News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Senjata Makan Tuan! Trump Akan Termakan Omongan Sendiri Andaikan Biden Menang di Pilpres AS

Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ekspresi Donald Trump ketika mengunjungi markas kampanyenya di Arlington, Virginia, 3 November 2020. Amerika yang terpecah akan pergi ke tempat pemungutan suara pada hari Selasa di tengah pandemi terburuk dalam satu abad dan krisis ekonomi untuk memutuskan apakah akan memberi Presiden Donald Trump empat tahun lagi atau kirim Demokrat Joe Biden ke Gedung Putih. Jumlah pemungutan suara awal yang memecahkan rekor - lebih dari 100 juta - telah diberikan dalam pemilihan yang membuat negara itu gelisah dan sedang diawasi dengan ketat di ibu kota di seluruh dunia. Biden sementara mengungguli Trump dalam perhitungan sementara.

TRIBUNNEWS.COM - Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips Vermonte ikut menanggapi terkait Pilpres AS 2020.

Menurutnya, penolakan calon presiden pertahana dari Partai Republik, Donald Trump atas keunggulan rivalnya, Joe Biden memang sudah karakter.

Sebab, Philips menilai sosok Trump kerap kali tidak ingin mengikuti aturan.

Padahal, Electoral College sebagai penentu hasil penetapan Presiden sudah digunakan Amerika Serikat selama bertahun-tahun.

"Itu merupakan rules of the game yang sudah bertahun-tahun diterima oleh kandidat presiden yang lain."

"Kemudian Trump menolaknya, ini merupakan personality atau karakter dari Trump yang agak bermasalah," kata Philips dalam tayangan Kompas TV, Kamis (5/11/2020).

Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips Vermonte ikut menanggapi terkait Pilpres AS 2020.

Baca juga: Donald Trump Terancam Tak Jadi Presiden Lagi, Anaknya Ingatkan soal Biden Bisa Lemahkan Ekonomi

Baca juga: Geram Kalah dari Joe Biden, Trump Gugat 3 Negara Bagian dan Serukan Perhitungan Suara Dihentikan

Menurut Philips, karakter dari Trump akan menyulitkan sang capres.

Hal ini pun mengingatkannya pada reaksi Trump saat mantan Presiden Barack Obama lolos ke Gedung Putih pada 2008 silam.

Kala itu, Trump bersumpah akan menjadikan Obama, Presiden Amerika Serikat hanya satu periode.

"Mungkin buat Trump yang tidak pernah mau kalah juga akan menyulitkan dirinya."

"Karena waktu Obama terpilih menjadi presiden di 2008, Trump bersumpah akan menjadikan Obama Presiden AS hanya satu periode dan akan menggunakan segala cara untuk itu," kata Ilmuwan Sosial dan Politik ini.

Baca juga: Sekretaris Negara Michigan Sebut Gugatan Trump Sembrono

Baca juga: Enggan Mengaku Kalah, Mantan Dubes AS Sebut Trump Bertindak Memalukan dan Mulai Berfantasi Menang

Tampaknya, omongan Trump tersebut akan menjadi senjata makan tuan.

Sebab hasil perolehan suara melalui Electoral Votes, Trump tertinggal jauh oleh Joe Biden.

Alhasil, sumpah Trump untuk menjadikan Obama sebagai Presiden satu periode, bisa menjadi bumerang untuknya.

"Kalau ini diputuskan Joe Biden yang menang, maka Trump akan menjadi Presiden AS yang satu periode dan dia termakan omongannya sendiri," kata Philips.

Ia juga mengatakan, tindakan Trump yang terkesan tidak mau mengikuti aturan tidak terjadi kali ini saja.

Donald Trump sebut Joe Biden curang (MANDEL NGAN / AFP Twitter/@realDonaldTrump)

Baca juga: UPDATE Pilpres AS: Forbes Sebut Biden Yakin Kalahkan Trump, tapi Tak Buru-buru Nyatakan Menang

Baca juga: Update Pilpres AS 2020: Joe Biden Unggul, Tinggal Tunggu 6 Suara Lagi untuk Jadi Presiden AS

Ada berbagai hal lain yang menunjukkan Trump merasa tidak perlu mengikuti aturan.

Contohnya ialah kebijakan dan tindakannya dalam menangani pandemi Covid-19 di AS.

"Saya setuju Presiden Trump seseorang yang tidak mau ikut rules of the game."

"Bukan hanya pemilu saja, ada banyak hal lain yang menunjukkan dia merasa dirinya tidak perlu mengikuti aturan."

"Padahal ini yang sangat berbahaya bagi situasi politik dan demokrasi di Amerika," jelas alumnus Universitas Adelaide, Australia ini.

Trump sebut akan menggugat hasil perhitungan suara

Tim kampanye calon presiden petahana, Donald Trump mengajukan gugatan di tiga negara bagian, Rabu (5/11/2020).

Ketiga negara tersebut adalah Pennsylvania, Michigan dan Georgia yang termasuk swing state.

Trump merasa tertinggal jauh di belakang Joe Biden dalam perburuan 270 suara Electoral College yang dibutuhkan untuk memenangkan Pilpres AS 2020.

Pengajuan gugatan ini bergabung dengan tuntutan hukum Partai Republik di Pennsylvania dan Nevada.

Baca juga: Sempat Unggul di Sejumlah Negara Bagian Demokrat, Trump Tuding Ada Suara yang Menghilang

Baca juga: Massa Pendukung Trump Kepung TFC Center di Detroit, Desak Penghitungan di Michigan Dihentikan

Tim kampanye Trump menuntut akses yang lebih baik bagi pengamat kampanye ke lokasi penghitungan surat suara, termasuk masalah surat suara yang absen.

Namun, di satu lokasi Michigan yang dipertanyakan, The Associated Press melihat, pengawas pemilu dari kedua belah pihak memantau pada Rabu.

Tim kampanye Trump juga berusaha untuk ikut turun tangan dalam kasus Pennsylvania di Mahkamah Agung terkait apakah surat suara yang diterima hingga tiga hari setelah pemilihan dapat dihitung.

Demikian dikatakan wakil manajer kampanye Justin Clark.

Donald Trump dari Partai Republik dan Joe Biden dari Partai Demokrat (https://www.instagram.com/realdonaldtrump/)

Baca juga: Hasil Survei: Warga Amerika Cenderung Pilih Trump karena Ekonomi & Biden karena Penanganan Covid-19

Hingga Kamis (5/11/2020) dikutip dari USAtoday pukul 12.38 WIB, perolehan suara masih dipimpin Joe Biden dengan 264 electoral votes.

Biden mendapatkan 'hadiah' yang cukup besar setelah memenangkan Michigan dan Wisconsin pada Rabu (4/11/2020) kemarin.

Ia sukses merebut kembali "benteng biru" yang terlepas dari Demokrat empat tahun lalu.

Hal ini secara dramatis mempersempit jalur Presiden Donald Trump untuk kembali mendapat Gedung Putih.

Bahkan hanya tersisa 6 electoral votes lagi untuk membuatnya menang.

Hasil electoral votes dari Nevada, Georgia, North Carolina, dan Pennsylvania masih terus dihitung.

Sementara Donald Trump hanya mendapat 214 electoral votes dan tertinggal jauh dalam perolehan suara.

(Tribunnews.com/Maliana)

 
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini