TRIBUNNEWS.COM - Di tengah wabah pandemi virus corona (Covid-19), lebih dari 6.000 orang di China bagian barat daya terinfeksi Brucellosis.
Channel News Asia melaporkan, penularan Brucellosis biasanya disebabkan oleh kontak dengan hewan yang telah terinfeksi bakteri.
Yang mana bakteri tersebut berasal dari kebocoran pabrik biofarmasi milik Industri Peternakan China yang berada di Lanzhou, ibukota provinsi Gansu.
Meski Brucellosis sudah mewabah sejak setahun lalu, saat ini masih banyak orang yang terinfeksi dan dirawat di rumah sakit.
Badan legislatif tertinggi China kemudian pada Oktober lalu mengeluarkan undang-undang untuk menetapkan protokol pencegahan dan pengendalian risiko biosekuriti.
Baca juga: Penyakit Brucellosis Kini Menjangkiti Ribuan Warga China di Tengah Pandemi Covid-19, Apa Itu?
Baca juga: 5 Hal yang Harus Diketahui tentang Norovirus: Gejala, Ketersediaan Vaksin hingga Cara Mencegahnya
Apa itu Brucellosis?
Brucellosis adalah penyakit menular zoonosis, atau penyakit pada hewan yang dapat menyebar ke manusia.
Brucellosis disebabkan oleh bakteri yang menyerang domba, kambing, sapi, babi, dan bahkan anjing.
Brucellosis dilaporkan telah terjadi di banyak negara.
Manusia umumnya tertular penyakit melalui kontak langsung dengan hewan yang tertular melalui konsumsi produk hewani.
Di antaranya, susu atau keju yang tidak dipasteurisasi, dan melalui penghirupan bakteri yang terbawa udara.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penularan Brucellosis dari manusia ke manusia sangat jarang terjadi.
Adapun gejala yang terjadi saat manusia terinfeksi Brucellosis, yakni demam selama beberapa minggu.
Gejala berupa nyeri sendi juga bisa terjadi dan menjadi kronis, bahkan tidak pernah hilang meski dinyatakan sembuh.
Sejauh ini, angka kematian karena Brucellosis tercatat masih rendah, meski demikian komplikasi pada penderita bisa menyebabkan kematian.
Brucellosis sendiri dikategorikan sebagai penyakit menular Kelas B di bawah sistem tiga tingkat.
Apa yang Terjadi di Lanzhou?
Wabah terbaru di Lanzhou, Brucellosis pertama kali ditemukan pada November 2019 lalu, ketika beberapa siswa di Institut Penelitian Hewan Lanzhou dinyatakan positif.
Hingga akhir Desember 2019, setidaknya 181 orang di institut tersebut telah terinfeksi, menurut otoritas kesehatan provinsi.
Wabah bahkan menyebar ke provinsi Heilongjiang di sudut timur laut China, di mana 13 orang yang bekerja di Institut Dokter Hewan pada Agustus 2019 dinyatakan positif.
Pemerintah telah menguji 55.725 orang di kota itu, 6.620 orang di antaranya positif Brucellosis hingga Kamis (5/11/2020).
Adapun penyebab wabah tersebut, yakni pada Juli hingga Agustus 2019 pabrik biofarmasi yang terdaftar di Shanghai, menggunakan disinfektan yang kedaluwarsa untuk membuat vaksin Brucellosis, sehingga meninggalkan bakteri dalam gas limbahnya.
Gas yang terkontaminasi kemudian membentuk aerosol yang mengalir ke arah Institut Kedokteran Hewan berada.
Baca juga: Mengenal Norovirus yang Muncul di China Awal Bulan Ini, Kenali Gejala dan Cara Penularannya
Baca juga: Awal Mula Norovirus yang Mewabah di China: Menyerang Usus, Penularan hingga Gejala
(Tribunnews.com/Rica Agustina)