News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Eksekutif Muslim Belgia Mengutuk Keras Pembunuhan Samuel Paty, Guru di Prancis yang Tewas Dipenggal

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Eksekutif Muslim Belgia Mengutuk Keras Pembunuhan Samuel Paty, Guru di Prancis yang Tewas Dipenggal
TRIBUNNEWS.COM - Eksekutif Muslim di Belgia (EMB) mengutuk keras pembunuhan Samuel Paty, seorang guru sejarah dan geografi yang terbunuh di Prancis Jumat lalu.

Paty dipenggal di Conflans-Sainte-Honorine di wilayah Paris oleh seorang anak berusia 18 tahun, setelah memperlihatkan kartun Nabi Muhammad selama pembelajaran.

Brussel Times melaporkan, dalam sebuah pernyataan Eksekutif Muslim Belgia mengatakan, kejadian tersebut sangat ngeri.
"Kami mendesak semua Muslim untuk melawan mereka yang "menyalahgunakan Islam dan menyebarkan ide-ide ekstremis dan radikal," kata EMB.

Baca juga: Pemenggalan Guru di Prancis: Unjuk Rasa Digelar sebagai Bentuk Penghormatan

Baca juga: Pemenggalan Kepala Guru Prancis: 15 Orang Ditahan, Termasuk 4 Siswa Sekolah

Eksekutif Muslim di Belgia (EMB) mengutuk keras pembunuhan Samuel Paty, seorang guru sejarah dan geografi yang terbunuh di Prancis Jumat lalu. (BELGA)
Badan perwakilan kepercayaan Muslim di Belgia juga ingin menyampaikan dukungan terdalamnya kepada dunia pengajaran.
Mereka juga menyampaikan pesan untuk menegaskan kembali keterikatannya pada nilai-nilai universal seperti kebebasan berekspresi.

Inilah yang kami ketahui tentang serangan itu sejauh ini:

Siapa korbannya?

Korban diketahui bernama Samuel Paty, dia merupakan seorang guru Sejarah dan Geografi berusia 47 tahun.

Kepalanya dipenggal di dekat sekolah sekitar pukul 17.00 sore waktu setempat.

Mengutip Euronews, pihak kepolisian mengatakan kepada kantor berita AFP, sebelumnya, Paty mengadakan diskusi kelas dengan siswa sekolah menengah tentang kartun Nabi Muhammad.

Beberapa orang tua Muslim mengatakan, mereka telah mengadu ke sekolah dan media Prancis, Paty telah menerima sejumlah ancaman setelah kelas tersebut.

Baca juga: Jejak Paris Morgue, di Mana Kamar Mayat Jadi Objek Wisata di Prancis

Baca juga: Antoine Griezmann Kian Dekati Catatan Gol David Trezeguet hingga Thierry Henry di Timnas Prancis

Pemenggalan Kepala Guru di Prancis, Samuel Paty (AFP)

Apa latar belakang serangan ini?

Lebih lanjut, insiden itu terjadi ketika pemerintah Prancis menyusun RUU untuk menangani kelompok radikal Islam yang menurut pihak berwenang menciptakan "masyarakat paralel di luar nilai-nilai Republik Prancis".

Ini menandai terorisme kedua terkait insiden majalah satir Charlie Hebdo, sejak persidangan dimulai Januari 2015.

Majalah tersebut menerbitkan kartun yang menggambarkan Mohammad.

Saat persidangan berlangsung, majalah tersebut menerbitkan ulang pada tahun ini.

Tiga minggu lalu, seorang berusia 18 tahun dari Pakistan ditangkap setelah menikam dua orang di luar bekas kantor Charlie Hebdo.

Dia mengatakan kepada polisi bahwa dia kesal dengan publikasi caricatures.

Korbannya menderita luka yang tidak mengancam jiwa.

Baca juga: Seorang Pria Jadi Korban Penembakan di Tempat Hiburan Malam Tangerang, Pelaku Mengaku Anggota Polri

Baca juga: Model Majalah Playboy Ini Ceritakan Pengalamannya Bertemu Monyet Nakal saat Liburan ke Bali

Bagaimana reaksi orang-orang terhadap insiden tersebut?

Diketuai oleh Macron, Dewan Pertahanan Prancis pada Minggu memutuskan untuk memperkuat keamanan di sekolah-sekolah pada awal tahun ajaran.

Selain itu, Dewan Pertahanan Prancis juga mengambil "tindakan nyata" terhadap kelompok atau individu yang mengirimkan pesan kebencian setelah pembunuhan itu.

Macron "menyerukan agar tindakan cepat diambil dan tidak ada jeda yang diberikan kepada mereka yang mengatur untuk menentang tatanan republik," tambah Elysée. 

Secara terpisah, Charlie Hebdo tweeted pada hari Jumat: "Intoleransi baru saja mencapai ambang batas baru dan tampaknya tidak berhenti untuk memaksakan teror di negara kita."

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada hari Sabtu menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban dan mengatakan "pikirannya tertuju pada guru di Prancis dan di seluruh Eropa" setelah serangan itu.

“Tanpa mereka (guru) tidak ada warga negara. Tanpa mereka tidak ada demokrasi,” ungkapnya.

Baca juga: Orang yang Melanggar Karantina Virus Corona Harus Dibunuh, Kata Pemimpin Chechnya

Komunitas Chechnya Buka Suara 

Lebih jauh, Majelis Komunitas Chechnya di Eropa, yang berbasis di Strasbourg, Prancis menanggapi insiden brutal yagn terjadi ini.

Mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Seperti semua orang Prancis, komunitas kami ngeri dengan kejadian ini."

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini