News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ledakan di Beirut

Perawatan Anak-anak Penyintas Kanker Terbengkalai Pasca Ledakan Besar di Beirut

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah helikopter memadamkan api di lokasi ledakan di pelabuhan ibukota Lebanon, Beirut, pada 4 Agustus 2020. Seorang mantan anggota parlemen Israel merayakan ledakan yang menewaskan 130 orang dan melukai 5.000 lainnya dengan menyebut bahwa ledakan tersebut adalah 'hadiah dari Tuhan'.

TRIBUNNEWS.COM - Belasan anak penyitas kanker kehilangan akses perawatan sejak ledakan dahsyat melanda Beirut, Lebanon.

Ini dikarenakan banyak rumah sakit yang rusak hingga dinilai tidak berfungsi lagi setelah diterpa musibah itu.

"Sulit untuk mengetahui bahwa kami memiliki penyakit yang mematikan tetapi dapat diobati."

"Dan kami tidak dapat melakukan apa pun untuk anak-anak ini karena semuanya hancur," kata Peter Noun, Kepala Departemen Hematologi dan Onkologi Pediatrik St. George.

Ledakan di area pelabuhan Beirut itu menewaskan lebih dari 150 jiwa dan menyebabkan 5.000 orang luka-luka.

Baca: Setelah Mengalami Ledakan Dahsyat, Lebanon Catat Rekor Jumlah Kasus Covid-19 Harian Tertinggi

Baca: Menlu Jerman: Pemerintah Lebanon Harus Perangi Korupsi Setelah Ledakan Beirut

Warga mengungsi dari sekitar lokasi ledakan dahsyat yang terjadi sehari sebelumnya di kawasan pelabuhan, di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat. Dua ledakan besar terjadi di Kota Beirut menyebabkan puluhan orang meninggal, ribuan lainnya luka-luka, dan menimbulkan berbagai kerusakan pada bangunan di kawasan ledakan hingga radius puluhan kilometer. Penyebab ledakan masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang. AFP/Patrick Baz (AFP/Patrick Baz)

Setidaknya empat rumah sakit besar hancur, salah satunya rumah sakit terbesar di Beirut, St. George.

Rumah Sakit St. George adalah salah satu dari dua rumah sakit yang rusak parah.

Alhasil para pasien di sana harus dipindahkan dan menutup operasinya.

Kebanyakan anak-anak penderita kanker ini semakin dipersulit dengan fakta bahwa banyak rumah sakit yang kelebihan kapasitas.

Rumah sakit yang masih bertahan dipenuhi ribuan korban luka akibat ledakan.

Padatnya rumah sakit berpotensi menyebabkan penularan Covid-19 yang lebih masif.

Menurut catatan Worldometers pada Kamis (13/8/2020), Lebanon tercatat ada 7.413 kasus infeksi Corona.

Adapun jumlah kematian akibat virus ini mencapai 89 dengan angka kesembuhan 2.407.

Diberitakan Tribunnews sebelumnya, Lebanon mengumumkan rekor jumlah kasus Covid-19 harian tertinggi pada pada Selasa (11/8/2020).

Baca: Alasan PM Lebanon Hassan Diab Mengundurkan Diri: Ingin Berdiri Bersama Rakyat Hadapi Pelaku Ledakan

Ilustrasi kanker (Bet_Noire)

Terdapat tujuh kematian akibat virus corona dengan lebih dari 300 infeksi dilaporkan.

Menurut data Kementerian Kesehatan, hingga Rabu (12/8/2020) pagi, negara ini mencatat 7.121 kasus Covid-19 dan 87 kematian sejak Februari.

Sementara ini sebagian besar pasien kanker di tahap kritis Noun ditempatkan di rumah sakit di luar Beirut.

Gobran Pierre Tawk memiliki putri yang didiagnosa kanker sejak Desember lalu, di saat Lebanon menderita krisis ekonomi.

Tiga tahun lalu Tawk pindah ke Lebanon dari Australia untuk tinggal di negara ini, namun dia berencana akan pindah lagi pasca ledakan.

"Saya percaya di Lebanon, tapi saya juga seorang ayah."

"Prioritas saya adalah memastikan Amanda aman dan bahagia."

"Ada seseorang yang sedang sekarat karena kanker, dan itu haknya untuk mendapatkan perawatan," kata Tawk.

Baca: Otoritas Keamanan Negara Telah Beri Peringatan Sebelum Ledakan Besar Guncang Beirut

Baca: Daftar Sejumlah Menteri yang Mundur Akibat Ledakan di Beirut dan Krisis Ekonomi

Tawk mengaku cinta dengan negaranya ini, Lebanon.

Namun dia tidak ingin merasa was-was karena anak-anaknya tidak mendapat perawatan maksimal di sini.

Marita Reaidy, seorang pasien kanker berusia 7 tahun menganggap St. George sebagai rumahnya.

Selama ini dia selalu mendapatkan perawatan kanker di sana.

"Rumah saya sekarang hancur," katanya.

"Ini rumah sakitku. Sudah pergi. Aku tidak ingin rumah sakitku mati seperti ini," jelas bocah belia ini.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani/Maliana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini