Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Dolar Amerika Serikat (AS) diperdagangkan lebih rendah terhadap mata uang utama lainnya pada hari Kamis waktu AS.
Hal itu karena Presiden AS Donald Trump menggugat sejumlah negara bagian terkait kemenangan hasil quick count saingannya, Joe Biden yang unggul dalam perolehan suara elektoral.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (5/11/2020), indeks dolar turun sekitar 0,6 persen, mata uang AS ini terdepresiasi terhadap poundsterling Inggris dan yen sekitar 0,2 persen.
Baca juga: Update Pilpres AS 2020 - Viral Video Pengakuan Penasihat Spiritual Donald Trump
Selain itu dolar AS juga sempat tergelincir ke level terlemah terhadap yuan China dalam waktu lebih dari dua tahun, serta turun terhadap dolar Kanada, dolar Australia dan Selandia Baru.
Penurunan tersebut terjadi saat Biden mengumpulkan 264 dari 270 suara elektoral yang diperlukan untuk mencapai Gedung Putih, setelah menang di beberapa negara bagian yang menjadi medan pertempuran utama.
Sementara Trump yang masih menjabat sebagai presiden AS memiliki 214 suara.
Tim kampanye Trump pun telah mengajukan tuntutan hukum di sejumlah negara bagian yakni Pennsylvania, Michigan dan Georgia.
Hal itu karena kandidat dari Partai Republik ini menuduh lawan-lawannya berusaha untuk melakukan kecurangan dalam pemilu.
Investor memperingatkan bahwa ketidakpastian pemilu AS ini dapat berdampak negatif terhadap dolar dalam jangka pendek.
Ada yang mengatakan bahwa pasar sudah mencoba memperhitungkan kemenangan Biden.
Hal ini terbukti dari apresiasi mata uang yang dipengaruhi oleh sanksi tarif Trump.
Selain itu, ada pula pengamat yang memperingatkan bahwa greenback tidak akan segera bangkit kembali, jika Biden terpilih.
Seperti yang disampaikan Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex, Marc Chandler.
"Itu pertanyaan sebenarnya, apakah hari ini adalah keajaiban satu hari saja? atau kita akan mendapatkan keajaiban selanjutnya? Prediksi saya, ini akan ada kelanjutannya," kata Chandler.
Sementara itu, pasar juga menunggu berita dari Federal Reserve AS yang diperkirakan akan menyelesaikan pertemuan dua harinya pada Kamis waktu setempat.
Namun, The Fed diperkirakan tidak akan mengumumkan perubahan besar dalam kebijakan moneter, terutama di tengah ketidakpastian pemilu AS.