TRIBUNNEWS.COM - Iran memulai pekerjaan konstruksi di situs nuklir Fordo di tengah ketegangan dengan Amerika Serikat (AS).
Lokasi nuklir bawah tanah tersebut terlihat dari foto satelit pada 11 Desember 2020 yang dibagikan kantor berita Associated Press dan diamati oleh analisis pertahanan Israel yang identitasnya tidak diungkap.
Mengutip The Guardian, tujuan dari pembangunan fasilitas nuklir bawah tanah itu belum diketahui secara rinci.
Namun dipastikan Iran akan dimintai keterangan atas foto-foto yang beredar ini pada pertemuan penandatanganan kesepakatan nuklir Iran pada Senin mendatang.
Baca juga: Presiden Iran soal Kesepakatan Nuklir dengan AS: Program Nuklir Iran Tidak Bisa Dinegosiasikan
Baca juga: Presiden Iran: Program Nuklir Iran Tidak Dapat Dinegosiasikan
Hingga saat ini, Iran belum mengakui adanya pembangunan fasilitan nuklir bawah tanah yang tengah dalam pengerjaan itu.
September kemarin, Iran mengatakan, pihaknya telah memulai meningkatkan pengayaan uranium di Fordo, sebagai salah satu dari lima langkah untuk mengurangi kewajibannya terkait sanksi nuklir AS.
Persediaan uranium yang diperkaya Iran lebih dari 2,4 ton atau 12 kali lipat dari batas yang ditetapkan oleh kesepakatan nuklir tersebut.
Iran juga mulai memperkaya sentrifugal canggih di pabrik bawah tanahnya di Natanz.
Teheran mengatakan memiliki hak untuk mengubah upaya pengayaan uranium karena ketidakpatuhan AS dan kegagalan Uni Eropa (UE) untuk berdagang dengan Iran.
Baca juga: Jika AS Gabung Lagi dengan Kesepakatan Nuklir Iran, Arab Saudi: Negara Teluk Harus Diajak Konsultasi
Baca juga: IRGC:Ilmuwan Nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh Dibunuh dengan Senjata Canggih yang Dikendalikan Satelit
Citra satelit yang diperoleh dari Maxar Technologies oleh AP menunjukkan konstruksi berlangsung di sudut barat laut situs.
Konstruksi baru di lokasi tersebut dimulai pada akhir September.
Iran mengizinkan pengawas senjata PBB dari Badan Energi Atom Internasional masuk ke situs tersebut.
Tetapi Iran sering dituduh berusaha merahasiakan informasi dari IAEA.
Pada 2009, intelijen AS menemukan Iran melakukan pekerjaan nuklir di Fordo sebagai pelanggaran.
Iran bersikeras pekerjaan nuklir 2009 tidak perlu diberitahukan ke PBB.
Tetapi ini ditolak oleh AS dan menjadi latar belakang penandatanganan kesepakatan nuklir pada 2015.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada Rabu mengatakan, Iran akan sepenuhnya memenuhi komitmennya berdasarkan kesepakatan dalam beberapa jam setelah AS mencabut sanksi.
"Jika sanksi dapat dicabut, kami tidak boleh menunda, bahkan tidak untuk satu jam," kata Khamenei dalam komentar yang mirip dengan yang dibuat awal pekan ini oleh Presiden Hassan Rouhani.
Perdebatan sengit sedang berlangsung di Teheran mengenai apakah AS dapat diperlakukan sebagai mitra yang dapat dipercaya setelah mengingkari kesepakatan 2015.
Sebagian besar faksi di Iran percaya bahwa pemerintah setidaknya harus bersikeras tidak akan mengizinkan perjanjian yang ada diubah atau diperluas untuk memasukkan masalah lain seperti program rudal sipilnya.
Baca juga: Iran Sebut Senapan Mesin yang Dikendalikan Satelit Bunuh Ilmuwan Nuklirnya
Baca juga: Ahli: Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Iran Tak Akan Gagalkan Program Nuklir
Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, pekan lalu menyerukan kesepakatan lanjutan, seperti yang dilakukan komite pemilihan urusan luar negeri Inggris pekan ini.
Tetapi beberapa senator Demokrat mendesak Biden untuk kembali ke kesepakatan tanpa syarat.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)