TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Penasihat senior Gedung Putih yang juga menantu Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner, menyebut normalisasi hubungan Saudi-Israel adalah kenisyacaan.
Pernyataan Kushner muncul sesudah Trump, Kamis (10/12/2020) waktu Washington, mengumumkan tercapainya kesepakatan normalisasi hubungan Maroko-Israel.
"Israel dan Arab Saudi bersatu dan normalisasi pada saat ini adalah keniscayaan, tetapi jangka waktunya ... adalah sesuatu yang harus diselesaikan," kata Kushner di hadapan wartawan, Jumat (11/12/2020) pagi WIB.
Kushner menambahkan perjanjian Israel-Saudi akan membutuhkan kepemimpinan AS yang kuat di wilayah tersebut.
Baca juga: Arab Saudi-Qatar Segera Berdamai, Jared Kushner Tinggalkan Doha
Baca juga: Pejabat Senior Saudi Benarkan Mohammad bin Salman Bertemu PM Israel Benyamin Netanyahu
Baca juga: Rencana Netanyahu Temui el-Sisi, Tak Akan Ubah Persepsi Publik Mesir Soal Israel
"Jika Anda melihat di mana kami datang dalam enam bulan terakhir, wilayah ini pada dasarnya telah berubah dari padat menjadi cair,” kata suami Ivanka Trump, putri Presiden AS itu.
Negara Arab Menyusul Berdamai dengan Israel
Seorang pejabat senior Israel mengatakan kepada Kan News, negara lain yang tidak disebutkan namanya dapat mengumumkan kesepakatan normalisasi dengan Israel dalam beberapa hari mendatang.
Sumber diplomatik Israel mengatakan kepada Channel 12, Yerusalem sedang dalam pembicaraan normalisasi dengan negara-negara di Afrika dan Asia.
Pada September, Trump mengklaim antara lima dan sembilan negara berproses menormalkan hubungan dengan Israel.
Sejumlah pejabat Israel juga berulang kali mengatakan sejumlah negara mengadakan pembicaraan rahasia tentang kemungkinan normalisasi.
Perjanjian Saudi tentang normalisasi dipandang bakal menjadi kejutan besar, mengingat status Riyadh yang punya pengaruh jauh lebih tinggi di wilayah tersebut.
Secara tidak langsung Saudi tampil lebih lunak. Mereka mengizinkan kemudahan penerbangan maskapai Israel melintas di wilayah udara mereka menuju Emirat Arab.
Secara tertutup, Saudi memberikan restu kesepakatan damai UEA dan Bahrain dengan Israel. Para pakar berspekulasi kerajaan Saudi belum siap melangkah dramatis selama Raja Salman masih hidup.
Secara politik, Arab Saudi bersikeras normalisasi apa pun dengan Israel hanya dapat terjadi bersamaan kesepakatan perdamaian abadi yang melibatkan solusi dua negara Israel-Palestina.
Kerajaan secara terbuka terus menyatakan dukungannya yang tak tergoyahkan untuk Prakarsa Perdamaian Arab, kesepakatan yang disponsori Saudi 2002.
Pengaruh Iran Membuat Israel dan Negara Arab Bersatu
Prakarasa itu menawarkan hubungan penuh Israel dengan semua negara Arab sebagai imbalan atas pengakuan negara Palestina di wilayah yang direbut Israel pada 1967.
Namun “masalah” bersama menghadapi meluasnya pengaruh Iran secara bertahap membawa Israel dan negara-negara Teluk lebih dekat.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengadakan pembicaraan rahasia dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman di kota baru Saudi bulan lalu.
Pertemuan rahasia melibatkan Menlu AS Mike Pompeo itu memicu spekulasi kesepakatan normalisasi Saudi-Israel mungkin sedang dibuat. Namun Riyadh membantah kabar itu.
Pada konferensi di Bahrain pekan lalu, Pangeran Turki al-Faisal, mantan kepala intelijen Saudi yang dekat dengan Raja Salman, menyuarakan sikap keras terhadap Israel.
Ia mengulang dukungan kuat Saudi terhadap perjuangan Palestina di wilayah tersebut, dengan presentasi yang berapi-api.
Dia menggambarkan Israel sebagai penjajah yang berperang dan mempraktikkan apartheid, dan mengatakan perdamaian tetap sulit sampai Negara Palestina merdeka terbentuk.
"Pemerintah Israel telah menangkap ribuan penduduk tanah yang mereka jajaki dan memenjarakan mereka di kamp konsentrasi,” kata Pangeran Turki al Faisal.
Arab Saudi tidak segera mengomentari pengumuman normalisasi Maroko-Israel, yang pertama kali dipublikasikan melalui tweet dari Presiden AS Donald Trump.
Sebagai bagian dari pengumuman tersebut, Trump mengatakan AS akan mengakui klaim Maroko atas wilayah Sahara Barat yang disengketakan.
Trump mengatakan Israel dan Maroko akan memulihkan hubungan diplomatik dan lainnya, termasuk pembukaan segera kantor penghubung di Rabat dan Tel Aviv, dan akhirnya pembukaan kedutaan besar.
Pejabat AS mengatakan dukungan AS itu juga akan mencakup hak penerbangan bersama untuk maskapai penerbangan kedua negara.
Jared Kushner mengatakan keputusan tentang Sahara Barat adalah pengakuan akan keniscayaan setelah terus terang, tidak ada kemajuan selama beberapa decade konflik.
Dia berharap langkah tersebut akan membuat wilayah tersebut lebih stabil, menyebut Kerajaan Maroko sebagai masyarakat yang toleran.
Ditanya isu pelanggaran hak asasi manusia di negara-negara yang didorong AS menyetujui perjanjian normalisasi dengan Israel, Kushner tidak lugas menjawab.
"Kami mengakui beberapa negara ini memiliki nilai yang berbeda dari yang lain,” kata Kushner diplomatis.
Dia berargumen dalam menjalin hubungan yang lebih baik dengan negara-negara yang memiliki catatan buruk hak asasi, AS berada dalam posisi yang lebih baik.(Tribunnews.com/TimesOfIsrael/xna)