untuk membunuhnya.
Diberitakan Al-Jazeera, sang mantan anggota intelijen menerangkan MBS mengirim tim pembunuh ke Kanada.
Kejadian itu sekitar 13 hari setelah peristiwa pembunuhan Jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi.
Baca: 16 Orang Ditahan Terkait Ledakan di Beirut Lebanon, Penyelidikan Masih Berlanjut
Tuduhan yang dilayangkan kepada MBS tertulis dalam sebuah dokumen yang diajukan di pengadilan federal Amerika Serikat.
Gugatan itu dilayangkan ke Pengadilan Distrik Amerika Serikat, di Washington DC beberapa waktu lalu.
Seorang penduduk tetap Kanada, Saad al-Jabri menuduh MBS mengirim tim pembunuh bayaran untuk menghabisinya.
Tim pembunuh itu dikenal dengan nama Pasukan Harimau.
Saad al-Jabri menjelaskan penyebab ia menjadi target pembunuhan dari MBS.
Ia menerangkan, memiliki kedekatan dengan komunitas intelijen Amerika Serikat dan mengetahui seluk beluk aktivitas MBS, hingga akhirnya membuat ia menjadi target utama.
Dalam gugatan disebutkan, ada beberapa tempat yang menyimpan informasi sensitif terkait MBS.
Saad al-Jabri pun telah membuat rekaman yang digunakan untuk mengantisipasi apabila pembunuhan terjadi.
Baca: Melalui Sambungan Telepon, Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Idul Adha ke Raja Salman
Baca: Akibat Ledakan di Beirut, Pemerintah Lebanon Sebut Kerugian Capai Rp 218 Triliun
Oleh karena itu, Muhammad bin Salman ingin agar Saad al-Jabri tewas.
Bahkan, MBS diketahui telah berencana untuk menghabisi Saad al-Jabri selama tiga tahun terakhir.
Dijelaskan, kelompok pembunuh tiba di Bandara Toronto Pearson pada pertengahan Oktober 2018 lalu.
Ketika itu, mereka datang dengan visa turis untuk menghabisi Saad al-Jabri.
Dalam gugatan diterangkan Pasukan Harimau berusaha untuk masuk ke Kanada secara diam-diam.
Mereka berusaha untuk menghindari deteksi keamanan di perbatasan Kanada dengan masuk jalur lain.
Kemudian, gugatan itu lebih jelas menuduh Kepala Kantor Pribadi dan Direktur Eksekutif Yayasan Pangeran MBS (MiSK), Bader Alasaker.
MiSK merupakan sebuah organisasi amal milik MBS yang bertujuan untuk mengembangkan pemuda Saudi.
Tujuannya, agar para pemuda mampu untuk berkontribusi pada ekonomi masa depan Saudi melalui berbagai sektor, seperti pendidikan, media digital dan kreatif, teknologi, budaya, serta seni.
MiSK dikenal karena sering mengirim siswa Saudi ke perguruan tinggi bergengsi di Amerika Serikat melalui beasiswa.
Baca: Kemenlu RI Pastikan Tidak Ada WNI Jadi Jemaah Haji Ilegal di Arab Saudi
Baca: Pejabat PBB Sebut Putra Mahkota Arab Saudi Terlibat Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi
Bader Alasaker dituduh telah mengembangkan sebuah jaringan 'agen rahasia'.
Para agen telah disebar dan menargetkan individu tertentu yang melemahkan MBS di Amerika Serikat.
Dalam gugatan, Saad al-Jabri mengatakan ada seseorang yang telah melakukan pengawasan di apartemennya.
Peristiwa itu terjadi di Apartemen Mandarin Oriental, Boston, Massachusetts sekira bulan September 2017.
Sosok itu diketahui berusaha untuk memasuki kediaman Saad al-Jabri di sana.
Saad al-Jabri adalah seorang warga negara ganda dari Saudi dan Malta.
Ia menjelaskan rencana pembunuhan oleh Pasukan Harimau akhirnya gagal untuk dilakukan.
Pasalnya, Pasukan Harimau gagal untuk meyakinkan agen Badan Perbatasan Kanada bahwa mereka tak saling mengenal satu sama lain.
Gugatan itu juga menegaskan bahwa MBS telah memerintahkan dua anak Saad al-Jabri.
Anak Saad al-Jabri disebutkan hilang pada pertengahan Maret.
Baca: Jokowi Minta Putra Mahkota Abu Dhabi Jadi Ketua Dewan Pengarah Ibu Kota Baru
Baca: Konsul Haji RI Pantau Kebijakan Arab Saudi Terkait Pelaksanaan Umrah
Tak hanya itu, kerabat Saad al-Jabri lainnya juga telah ditangkap dan menerima siksaan.
Kejadian itu semua termasuk dalam upaya untuk memancing Saad al-Jabri agar kembali ke Saudi.
Dengan begitu, Saad al-Jabri akan mudah untuk dihabisi.
Meski demikian, gugatan itu merupakan tuduhan yang belum terbukti.
(Tribunnews.com/Febia Rosada)