TRIBUNNEWS.COM - Waktu cuti yang tak terbatas nampaknya menjadi impian semua karyawan.
Karyawan dapat mengambil waktu selama yang mereka inginkan.
Tidak perlu mengajukan permohonan cuti, menghitung jatah cuti, dan menghemat sisa cuti untuk acara yang benar-benar penting.
Namun, beberapa perusahaan ternyata menemukan bahwa para karyawannya justru mengambil lebih sedikit cuti.
Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan itu mencoba pendekatan yang berbeda.
Baca juga: Perusahaan Wajib Beri Upah Lembur untuk Karyawan yang Masuk Kerja saat Cuti Bersama
Beberapa perusahaan mewajibkan karyawannya untuk mengambil cuti.
Berikut tiga perusahaan yang menerapkan kebijakan cuti wajib, dilansir CNN:
1. Chatbooks
Satu di antaranya adalah perusahaan photobook yang berbasis di Utah, Amerika Serikat, Chatbooks.
Chatbooks menawarkan cuti tak berbatas untuk karyawan sejak 2014.
Namun, banyak karyawan yang justru tidak mengambil banyak cuti, terutama sejak pandemi.
Hal itu disampaikan oleh presiden sekaligus kepala operasional Chatbooks, Dan Jimenez.
Jimenez juga mengaku, dirinya termasuk satu dari orang-orang yang tidak mengambil cuti panjang.
"Saya termasuk yang paling sering di antaranya. (Akibatnya) orang mengalami masa sulit terkait kesehatan mental dan emosional mereka di tempat kerja," ujar Jimenez.
Baca juga: Teliti Omnibus Law UU Cipta Kerja: Benarkah Cuti Dihapus dan Jam Kerja Bisa Lebih Lama?
Solusinya, perusahaan yang memiliki sekitar 150 karyawan penuh waktu dan paruh waktu itu menerapkan kebijakan cuti wajib dibayar.
Karyawan diharapkan mengambil cuti lima hari kerja berturut-turut setiap tiga bulan.
"Ini lebih tentang menetapkan minimum daripada maksimum," kata Jimenez.
Jimenez menuturkan, perusahaan masih menawarkan cuti tak terbatas untuk hal-hal seperti pertemuan dengan dokter atau acara sekolah anak-anak.
Dan jika karyawan ingin memperpanjang cuti mereka lebih dari seminggu, karyawan dapat berkoordinasi dengan manajer.
Saat ini, cuti wajib hanya berlaku untuk pekerja penuh waktu.
Sementara itu, waktu yang tidak boleh diambil untuk cuti oleh karyawan adalah 1 Oktober-23 Desember.
Pasalnya, periode tersebut merupakan waktu tersibuk perusahaan.
Karyawan masih dapat mengambil satu atau dua hari jika mendesak selama periode itu.
Setelahnya, perusahaan tutup selama dua minggu.
2. SimpliFlying
Perusahaan strategi pemasaran maskapai, SimplyFlying telah mewajibkan karyawannya mengambil cuti sejak 2016.
Perusahaan yang saat ini memiliki lima karyawan tersebut dulunya memiliki kebijakan cuti tanpa batas.
Namun, tidak seperti karyawan Chatbooks yang jarang mengambil cuti, karyawan SimpliFlying lebih sering menggunakan kesempatannya.
"Beberapa orang mengambil cuti secara teratur, sementara yang lain masih bekerja di akhir pekan dan tidak pernah mengambil cuti. Ada perbedaan besar," kata pendiri dan CEO SimpliFlying, Shashank Nigam.
Baca juga: Ini Aturan Baru untuk PNS: Mulai Cuti Tahunan hingga Pemberhentian
Mulanya, kebijakan cuti wajb mengharuskan karyawan untuk mengambil cuti seminggu setiap tujuh minggu.
Namun, itu ternyata terlalu banyak.
Kini, karyawan harus mengambil cuti seminggu setiap delapan minggu.
Sementara itu, izin sakit masih tidak terbatas.
Dalam mengatur perusahaan kecil, Nigam memberlakukan beberapa persyaratan untuk memastikan waktu libur tidak mengganggu jalannya bisnis.
Meskipun dua rekan kerja bisa libur pada minggu yang sama, mereka tidak dapat mengambil cuti beberapa minggu berturut-turut.
Dan inilah keseriusan perusahaan dalam memastikan karyawan mengambil cuti.
Jika karyawan bekerja selama waktu istirahat, seperti membalas e-mail terkait pekerjaan, karyawan tidak akan dibayar untuk minggu itu.
Perusahaan juga akan memberi pemberitahuan kepada klien setidaknya tiga minggu sebelum karyawan mengambil cuti.
Nigam tidak ingin karyawannya memikirkan pekerjaan saat mereka libur.
"Anda kembali dengan segar. Anda datang dengan masukan yang lebih cerdas dan lebih kreatif," tuturnya.
3. Cloudera
Ketika pandemi berdampak pada perusahaan, manajer perusahaan platform data, Cloudera, memperhatikan bahwa para karyawan tidak mengambil cukup cuti.
Padahal, perusahaan memiliki kebijakan cuti yang tidak terbatas untuk para karyawannya di AS.
Jadi, sejak musim panas, sekitar Juni-September 2020, perusahaan mulai secara teratur memperpanjang akhir pekan untuk membantu karyawan istirahat.
"Kami menyadari bahwa kami perlu memikirkan kesehatan mental karyawan dan bagaimana memberi mereka beberapa hari libur tambahan," kata Bob Mahan, kepala sumber daya manusia Cloudera.
Cloudera menerapkan "Unplugged Days", yang dilaksanakan setiap tiga minggu.
Pertama, karyawan mendapatkan libur pada hari Jumat, sehingga memiliki tiga hari libur akhir pekan.
Setelah tiga minggu berikutnya, ada empat hari akhir pekan.
Tiga minggu selanjutnya, libur akhir pekan menjadi lima hari, dan siklus pun berulang.
Selama Unplugged Days, seluruh bagian perusahaan tutup, kecuali beberapa karyawan yang menangani masalah pelanggan.
Mereka mendapat hari libur pada waktu yang berbeda.
Selain itu, karyawan tidak boleh mengirim e-mail apa pun, menjadwalkan rapat, atau melakukan pekerjaan lain selama Unplugged Days.
"Kami menetapkan atmosfer etos kerja bahwa hari-hari tersebut benar-benar tidak terhubung dengan pekerjaan sama sekali," ucap Mahan.
Hingga saat ini, karyawan Cloudsera memiliki 12 hari Unplugged, dan 20 hari dijadwalkan antara sekarang hingga April 2021.
Perusahaan berencana untuk menerapkan Unplugged Days selama pekerjaan masih harus dilakukan secara remote.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)