TRIBUNNEWS.COM - Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun di Italia, bunuh diri dengan meninggalkan pesan terakhir yang mengerikan kepada orangtuanya.
Pesan terakhir anak itu memicu ketakutan bahwa dia bunuh diri karena main "permainan bunuh diri" yang mirip dengan Blue Whale.
Bocah itu dilaporkan melompat dari jendela 10 lantai di Via Mergellina di Chiaia, Napoli, Italia sekitar pukul 01.00 pada Selasa (29/9/2020).
Polisi kemudian melihat tabletnya yang kemudian menemukan kata-kata terakhirnya yang berbunyi,
"Aku mencintaimu ibu dan ayah. Saya harus mengikuti pria kulit hitam dengan tudung."
Penyelidik belum mengesampingkan spekulasi bahwa bocah lelaki itu nekad bunuh diri karena ia mengikuti "tantangan horor", yang terkait dengan karakter fiksi online bernama Jonathan Galindo, menurut media Italia, seperti yang dilansir dari Daily Mail pada Kamis (1/10/2020).
Baca: Jefri Tewas Dianiaya Gegara Utang Judi Game Online Rp 766 Juta, Diduga Ada Oknum Aparat Terlibat
Galindo adalah sosok misterius yang menyamar menjadi anjing humanoid berkerudung gelap yang menantang anak-anak untuk melakukan tindakan yang semakin ekstrim dan berbahaya, yang puncaknya mengarah pada tindakan bunuh diri.
Bocah 11 tahun itu sebelum bunuh diri, digambarkan sebagai anak yang sehat, sporty, populer, dan memiliki latar belakang dari keluarga kelas menengah.
Diperkirakan dia bisa saja memainkan game online baru yang dimulai ketika pemain, biasanya anak-anak dan remaja, menambahkan Galindo di semua saluran media sosial.
Tugas dimulai dengan perintah yang cukup biasa seperti "bangun di tengah malam" atau "menonton film menakutkan".
Namun, tugas secara bertahap meningkat karena Galindo mendesak pemain untuk melukai diri sendiri atau menempatkan diri mereka dalam bahaya mematikan, seperti "berdiri di blok menara".
Tantangan terakhir adalah permintaan agar pengguna bunuh diri.
Wajah Galindo diciptakan oleh penata rias yang menentang bunuh diri dan mengecam hubungan antara seni dan karakternya.
Baca: Cari Cara Mutilasi via YouTube, Terungkap Fajri Sempat Main Game Online Dekat Jasad Korban
Galindo telah dibandingkan dengan Blue Whale Challenge yang menetapkan 50 tugas selama 50 hari sebelum mendesak penggunanya untuk bunuh diri.
Blue Whale, yang telah ada sejak 2015, telah dikaitkan dengan lebih dari 130 kasus bunuh diri anak muda di seluruh dunia.
Permainan itu kemudian dibuat ulang oleh Momo Challenge yang pertama kali dilaporkan pada Juli 2018.
Momo Challenge dimulai di WhatsApp dan menantang pengguna untuk menghubungi "Momo" dengan mengirim pesan ke nomor yang tidak dikenal.
Pengguna tersebut kemudian diburu dengan gambar menakutkan dan pesan kekerasan yang mengarah ke seruan kepada "pemain" untuk bunuh diri.
Tidak ada yang tahu dari mana asal Momo, atau siapa yang berada di belakang tren yang mengganggu, meski pun itu dihubungkan dengan setidaknya 7 nomor telepon yang dimulai dengan kode dari Jepang dan beberapa negara di Amerika Latin.
Sementara, investigasi terhadap bocah 11 bunuh diri itu masih berlangsung.
Lompat dari Gedung Apartemen
Aksi yang mirip dilakukan seorang bocah laki-laki di Haimen, Jiangsu di China, meninggal secara tragis setelah melompat dari sebuah gedung apartemen.
Remaja 13 tahun ini diyakini sangat terobsesi dengan video game populer, PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG).
Ia ingin meniru karakter dalam game dan lompati dari lantai empat gedungnya hingga meninggal secara tragis.
Melansir dari Daily Mail, bocah ini dilaporkan bermain PUBG di iPad-nya sebelum kematiannya.
Ibunya jelas merasa sangat bersedih dan hancur atas kematian putranya.
Sang ibu pun menyalahkan game tersebut.
Ia mengatakan, bahwa game itu telah mempengaruhi putranya dan menyebabkan dia melompat dari bangunan.
"Video game itu menyebabkan kematian putraku. Tidak ada alasan lain," kata sang ibu, Yu Lihua seperti dikutip dari Daily Mail.
Ia pun mengatakan bahwa putranya melompat untuk melihat apakah Ia bisa bertahan hidup seperti karakter dalam game video tersebut.
Baca: Baru Saja Dirilis, Game Ini Telah Dimainkan Lebih dari 20.000 Kali
Jika Moms tidak tahu, PUBG adalah permainan royale pertempuran multiplayer online di mana hingga seratus pemain akan terjun payung ke pulau dan mencari senjata dan peralatan untuk membunuh orang lain sambil bertahan hidup.
Di dalam permainan pertarungan online multi pemain, pemain dapat menghemat waktu dengan melompat dari bangunan tanpa kehilangan nyawa.
Karakter juga dapat melompat dari gedung ke gedung dengan mudah.
Ibu Xu percaya bahwa permainan itu menyebabkan putranya berpikir bahwa dia bisa seperti karakter dalam permainan dan melompat turun dari gedung tanpa cedera apa pun, yang menyebabkan kematiannya.
Dia telah bermain PUBG sebelum dia meninggal dan tidak menunjukkan kecenderungan bunuh diri.
“Dia mungkin masih memikirkan game setelah dia berhenti bermain. Dia mungkin pergi untuk melihat apakah seseorang dapat bertahan hidup melompat dari sebuah bangunan," jelas ibunya, Yu Lihua.
Yu Lihua, ibu remaja yang meninggal akibat game online mengatakan bahwa Xu adalah anak yang ceria dan baik hati yang memiliki banyak teman, dan kehidupan keluarga mereka baik-baik saja.
Jadi dia tidak memiliki alasan yang jelas untuk bunuh diri.
Baca: Terduga Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Pontianak Masih Dirawat Usai Coba Bunuh Diri Minum Racun
Dia mengatakan bahwa dia ingin menuntut perusahaan yang menciptakan permainan karena dia percaya bahwa permainan ini telah mempengaruhi banyak orang lain yang ingin mencoba hal yang sama, bukan hanya putranya.
Menurut laporan, insiden itu masih dalam penyelidikan polisi.
Melansir dari World of Buzz, polisi mengatakan tidak ada kecurangan yang terlibat tetapi tidak menutup kemungkinan dipengaruhi oleh PUBG.
Pernyataannya disambut dengan ejekan oleh beberapa warganet.
Mereka mengatakan bahwa orangtua bocah itu mungkin telah mengabaikan putranya dan tidak memberinya perhatian yang cukup.
Namun, Yu menjawab bahwa dia lebih memilih putranya kembali daripada uang yang didapatnya dari menggugat perusahaan game.
Yu juga mengatakan bahwa dia akan menyumbangkan uang yang didapat jika dia menang.
“Saya ingin meningkatkan kesadaran tentang masalah ini sehingga anak-anak yang mudah dipengaruhi lainnya tidak akan terpengaruh oleh permainan. Saya lebih memilih anak saya kembali daripada memiliki uang. Saya harap tidak ada orang tua lain yang akan mengalami hal yang sama seperti saya,” terangnya, seperti dikutip dari World of Buzz.
Ini bukan kasus pertama di mana gim video telah memengaruhi orang untuk melakukan hal-hal gila.
Seperti sebelumnya, ada insiden di China di mana seorang anak laki-laki mendorong ayahnya menuruni tangga karena Ia tidak ingin bermain PUBG dengannya.
Untungnya, sang ayah hanya mengalami patah pergelangan tangan.
Tidak masalah untuk melepaskan dan menghilangkan stres sesekali dengan bermain game online, tetapi pastikan bahwa tidak menjadi kecanduan.
Video game bukan skenario kehidupan nyata, jangan mencobanya di rumah!
Lebih waspada dan selalu awasi juga beri pengertian pada Si Kecil bila sudah mulai bermain game yang berlebihan.
Terinspirasi Lompat dari Gedung Tanpa Parasut
Dua orang anak-anak melompat dari sebuah gedung termotivasi game di Handan, China, Jumat (15/5/2020).
Dua orang anak yang melompat merupakan saudara kandung, bocah laki-laki berusia 11 tahun dengan adik perempuannya berusia 9 tahun.
Aksi melompat tersebut dilakukan dari sebuah gedung setinggi lima lantai atau 15 meter.
Mereka melompat karena termotivasi dari game yang sedang dimainkan, melompat dari gedung dan tetap hidup.
Melansir dari gurugamer.com, informasi yang dijelaskan oleh orang tua dua anak ini, semenjak diberlakukan pengurangan aktivitas di luar rumah akibat Covid-19, mereka berdua bisa menghabiskan sepanjang hari untuk bermain game.
Game yang dimainkan tersebut adalah Game for Peace (PUBG Mobile versi Cina, dengan konten masif dan berdarah) dan Mini World, game kreatif dunia-terbuka yang mirip dengan Minecraft.
Bocah ini menjelaskan alasannya melompat dari gedung untuk membuktikan, apakah mereka bisa terjun dari gedung atau terbang dan bisa mendarat dengan baik serta tetap hidup seperti pada game.
Kemungkinan besar bocah ini termotivasi pada drop parasut PUBG Mobile. Yang bisa melompat dari gedung tanpa ada parasut atau alat pelindung lain.
Bocah ini juga mengutarakan mengenai game yang ia mainkan.
"Tidak peduli berapa kali Anda jatuh di Dunia Mini, Anda akan dibangkitkan tanpa gagal,” ungkap bocah ini.
Dua anak ini ditemukan oleh orang tuanya tergeletak di jalan. Beruntung nyawa mereka masih terselamatkan, meski mengalami patah pada beberapa tulang.
Kedua bocah ini langsung dioperasi, dengan uang pinjaman dari saudara orang tuanya dan dari pinjaman online.
Alasan kedua bocah ini melompat terungkap ketika berada di rumah sakit.
Sehingga, anggota keluarga berusaha menuntut kompensasi kepada pihak pengembang game tersebut.
Penjelasan ayah si bocah, Tuan Shen, anak mereka memainkan game tersebut lebih dari 8 jam dalam sehari.
Menurut dokter yang menangani mereka, beberapa cidera dua bocah ini tidak akan sembuh dengan sempurna.
Sebab, beberapa bagian badan ada yang patah dan tidak akan pulih sepenuhnya.
Kejadian seperti ini, bisa saja terjadi pada bocah-bocah lain karena dipengaharui oleh pengalaman fiksi.
Maka karena itu, orang tua sebaiknya mengurangi anak-anak bermain game karena mereka sangat mudah terpengaruh dengan khayalan-khayalan fiksi. (Serambi Indonesia/Tribun Manado/Kompas.com)