TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Klaim temuan Jerman terkait keberadaan racun kimia Novichok di tubuh Alexei Navalny memicu spekulasi sanksi terhadap Moskow.
Sejumlah politisi Jerman dan Amerika telah menuntut Rusia harus dihukum atas tuduhan penggunaan zat saraf yang mirip dengan Novichok.
Sanksi baru tersebut khususnya dapat mencakup larangan pembangunan pipa gas Nord Stream 2, dan ekspor gas Rusia ke Jerman.
Media Nezavisimaya Gazeta menyebut, proyek Nord Stream 2 yang menghubungkan Rusia dan Jerman paling rentan terkena dampaknya.
Prediksi ini disampaikan Associate Professor di Akademi Kepresidenan Rusia untuk Ekonomi Nasional dan Administrasi Publik, Sergei Khestanov.
"Sanksi apa pun yang akan mengurangi arus masuk mata uang dari ekspor akan sangat menyakitkan," tegasnya dikutip kantor berita TASS, Jumat (4/9/2020).
Baca: Kisah Alexey Navalny, Racun Novichok, dan Proyek Gas Nord Stream 2
Baca: Saat Jerman Temukan Racun Saraf Novichok di Tubuh Alexei Navalny, Belarusia Klaim Insiden Itu Hoaks
Kepala Analis TeleTrade, Mark Goikhman, percaya, insiden Navalny menimbulkan bahaya serius terhadap kerjasama dan bisnis gas Rusia ke Eropa, khususnya Jerman.
"Sanksi bisa termasuk pembatasan atau bahkan larangan investasi asing dalam obligasi pinjaman federal Rusia, pemblokiran rekening dolar bank Rusia di bank AS dan larangan pembayaran luar negeri oleh kontraktor Rusia," jelasnya.
Sanksi Bisa Bersifat Individual
Namun, beberapa ahli mengharapkan sebaliknya. Menurut Oleg Cherednichenko, profesor di Universitas Ekonomi Rusia Plekhanov, pernyataan pemerintah Jerman sebagian besar bersifat deklaratif.
Menurutnya, tindakan nyata akan dipertimbangkan setelah terjadi investigasi menyeluruh atas insiden Navalny. "Jika sanksi diberlakukan, kemungkinan besar sanksi itu bersifat individual," kata Oleg Cherednichenko.
Cherednichenko juga meragukan sanksi baru akan diterapkan pada seluruh proyek Nord Stream 2.
"Proyek ini baru-baru ini menjadi senjata andalan para politisi Eropa dan Amerika yang mereka gunakan untuk mencetak poin politik dan ekonomi," analis itu menekankan.
Di Moskow, data intelijen Belarusia yang mengindikasikan aksi peracunan Alexei Navalny direkayasa telah diserahkan ke Badan Keamanan Federal (FSB).
FSB selanjutnya akan melaporkannya ke Presiden Vladimir Putin. Informasi ini disampaikan juru bicara kepresidenan Dmitry Peskov.
"Materi tersebut telah diserahkan kemarin. Seperti yang Anda ketahui, Lukashenko mengatakan kemarin materi tersebut akan dibagikan dengan FSB," kata Peskov.
"FSB pasti akan membuat laporan tentang dokumen yang diperoleh dari mitra Belarusia. Saya tidak ragu tentang itu," imbuh Peskov.
Rusia menurut Peskov akan menilai secara menyeluruh temuan Lukashenko berdasarkan kerja intelijennya.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko sebelumnya mengklaim, petugasnya menangkap percakapan antara intelijen Jerman dan Polandia terkait kasus Alexei Navalny.
Baca: Terungkap Jenis Racun yang Dipakai Meracuni Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny
Baca: Jerman Ungkap Kritikus Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny Diracuni dengan Agen Saraf Novichok
Kanselir Jerman Angela Merkel Rabu (2/9/2020) menyatakan, tokoh oposisi Rusia, Alexey Navalny, adalah korban kejahatan.
Mengacu hasil tes tim kesehatan Bundeswehr (militer Jerman), telah ditemukan agen kimia kelas Novichok di tubuh pria tersebut.
Merkel meminta Moskow menjawab pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh pemerintah Rusia. Kisah “peracunan Navalny” langsung disambar media barat.
Reaksi Media Eropa Amerika Dinilai Emosional
Dmitry Babich, jurnalis senior Rusia, kolumnis dan narasumber tamu di sejumlah televisi internasional menyebut reaksi media dan pejabat barat sangat cepat dan emosional.
“Dibandingkan reaksi di Rusia sendiri,” tulisnya dikolom opini Russia Today, Kamis (3/9/2020). Meskipun Navalny menonjol di lingkaran oposisi Rusia, reaksi atas kasusnya secara domestik tidak signifikan.
“Tidak ada tindakan protes yang diadakan atau direncanakan, lebih dari satu minggu setelah Navalny diduga diracun,” lanjutnya.
“Faktanya, bahkan kritikus paling keras terhadap pemerintah Rusia masih berdebat di antara mereka sendiri dan menyarankan berbagai versi peristiwa yang berbeda,” imbuh Babich.
Dmitry Babich menambahkan, ada banyak kelompok kepentingan di Rusia dan di luar negeri ini yang tertarik menyingkirkan Navalny dari panggung politik lewat skandal semacam itu.
Namun, pemerintah barat di mata Babich, yakin versi cerita yang paling memberatkan Rusia adalah yang benar dan hanya berbicara tentang konsekuensi terhadap Moskow.
Belum banyak yang menelaah kasus Navalny ini kaitannya proyek pipanisasi gas Nord Stream 2. Jerman sedang dalam tekanan kuat AS agar menghentikan kerjasama proyek strategis itu dengan Rusia.
Navalny diterbangkan ke Jerman, atas desakan pendukungnya. Lalu muncullah kisah peracunan yang bersangkutan saat terbang dari Siberia ke Moskow.
Proyek Nord Stream 2 akan membawa kapasitas total 55 miliar meter kubik gas per tahun dari pantai Rusia melalui Laut Baltik ke Jerman.
Hingga saat ini, 93,5 % dari Nord Stream 2 telah selesai dibangun. Konstruksi dihentikan akhir 2019 ketika perusahaan peletakan pipa Swiss Allseas berhenti bekerja akibat sanksi AS.
Pemerintah Jerman telah berulang kali berbicara mendukung proyek tersebut, meskipun ada tekanan dari banyak sekutu baratnya.
Juru bicara pemerintah Jerman, Ulrike Demmer, mengatakan Berlin percaya menghubungkan proyek Nord Stream 2 dengan insiden Navalny adalah salah.
Demmer merujuk pernyataan Merkel, yang mengatakan pekan lalu pipa gas harus diselesaikan.
"Dari sudut pandang Kanselir, tidak pantas untuk menghubungkan proyek ini, yang dilaksanakan sebagai bagian dari bisnis, dengan situasi di sekitar Navalny," katanya.
Navalny dilarikan ke rumah sakit di Kota Omsk pada 20 Agustus. Pesawat terbang yang ditumpanginya terpaksa mendarat setelah blogger itu tiba-tiba merasa tak enak badan dalam penerbangan dari Siberia ke Moskow.
Segera setelah Navalny sakit, juru bicaranya Kira Yarmysh menyatakan Navalny mungkin telah diracuni. Setelah melakukan beberapa tes, petugas medis Rusia menetapkan tidak ada jejak racun di tubuh Navalny.
Sementara pihak berwenang di RS Omsk, tempat Alexei Navalny pertama kali ditangani, para dokter tidak menemukan jejak racun apapun.
Pada saat yang sama, dokter dari Institut Pertolongan Pertama Darurat Moskow, Nikolay Sklifosovsky juga menyatakan tak ada jejak zat kelompok penghambat kolinesterase di tubuh Navalny.(Tribunnews.com/TASS/RussiaToday/xna)