News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Media Asing Soroti Jurassic Park Indonesia, Konstruksi Pulau Komodo Dimulai Meski Ada Kekhawatiran

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkap Layar Media Al Jazeera yang Memberitakan Pembangunan 'Jurassic Park' di Taman Nasional Komodo, Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur. Ribuan Ekor Komodo Berada di Pulau Rinca

TRIBUNNEWS.COM - Media asing menyoroti pembangunan kawasan Taman Nasional Komodo.

Satu di antara media asing yang memberitakan pembangunan kawasan wisata di Pulau Rinca adalah Al Jazeera.

Seperti diketahui, Komodo adalah kadal terbesar dan terberat di dunia.

Baca juga: Komentari Pembangunan Jurassic Park di Pulau Rinca, Bintang Emon: Ambil Aja Bos, Duitin Semuanya

Baca juga: KLHK: Penataan Sarana dan Prasarana di Pulau Rinca Dibuat Terpusat

Tangkap Layar Media Al Jazeera yang Memberitakan Pembanguan 'Jurassic Park' di Taman Nasional Komodo, Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur. Ribuan Ekor Komodo Berada di Pulau Rinca (Tangkap Layar Al Jazeera)

Fosil komodo menunjukkan, mereka telah ada sejak jutaan tahun lalu.

Baru-baru ini, sebuah penelitian menungkapkan, komodo kemungkinan benar-benar berevolusi di Australia.

Saat ini, hewan langka ini hanya dapat di temukan di Pulau Rinca, Indonesia.

Tentunya, satu hal ini menjadi sebuah kebanggan bagi penduduk setempat yang tinggal berdekatan dengan Komodo.

Mayoritas komodo hidup di Taman Nasional Komodo, Situs Warisan Dunia UNESCO.

Komodo berkembang biak di pulau yang belum tersentuh pengembangan.

Baru-baru ini, pemerintah Indonesia dengan proyek pariwisata terbesarnya bersiap mengubah daerah tersebut menjadi tujuan wisata dunia.

Saat ini, Taman Nasional Komodo di Pulau Rinca ditutup.

Tahap awal pembangunan kawasan wisata yang disebut 'Jurassic Park' kini dimulai.

Baca juga: Soal Proyek Jurassic Park, Pemerintah NTT Klaim Nilai Ekonomi Masyarakat Daerah Bakal Naik

Baca juga: Soroti Pembangunan Jurassic Park Pulau Rinca, Sujiwo Tejo: Gak Usah Memaki, Karma Itu Keras

Berikut ini Tribunnews rangkum beberapa fakta tentang pembanguan Jurassic Park di Pulau Rinca yang dikutip dari Al Jazeera:

Foto seekor komodo yang menghadang sebuah truk, menjadi viral di media sosial. (Instagram/gregoriusafioma)

 Pembangunan Kawasan Wisata di Pulau Rinca

Untuk dicatat, sekira 1.300 ekor komodo hidup di Pulau Rinca.

Komodo dapat tumbuh sepanjang tiga meter dan berat sekira 166 kilogram.

Kadal raksasa ini dikenal sebagai pemakan segalanya, dari tikus kecil hingga kerbau.

Sebagai predator utama Pulau Rinca, Komodo memiliki gigi melengkung dan bergerigi seperti hiu.

Komodo memiliki racun yang dapat melumpuhkan mangsa hanya dalam hitungan detik dan dapat mencium darah dalam radius 9,6 kilometer.

Pemandu Taman Nasional Komodo, Subarja mengatakan, beberapa komodo tampak terganggu dengan suara pembangunan tersebut.

"Ada beberapa perubahan di sini, jadi kami pemandu ditugaskan untuk melindungi para pekerja," kata Subarja.

"Komodo mungkin merasa ruang mereka agak terbatas," ungkapnya.

"Mereka tidak terbiasa dengan alat berat, jadi ketika mereka terlalu dekat, kami berusaha menjauhkan mereka (Komodo)," paparnya.

Baca juga: Pembangunan Jurassic Park Pulau Rinca Memicu Protes: Seolah-olah Komodo Tidak Suka Pembangunan Itu

Pembangunan Dermaga Huruf Y di Pulau Rinca

Pemerintah berencana membangun dermaga baru "berbentuk Y" untuk kapal wisata.

Diketahui dermaga berbentuk "Y" ini mengacu pada lidah bercabang Komodo.

Struktur beton bundar besar akan dibangun bagi pengunjung, agar dapat berjalan di sekitar taman dan melihat komodo dari dermaga yang ditinggikan.

Lebih jauh, pejabat dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan kepada Al Jazeera, pemerintah berencana mengubah cara pandang dunia atas Taman Nasional Komodo.

"Kami ingin masuk ke kategori pariwisata premium kelas dunia," tegas Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Inung Wiratno.

Dia menambahkan, komodo tak jauh beda dengan panda yang dihargai di negaranya.

"Ini satu-satunya lokasi di dunia yang memilikinya (komodo)," terangnya.

