TRIBUNNEWS.COM - Sepanjang 2020 ini, ada begitu banyak momen politik yang menjadi sorotan seluruh dunia.
Sejak awal Januari, Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 Donald Trump telah mencuri perhatian.
Masuk April 2020, Donald Trump membuat pengumuman mengejutkan seputar bantuan dana untuk Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).
Lalu, di Malaysia serangkaian konflik politik berlangusng saat pemilihan Perdana Menteri Malaysia.
Tak hanya Malaysia yang mengganti pemimpin, Jepang pun mengumumkan Perdana Menteri yang baru pada September 2020.
Memasuki akhir tahun, Amerika Serikat telah memilih presiden pengganti Trump, yakni Joe Biden.
Berikut ini Tribunnews rangkum lim amomen politik yang paling menjadi sorotan sepanjang 2020:
1. Sidang Impeachment Presiden AS Donald Trump
Sidang impeachment (pemakzulan) Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memasuki babak akhir.
Diketahui, impeachment Donald Trump di level Senat kini menuju kesimpulan yang bersejarah pada 5 Februari 2020.
Para Senator yakin akan membebaskan Donald Trump atas tuduhan penyalahgunaan kekuasan dan obstruksi (menghalang-halangi) Kongres.
Baca juga: Trump dan Biden Dinilai Sama Saja, Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Iran Tak Akan Berubah
Baca juga: UPDATE Hari Ke-6 Sidang Pemakzulan Donald Trump, Ken Starr: Mirip Perang, Impeachment Adalah Neraka
Hal tersebut diungkapkan oleh para Senator setelah menolak permintaan dari Demokrat untuk menghadirkan saksi baru.
Dikutip dari ABCNEWS, ada banyak drama yang dibuka sebelum pemungutan final.
Pemungutan suara itu diharapkan akan menutup penyelidikan selama berbulan-bulan terkait dugaan Trump yang dikabarkan menahan bantuan militer AS untuk Ukraina.
Bantuan yang kabarnya ditahan oleh Trump itu disebut sebagai upaya sang Presiden menekan untuk melakukan penyelidikan terhadap saingannya, Joe Biden.
Diketahui, Joe Biden merupakan kandidat terkuat dari Demokrat untuk Pemilihan Presiden pada 2020.
Akhirnya DPR dan tim pertahanan Trump kembali ke sidang Senat dan membuat argumen penutup.
Persidangan impeachment Donald Trump merupakan sidang pemakzulan ketiga dalam sejarah Amerika Serikat.
Baca juga: Kaleidoskop 2020 : Persekusi di Depan Rumah Mahfud MD, Buntut Pemanggilan Rizieq oleh Polisi
2. Presiden AS Donald Trump Bekukan Bantuan Dana Rp 7 Triliun untuk WHO
Mengutip dari CNN, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pada 14 April lalu menghentikan pendanaan untuk World Health Organization (WHO).
"Hari ini saya menginstruksikan pemerintahan saya untuk menghentikan pendanaan WHO, sementara tinjauan dilakukan untuk menilai peran WHO yang salah dalam mengelola penyebaran Covid-19," kata Trump di Gedung Putih yang dikutip dari Daily Mail.
Pengumuman Donald Trump itu datang di tengah pandemi global yang mematikan.
Trump disebut membela penanganan Covid-19 yang merebak di AS dan kerap mendapat kritik berbagai pihak.
Baca: Neraca Perdagangan Surplus 743 Juta Dolar AS di Tengah Pandemi Virus Corona
Baca: Impor Maret 2020 Sebesar 13,35 Miliar Dollar AS, Meningkat 15,6 Persen
Untuk diketahui, jumlah infeksi virus corona di AS sendiri menduduki peringat paling tinggi dibanding dengan China, epicentrum wabah tersebut.
Kembali mengutip CNN, di tengah berbagai pernyataan apakah Trump meremehkan krisis pandemi global atau mengabaikan peringatan dari anggota-anggota pemerintahannya tentang potensi keparahan virus.
Trump justru berusaha menyalahkan pihak lain, termasuk WHO dan media berita.
"AS mendanai 400 juta dolar AS hingga 500 juta dolar AS (Rp 7 triliun) kepada WHO setiap tahun," ungkap Trump.
Ia mencatat, China menyumbang sekira 40 juta dolar AS setiap tahun kepada WHO.
"Seandainya WHO melakukan tugasnya untuk membawa para ahli medis ke China," kata Trump.
"Untuk menilai secara objektif situasi di lapangan dan menyebut China kurang transparasi, wabah itu bisa saja tertahan dari sumbernya, dan kematian sangat sedikit tercatat," papar Trump.
Baca: Donald Trump Resmi Tangguhkan Dana untuk WHO Atas Penanganan Pandemi Covid-19, Ini Alasannya
3. Muhyiddin Yasin Dilantik Jadi PM Malaysia
Raja Malaysia resmi menunjuk Tan Sri Muhyiddin Mohd Yassin sebagai Perdana Menteri (PM) Malaysia yang baru, Februari lalu.
Dengan demikian, Presiden Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) itu resmi menggantikan Mahathir Mohamad yang mundur sebagai PM.
Dikutip dari straitstimes.com, Raja Malaysia menunjuk Tan Sri Muhyiddin Mohd Yassin sebagai PM baru setelah melakukan pertemuan para pemimpin partai politik, Sabtu pagi.
