TRIBUNNEWS.COM - Seorang wanita harus mengalami pengalaman tak mengenakkan saat hendak melahirkan.
Saat meminta bantuan kepada bidan untuk membantunya melahirkan, dia justru dipaksa membayar uang suap dahulu agar dapat ditangani.
Dilansir Guardian, hal tersebut terjadi di Zimbabwe.
Wanita bernama Aurage Katume itu bergegas hendak melahirkan.
Ia mendatangi pusat kesehatan ibu kota Negara, Harare.
Namun, dalam nyeri persalinan yang menyakitkan, Katume takut apabila dirinya bisa kehilangan bayinya sebelum dilahirkan.
Baca juga: Istri Butuh Darah Usai Melahirkan, Seorang Suami Menangis Sambil Pegang Karton Besar Minta Bantuan
Baca juga: Cerita Ibu Hamil yang Ditolak Melahirkan di 4 RS karena Dinyatakan Positif Covid-19
Alhasil, Katume mendatangi klinik lain di Harare yang tidak mengantre panjang.
Sesampainya di sana, bidan klinik tampak belum siap untuk membantunya.
Ibu Katume memohon para bidan agar berbelas kasihan dan segera menangani anaknya yang hendak melahirkan.
Namun, bidan tersebut justru meminta imbalan terlebih dahulu.
"Bidan dengan tegas menolak untuk merawat saya. Ibuku memohon agar mereka berbelas kasihan," kata Katume.
"Dalam diskusi mereka, salah satu wanita bertanya, 'Apa yang Anda bawa untuk kami, apa untungnya bagi kami,'" lanjutnya.
Lantas, ibu Katume segera menyadari bahwa para bidan itu meminta uang.
Ibunya pun menyerahkan 5 dolar AS, atau sekitar Rp 72 ribu kepada petugas medis yang tampak lebih senior.
Katume mengatakan, bayinya bisa saja meninggal jika ibunya tidak membayar suap.
Baca juga: Seorang Ibu Hamil Melahirkan di Jalan yang Belum Beraspal, Tak Kuat Tahan Sakit Lewati Medan Rusak
"Tidak ada tanda terima dan tiba-tiba saya dibawa ke tempat tidur di ruang bersalin," ujar Katume dalam dokumen pengadilan.
Hal serupa tetapi lebih mengenaskan terjadi pada Melodi Mapani.
Mapani termasuk sebagai wanita dengan kondisi kesehatan yang berisiko kehilangan bayi.
Mapani pergi dari satu klinik ke klinik lain untuk mencari pertolongan, sebelum meninggal akibat tekanan darah tinggi.
Penyakit tersebut tidak diketahui sebelumnya karena klinik menolak memeriksanya.
Pengalaman Katume dan Mapani dalam melahirkan membuat keluarga mereka melaporkan otoritas kota ke pengadilan.
Mereka memaksa pemerintah untuk membuka kembali 42 klinik.
Seorang hakim pengadilan tinggi bulan ini memerintahkan dewan untuk melakukannya.
Hakim juga meminta dewan untuk memastikan wanita mendapatkan pelayanan yang mereka butuhkan.
Baca juga: Pria Ini Kaget Temukan Bayi Membeku di Freezer, Ternyata Remaja Putrinya Baru Melahirkan
Carut Marut Penanganan di Klinik Kesehatan
Pengacara Katume, menyebut staf yang korup di klinik memprioritaskan klien yang membayar dalam dolar AS.
Pasalnya, hanya sedikit klinik yang beroperasi di pusat negara tersebut.
Itu mengakibatkan korupsi yang dilakukan petugas medis merajalela.
"Pelanggaran hak sedang berlangsung dan penundaan penanganan membahayakan nyawa warga Harare, terutama ibu hamil," tutur pengacara tersebut.
"Banyak nyawa telah hilang, terutama dari bayi selama kelahiran."
"Beberapa meninggal sebelum lahir karena keterlambatan atau ketidakhadiran petugas kesehatan di klinik ini," jelasnya.
Baca juga: Akses Menuju ke Rumah Sakit Sulit, Ibu dari Pedalaman Bener Meriah Ini Melahirkan di Jalan
Kondisi tersebut membuat orang-orang beralih melahirkan di rumah, yang dapat meningkatkan risiko bagi ibu dan anak.
Dokumen pengadilan juga menuduh kelalaian dan kurangnya perawatan di klinik dewan.
Wanita hamil dilaporkan dilempar dari satu klinik ke klinik lain tanpa perawatan yang memadai.
Sejumlah wanita hamil di Harare disebut ditolak di beberapa klinik yang buka.
Sementara itu, beberapa lainnya harus menunggu antrean panjang yang tidak menerapkan jarak sosial.
Dokumen pengadilan juga mengungkap adanya kasus pasien yang pingsan dalam antrean panjang, pengembalian pasien ke rumah secara tidak aman dan dilakukan oleh orang-orang yang tidak memenuhi syarat, dan berkembangnya pasar gelap untuk obat-obatan.
Angka Kematian Melahirkan di Zimbabwe
Menurut Survei Kesehatan Demografi Zimbabwe, meski 5-10 tahun terakhir menunjukkan penurunan, perkiraan rasio kematian ibu di negara tersebut masih tinggi, yakni 651 kematian per 100.000 kelahiran.
Sektor kesehatan Zimbabwe telah memburuk sejak munculnya pandemi Covid-19.
Pelayanan medis semakin memburuk setelah para petugas garis depan melakukan mogok kerja.
Pasalnya, mereka menerima pendapatan yang lebih rendah daripada semestinya.
Pada Juni 2020 lalu, tujuh bayi lahir dalam kondisi meninggal di rumah sakit Harare.
Insiden itu terjadi karena penundaan perawatan karena masalah staf.
LSM lokal telah meminta pemerintah untuk memprioritaskan masalah kesehatan ibu untuk menurunkan angka kematian mereka.
Mayoritas kematian dapat dicegah jika perempuan menerima perawatan yang tepat selama masa kehamilan dan melahirkan.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)