TRIBUNNEWS.COM - Suhu tertinggi di Bumi tercatat pada Minggu (16/8/2020) lalu.
Menurut National Weather Service (NWS), Taman Nasional Death Valley, AS, menjadi tempat terpanas di Bumi pada hari tersebut, dengan suhu mencapai 54,5 derajat Celcius.
Pencatatan suhu dilakukan di Furnace Creek, Death Valley.
Suhu ekstrem terjadi di tengah gelombang panas di pantai barat AS, di mana suhu akan diperkirakan naik lebih lanjut minggu ini.
Dilansir BBC, kondisi terik tersebut telah menyebabkan pemadaman listrik di California selama dua hari.
Pemadaman terjadi setelah pembangkit listrik tidak berfungsi pada Sabtu (15/8/2020).
"Panasnya menyengat wajah," kata Brandi Stewart, yang bekerja di Taman Nasional Death Valley.
Stewart telah tinggal dan bekerja di taman nasional selama lima tahun.
Dia menghabiskan banyak waktunya di dalam ruangan pada bulan Agustus.
Sebab, Stewart merasa sangat tidak nyaman berada di luar.
"Ketika Anda berjalan ke luar, wajahmu seperti disengat oleh sekumpulan pengering rambut," ujarnya.
"Anda merasakan panas, dan itu seperti berjalan ke dalam oven. Panasnya di sekitarmu," imbuh Stewart.
Baca: Jepang Memerah, Suhu Panas Diperkirakan Hingga Mencapai 40 Derajat Celcius
Suhu Tertinggi Sebelumnya
Sebelumnya, suhu tertinggi yang tercatat di Bumi adalah 129,2 derajat Fahrenheit, atau 54 derajat Celcius.
Suhu itu terjadi di tempat yang sama dengan sekarang, Death Valley, pada 2013.
Seabad sebelumnya, rekor tertinggi tercatat dengan suhu 134 derajat Fahrenheit, atau 56,6 derajat Celcius.
Namun, suhu yang juga terjadi di Death Valley itu masih diperdebatkan.
Beberapa ahli cuaca modern meyakini bahwa pencatatan suhu itu salah, bersamaan dengan beberapa suhu panas lainnya pada musim panas tersebut.
Menurut analisis sejarawan cuaca, Christopher Burt, pada 2016, suhu lain di wilayah tersebut yang tercatat pada 1913 tidak mendukung.
Rekor suhu lainnya, 55 derajat Celcius, tercatat di Tunisia pada tahun 1931.
Namun, Burt mengatakan, rekaman suhu itu dan yang lainnya, yang tercatat di Afrika selama era kolonial, dianggap tidak kredibel.
Panas Ekstrem di AS
Hampir 60 juta orang di AS, dari Arizona hingga perbatasan AS-Kanada, berada dalam panas ekstrem minggu ini.
Dilansir CNN, panas ekstrem disebabkan oleh tekanan tinggi yang terjadi di sebagian besar Pantai Barat.
Menurut Daniel Berc, ahli meteorologi koordnasi peringatan untuk NWS di Las Vegas, barat dan barat daya AS mengalami monsun Amerika Utara selama tahun ini.
Namun, musim hujan belum berkembang seperti biasanya.
Bukannya hujan lebat, Death Valley justru semakin panas di bawah tekanan tinggi.
Ini adalah musim panas yang terik di sebagian besar AS.
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), Juli adalah bulan terpanas dalam catatan tujuh negara bagian di sepanjang Pantai Timur.
Pada bulan itu, Death Valley melaporkan suhu setinggi 53,3 derajat Celcius.
Baca: Cuaca Panas Ekstrem, Desa di Rusia Diserbu Miliaran Nyamuk hingga Membentuk Badai Tornado
Efek Panas Ekstrem
Badan kesehatan masyarakat AS, CDC, mengatakan gelombang panas rata-rata telah membunuh lebih banyak orang daripada peristiwa cuaca ekstrem lainya di negara itu.
Efek langsung dari gelombang panas pada tubuh manusia adalah kram panas, dehidrasi, dan bahkan serangan panas yang berpotensi fatal.
Namun, panas ekstrem juga dapat memperburuk kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya.
Misalnya, penyakit pernapasan, jantung, gangguan ginjal, menurut WHO.
Panas yang ekstrem juga dapat mempengaruhi infrastruktur.
Selain mempertegang jaringan listrik dan menyebabkan pemadaman, panas yang ekstrem dapat menyebabkan pesawat jatuh, melelehkan jalan, dan bagian dalam mobil menjadi terlalu panas hingga tingkat yang berbahaya.
Gelombang panas juga dapat berdampak parah pada pertanian.
Sayuran menjadi layu dan mati.
Tanaman pun mudah terserang penyakit.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)