Baca:Bukan Mahathir Mohamad atau Anwar Ibrahim yang Diangkat Jadi PM Malaysia, Tapi Muhyiddin Yasin
Baca:Kekacauan Politik Malaysia, Mahathir Mohamad Amankan Dukungan Anwar Ibrahim untuk Kembali jadi PM
Pengumuman itu dirilis saat PM sementara, Mahathir Mohamad mengumpulkan cukup banyak dukungan untuk mengembalikan kubu Pakatan Harapan (PH) ke tampuk kekuasaan.
"Setelah menerima perwakilan dari semua pemimpin partai dan anggota parlemen independen, menurut pendapat Yang Mulia, Muhyiddin memiliki kepercayaan anggota parlemen."
Demikian dikatakan pengawas keuangan kerajaan, Ahmad Fadil Shamsuddin.
Muhyiddin dilantik sebagai Perdana Menteri ke-8 Malaysia di Istana pad awal Maret 2020.
4. Yoshihide Suga Jadi PM Jepang, Shinzo Abe dan Kabinetnya Mengundurkan Diri
September 2020, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Kabinetnya mengundurkan diri, untuk membuka jalan bagi penggantinya Yoshihide Suga mengambil alih pemerintahan, setelah parlemen mengesahkannya
Pada Agustus lalu, Abe, perdana menteri Jepang yang paling lama menjabat-mengumumkan pengunduran diri karena masalah kesehatan.
"Saya mengabdikan tubuh dan jiwa saya untuk pemulihan ekonomi dan diplomasi untuk melindungi kepentingan nasional Jepang setiap hari sejak kami kembali berkuasa," kata Abe kepada wartawan di kantor perdana menteri sebelum menuju ke pertemuan Kabinet terakhirnya, seperti dilansir Reuters.
Baca: Hari Ini Rapat Terakhir Kabinet Shinzo Abe, Besok Yoshihide Suga Dilantik Jadi PM Jepang
"Selama waktu ini, saya mampu mengatasi berbagai tantangan bersama dengan semua orang, dan saya bangga pada diri saya sendiri."
Ia mengatakan kesehatannya membaik berkat perawatan dan sebagai anggota parlemen, dirinya akan mendukung penggantinya, Yosihide Suga, mulai sekarang.
Ia juga berterima kasih kepada semua orang atas pengertian dan dukufspangan kuat mereka atas kepemimpinan mendatang di bawah pemerintahan Suga.
Baca: Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga Berencana Menaikkan PPN
Suga, Sekretaris Kabinet pada pemerintahan Abe telah dipilih pada Senin (14/9/2020) sebagai pemimpin baru Partai Demokrat Liberal (LDP) yang memerintah.
Keterpilihan Suga ini hampir menjamin terpilihnya dia menjadi perdana menteri berikutnya dalam pemungutan suara parlemen, karena LDP merupakan mayoritas suara.
Suga, putra seorang petani stroberi di prefektur utara Akita, berjanji untuk melayani kepentingan masyarakat biasa dan pedesaan.
Sebagai Perdana menteri baru, Suga akan mewarisi berbagai tantangan, termasuk hubungan dengan China, yang melanjutkan tindakan tegasnya di Laut Cina Timur yang diperebutkan.
Kemudian Suga harus melakukan persiapan Olimpiade Tokyo, yang ditunda hingga musim panas mendatang karena virus corona.
5. Electoral College Kukuhkan Joe Biden Pemenang Pilpres AS
Joe Biden pada Senin (14/12/2020) malam waktu setempat berhasil mengukuhkan kemenangannya dalam pemilihan presiden AS 2020 setelah resmi mengantongi lebih dari 270 suara electoral college.
Biden mencapai tonggak sejarah setelah presiden terpilih dari Partai Demokrat ini mendapatkan 55 suara electoral college di California.
Biden secara resmi meraih 306 suara, sementara Presiden AS Donald Trump menerima 232 suara.
"Dalam pertempuran untuk jiwa Amerika ini, demokrasi menang," kata Biden dalam pidatonya setelah electoral college mengonfirmasi kemenangannya.
"Kami rakyat, memilih. Kami yakin kepada lembaga institusi. Integritas pemillu kita tetap utuh,'' tambahnya.
Baca juga: Akhirnya Presiden Brasil Bolsonaro Ucapkan Selamat pada Biden Atas Kemenangannya Dalam Pemilu AS
Baca juga: Joe Biden Tunjuk Pete Buttigieg Jadi Menteri Transportasi AS, LGBTQ Pertama yang Dinominasikan
Hadapi Klaim Kecurangan dari Trump
Trump, yang telah lama membantah hasil pemilu, terus membuat klaim bahwa terdapat kecurangan dalam pemilu.
Melaui cuitannya pada Senin (14/12/2020), dia mengatakan laporan pemungutan suara yang belum dirilis di daerah Michigan bisa menjadi "hasil yang mengubah pemilihan."
Klaim tersebut ditandai oleh Twitter sebagai cuitan menyesatkan.
Biden lantas menanggapi tuduhan dan tuntutan hukum Trump di beberapa negara bagian, yang berusaha menolak hasil pemilihan.
"Itu posisi yang begitu ekstrem yang belum pernah kami lihat sebelumnya. Sebuah posisi yang menolak menghormati keinginan rakyat, menolak untuk menghormati aturan hukum, dan menolak untuk menghormati konstitusi kita," kata Biden.
Biden juga mengutuk ancaman kekerasan terhadap pejabat pemilu.
"Ini adalah harapan tulus saya agar kita tidak pernah lagi melihat siapa pun yang mengalami ancaman dan pelecehan seperti yang kita lihat dalam pemilihan ini," katanya.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)