TRIBUNNEWS.COM - Kematian selebriti muda secara mendadak akan menjadi berita di mana saja.
Liputan kematian aktor Bollywood Sushant Singh Rajput dan skandal kekasihnya Rhea Chakraborty tengah mendominasi televisi di India.
Banyak orang bertanya-tanya apakah pemberitaan ini merupakan pengalihan isu yang lebih penting pada saat India mengalami krisis nasional?
BBC melaporkan, analis menyebut, media mulai terobsesi pada Sushant sejak Juni 2020 ketika dia ditemukan tewas di apartemennya.
Dari penuturan polisi Mumbai, aktor berusia 34 tahun itu diidentifikasi meninggal karena bunuh diri.
Baca: Bintang Bollywood Rhea Chakraborty Ditangkap Terkait Kematian Sushant Singh Rajput
Baca: Rhea Chakraborty Ditangkap oleh Badan Pengawas Narkotika India Terkait Kematian Sushant Singh Rajput
Media melaporkan Sushant Singh Rajput memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya.
Kasus kematian Sushant kini tengah dalam penyelidikan polisi federal, setelah ayah Suhant menuduh Rhea Chakraborty merupakan dalang di balik meninggalnya aktor muda itu.
Klaim-klaim muncul atas Rhea Chakraborty, dari dugaan aktris tersebut mencuri uang kekasihnya, overdosis obat-obatan hingga tuduhan pembunuhan, dianggap tidak berdasar.
Rhea Chakraborty telah menyampaikan bantahan terkait tuduhan tersebut.
Pada Selasa (8/9/2020), Chakraborty diamankan Badan Narkotika India karena diduga membeli ganja untuk Rajput.
Tak lama, Chakraborty dikabarkan juga telah menyangkal tuduhan tersebut.
Baca: Rhea Chakraborty Resmi Ditangkap atas Dugaan Mengatur dan Mendanai Konsumsi Ganja Sushant Singh
Krisis di India
Secara terpisah, beberapa host populer di televisi India menyatakan, Chakrabory bersalah atas skandal ini.
Editor media The Print, Shailaja Bajpai mengatakan, tak ada yang bisa menyaingi reality show, "semua orang terpaku pada perangkat TV mereka".
Skandal Chakraborty menjadi semakin panas saat India menghadapi sejumlah masalah kritis.
Senin lalu (7/9/2020), pemerintah merilis angka PDB yang mengkhawatirkan.
Dalam tiga bulan hingga akhir Juni 2020, ekonomi India berkontraksi sebesar 23,9 persen.
Penururan ini tercatat sebagai yang terburuk sejak 1996 ketika negara itu mulai merilis data kuartalan.
Sebagian besar penurunan disebabkan oleh pandemi virus corona yang melanda negara itu.
India sekarang memiliki jumlah kasus terkonfirmasi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Baca: Pacar Sushant Singh, Rhea Chakraborty Ngaku Beli Narkoba untuk Sang Aktor, Namun Tak Pernah Konsumsi
Ketegangan di Perbatasan
Sementara itu, ketegangan di perbatasan yang disengketakan dengan China juga lebih buruk daripada sebelumnya sejak 1960-an.
Tetapi sebagian besar saluran berita televisi hanya mencurahkan sedikit waktu untuk masalah ini.
Ketika seorang panelis di satu saluran berusaha membahas ekonomi, seketika langsung dibantah.
"Saya ingin mencatat kejijikan saya yang mendalam pada hari PDB telah menyusut 23,9 persen ..." dia memulai.
Pembawa acara memotongnya singkat: "Anda tidak perlu menjadi bagian dari debat ini jika Anda merasa sangat menjijikkan. Jangan buang waktu kami, waktu Anda, waktu bangsa, waktu pemirsa, dan waktu saya," teriaknya.
Ada juga pertunjukan teatrikal serupa di saluran lain.
Pembawa acara memberi tahu pemirsa berulang kali, kematian bintang itu adalah "kisah terbesar" di zaman kita.
Pada hari Selasa, setelah penangkapan Chakraborty, seorang presenter menyombongkan diri, saluran mereka telah menghabiskan 2.000 jam untuk cerita tersebut.
Baca: Rhea Chakraborty, Kekasih Sushant Singh Jadi Tersangka, Heboh Kabar Dirinya Ditampar Saat Interogasi
Jadi mengapa kematian Sushant mendapat begitu banyak perhatian, dan Chakraborty begitu difitnah?
Menurut pandangan analis, alasan mengapa kematian Sushant Singh Rajput dan skandal Rhea Chakrabory ramai diberitakan adalah politik.
Dia menunjukkan, saluran yang paling memperhatikan berita adalah saluran yang bersimpati kepada Perdana Menteri Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata (BJP).
Baca: Kasus Sushant Singh Rajput Dialihkan ke Biro Investistigasi, Kekasih Sang Aktor Diperiksa Polisi
"Pemerintah senang karena tidak ada yang mempertanyakan mereka tentang ekonomi, PDB, kehilangan pekerjaan, dan meningkatnya angka virus corona," ungkap Bajpai, jurnalis The Print.
Juga, menurutnya, secara komersial masuk akal bagi saluran TV untuk meningkatkan rating mereka dan pendapatan iklan yang melimpah.
"Ratingnya terus naik karena penonton voyeuristik menjilat setiap putaran dan putaran dalam cerita. Jadi saluran tetap menggunakannya," tambah Bajpai.
"Tapi kita juga harus menghadapi 'gajah' di ruangan, apa yang dikatakannya tentang masyarakat kita?"
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)