TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Alexei Navalny mengatakan, rekening bank politisi oposisi Rusia itu dibekukan dan apartemennya di Moskow disita.
Mengutip Al Jazeera, tindakan tersebut merupakan bagian dari tuntutan hukum ketika Navalny dalam pemulihan dari dugaan keracunan di rumah sakit Berlin.
Sebelumnya, Navalny diterbangkan dari Rusia ke Jerman pertengahan Agustus setelah jatuh sakit dalam penerbangan domestik di Siberia.
Kemudian, tes yang dijalani Navalny di Jerman menunjukkan dia diracuni dengan racun saraf Novichok.
Tak hanya Jerman, dua negara lain, yakni Prancis dan Swedia juga mengonfirmasi keberadaan Novichok di tubuh Navalny.
Baca: Kritikus Vladimir Putin, Alexei Navalny Keluar dari Rumah Sakit Berlin
Baca: UPDATE Alexei Navalny: Tuntut Rusia Kembalikan Pakaian hingga Permintaan Maaf Ilmuwan Novichok
Juru bicaranya Kira Yarmysh mengatakan, dalam sebuah video yang diposting di Twitter, aset Navalny disita pada 27 Agustus 2020 sehubungan dengan gugatan yang diajukan oleh perusahaan katering Sekolah Moskow.
Diketahui, politisi dan sekutunya telah terlibat dalam perselisihan berkepanjangan dengan perusahaan.
“Artinya flat (apartemen) itu tidak bisa dijual, disumbangkan atau digadaikan,” kata Yarmysh.
Negara-negara Barat telah menuntut penjelasan dari Kremlin mengenai dugaan keracunan, tetapi Rusia membantah terlibat dalam insiden tersebut dan mengatakan belum melihat bukti kejahatan.
Baca: Kondisi Alexei Navalny Semakin Membaik, Unggah Foto Ini di Instagram
Pada hari Rabu, dokter di rumah sakit Charite Berlin mengatakan Navalny dipulangkan.
Navalny akan tinggal di Jerman sekarang untuk melanjutkan perawatan rawat jalan.
Dalam perselisihan dengan Moscow Schoolchild, pengadilan Rusia pada Oktober 2019 memerintahkan Navalny, Yayasan Anti-Korupsi (FBK) dan sekutunya Lyubov Sobol untuk membayar Rp 21 miliar sebagai ganti rugi karena memfitnah perusahaan dan menyebabkan kerusakan moral.
Pengadilan meminta kelompoknya untuk menghapus video yang mempertanyakan kualitas makanannya.
"Ini adalah jumlah keuntungan yang diperkirakan hilang untuk Sekolah Moskow karena kehilangan kontrak untuk menyediakan makanan," kata Yarmysh.
Baca: Staf Alexei Navalny: Jejak Racun Novichok Ditemukan dari Botol Air Kamar Hotel di Siberia
Baca: Kabar Terbaru Alexei Navalny, Tokoh Oposisi Rusia yang Diracun Sudah Bisa Bangun dari Tempat Tidur
Pengusaha Yevgeny Prigozhin mengatakan dia telah membayar perusahaan katering dan akan mengklaim uang itu kembali.
Pendukung Navalny mengatakan tuntutan hukum dan penggerebekan polisi yang menargetkan dia dan yayasannya adalah bagian dari kampanye terkoordinasi untuk melumpuhkan aktivitas mereka.
Otoritas Rusia membantah tuduhan itu.
Baca: Rumah Sakit Jerman yang Rawat Alexei Navalny Kabarkan Pemimpin Oposisi Rusia Itu Bangun dari Koma
Meski demikian, kepada CNN, staf Alexei Navalny mengatakan, botol air itu belum tentu merupakan barang yang digunakan untuk meracuni kritikus Kremlin tersebut.
Bisa saja, tambahnya, racun Novichok ditempatkan pada objek lain.
"Seperti yang kami pahami, botol itu bukanlah sumber zat beracun ini, tetapi lebih mungkin saat dia meminumnya, mulutnya meninggalkan jejak (racun) di botol," tambah Georgy Alburov, staf yang bekerja di Navalny's Anti-Corruption Foundation.
"Kami diberitahu para ahli, ada sejumlah kecil (zat), kemungkinan besar hanya jejaknya (di botol)," terangnya.
Baca: Rumah Sakit Jerman yang Rawat Alexei Navalny Kabarkan Pemimpin Oposisi Rusia Itu Bangun dari Koma
Baca: Trump Klaim AS Belum Miliki Bukti Keracunan Alexei Navalny: Kita Harus Fokus pada China, Bukan Rusia
Baca: Alexei Navalny Segera Kembali ke Rusia, Juru Bicara: Tak Ada Opsi Lain untuk Dipertimbangkan
Kecurigaan Staf Navalny terhadap Polisi Lokal yang Hendak Menyita Botol Air dari Kamar Hotel
Lebih lanjut, Alburov mengatakan kepada CNN bahwa polisi lokal di Tomsk menunjukkan 'minat khusus' pada botol air dan berusaha menyita barang tersebut.
"Ketika polisi memeriksa kami, mereka memperhatikan botol air, anehnya, padahal kami mengambil banyak barang lain," katanya.
Ketika dimintai komentar, polisi Tomsk tidak mengomentari masalah tersebut dan merujuk CNN ke Direktorat Utama Kementerian Dalam Negeri Rusia, yang belum menanggapi permintaan CNN.
Kremlin sebelumnya mengatakan "tidak melihat alasan" untuk menyalahkan negara Rusia atas serangan itu atau untuk meluncurkan penyelidikan kriminal atas masalah tersebut.
Kementerian Luar Negeri Jerman menolak berkomentar langsung tentang masalah tersebut ketika dihubungi oleh CNN Kamis.
Alburov menambahkan bahwa tim Navalny meminta akses ke rekaman CCTV hotel tetapi mengetahui bahwa itu telah disita oleh polisi.
Botol-botol itu kemudian dibawa ke Jerman dengan pesawat medis yang sama yang digunakan untuk mengevakuasi Navalny dari Omsk, tempat pesawatnya melakukan pendaratan darurat, ke Rumah Sakit Charite Berlin pada 22 Agustus, di mana dia tetap tinggal.
"Dua minggu kemudian, laboratorium Jerman menemukan jejak Novichok di botol dari Tomsk," kata staf Navalny di Instagram, Kamis (17/9/2020).
"Dan kemudian dua laboratorium lagi yang mengambil tes dari Alexey memastikan bahwa Navalny diracuni olehnya (Novichok)," tambahnya.
Baca: Alexei Navalny Diduga Diracun dengan Racun Saraf Novichok, Apa Itu?
Baca: Jerman Ungkap Kritikus Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny Diracuni dengan Agen Saraf Novichok
Awalnya Mengira Navalny Diracun saat Minum Teh di Bandara
Lebih jauh, staf kritikus Kremlin itu awalnya mengira Navalny diracuni setelah minum teh di bandara Tomsk sebelum naik penerbangan pulang ke Moskow.
"Sekarang kami mengerti, ini dilakukan sebelum dia meninggalkan kamarnya untuk pergi ke bandara," kata para stafnya, Kamis.
Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), yang membantu pihak berwenang Jerman dalam kasus ini mengatakan, pihaknya juga menjalankan tes pada sampel yang dikumpulkan dari Navalny.
Agen Novichok sama-sama mematikan dan sangat tidak biasa sehingga sangat sedikit ilmuwan di luar Rusia yang memiliki pengalaman nyata dalam menanganinya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang peran Moskow dalam insiden tersebut.
Novichok juga digunakan dalam serangan Maret 2018 terhadap mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal di kota Salisbury, Inggris.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)