"Kami tidak merusak apa pun, kami meningkatkan fasilitas dan manajemen pengunjung," paparnya.

Sementara itu, Kepala Taman Nasional Komodo, Kita Awang Nistyantara mengatakan, pihak berwenang setempat telah mempelajari perilaku komodo selama bertahun-tahun.

Mereka yakin perkembangan proyek tersebut tidak akan mengganggu satwa atau mengganggu habitat mereka.

"Pembangunannya dilakukan dengan sangat hati-hati, kami bahkan belum menebang satu pohon pun," katanya.

"Kami selalu pergi dengan para pekerja untuk memastikan satwa liar tidak diganggu," tegasnya.

Baca juga: Pembangunan Jurassic Park Pulau Rinca Memicu Protes: Seolah-olah Komodo Tidak Suka Pembangunan Itu

Jurnalis Tribunnews Berfoto di Taman Nasional Komodo di Pulau Rinca (2016). Ribuan Ekor Komodo Berada di Pulau Rinca. Saat ini Media Asing Menyoroti Pembangunan Kawasan Taman Nasional Komodo sebagai Wisata Premium. (Istimewa)

Merusak Alam

Taman Nasional Komodo dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1991.

Organisasi budaya yang berbasis di Paris mengatakan kepada Al Jazeera, mereka mengingatkan Indonesia tentang kewajibannya sehubungan dengan pembangunan proyek 'Jurassic Park' di Pulau Rinca itu.

"UNESCO telah meminta informasi dari Pemerintah Indonesia mengenai rencana pembangunan baru ini," kata Organisasi tersebut.

"Dan telah mengingatkan mereka (Indonesia) perlunya penilaian dampak harus diserahkan sebelum rencana diambil,” katanya.

Komentar tersebut dibuat pada akhir Oktober, tetapi pada saat itu, konstruksi sudah berjalan.

Pemerintah membantah tidak memberikan pemberitahuan sebelum pembangunan.

"Kami sudah mengirim surat ke UNESCO, kami memberi tahu mereka bahwa kami akan membangun," ujar Inung. 

"Dokumen untuk observasi lingkungan sudah terpenuhi dan kami mempertimbangkan sensitivitas kawasannya, sedangkan UNESCO di Paris belum memberikan jawaban, tapi kami sudah memberi tahu mereka," ungkapnya.

Secara terpisah, penduduk di Pulau Rinca mengatakan kepada Al Jazeera, mereka takut pemerintah merusak taman nasional.

"Ini adalah kawasan konservasi, itulah yang menjadi dasar keberatan kami," ucap Venansius Harianto, yang tinggal di kota terdekat.

"Anda bisa melihat alat berat dan kendaraan, merusak tempat itu, merusak alam," katanya.

Ia mengkhawatirkan dampak pembangunan di pulau-pulau di timur Indonesia.

"Kami ingin pemerintah tidak menutup mata dan telinga. Jelas sekali bahwa konstruksi tersebut akan memiliki dampak ekologis yang buruk," tegasnya.

Tetapi beberapa berharap, proyek ini akan memberikan dorongan ekonomi dan menciptakan peluang bagi masyarakat.

"Jauh sebelum konstruksi dimulai, mereka memberi tahu kami bagaimana hal itu akan menguntungkan kami," ungkap Sarifuddin, warga sekitar yang tinggal di dekat taman.

"Kami berharap mereka akan mempekerjakan lebih banyak orang dari sini," terangnya.

"Banyak anak kami yang tamat sekolah dan belum punya pekerjaan. Mungkin setelah proyek selesai, mereka akan mendapatkan pekerjaan di sana," harapnya.

Baca juga: Proyek Jurassic Park Pulau Rinca Bikin Melanie Subono Kecewa, Ucap Maaf Pada Komodo

10 Tujuan Wisata Premium

Pulau Rinca adalah bagian dari rencana pemerintah untuk menciptakan 10 tujuan wisata 'baru' di seluruh negeri.

Terutama, tempat-tempat di seluruh nusantara yang dapat menyaingi Bali dalam popularitas dan daya tariknya yang luas.

Pemerintah membayangkan Pulau Rinca sebagai tujuan ekowisata, tetapi kelompok lingkungan mempertanyakan motivasi itu.

"Kami melihat taman nasional lain di seluruh dunia, mereka tidak mengubah bentang alam," ucap Wahyu Perdana dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI).

"Orang yang benar-benar datang untuk ekowisata berharap bisa datang ke tempat yang ekosistemnya belum berubah," katanya.

"Kami tidak bisa memperlakukan semua tempat sama seperti Bali," tegasnya.

Secara terpisah, perkembangan taman nasional tersebut akan dibahas pada pertemuan Warisan Dunia UNESCO berikutnya pada Juni tahun depan.

Pada saat itu konstruksi kemungkinan besar akan selesai dan beberapa khawatir apa artinya itu bagi masa depan pulau ini dan Komodonya.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini