Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe telah mengakui penyesalannya terkait pernyataan tidak akurat yang ia sampaikan mengenai skandal yang terjadi di 'bekas kantornya'.
Namun ia mengklaim bahwa dirinya tidak menyadari adanya kesalahan saat masih menjabat sebagai PM.
Jaksa pun telah menolak untuk mengajukan tuntutan terhadap Abe.
Baca juga: Kaleidoskop Internasional Agustus 2020: Ledakan di Beirut, PM Jepang Shinzo Abe Mengundurkan Diri
Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (25/12/2020), permintaan maaf itu muncul setelah Kantor Jaksa Penuntut Umum Distrik Tokyo mendakwa ajudan Abe.
Ajudan tersebut dituntut karena sebelumnya tidak pernah mengungkapkan terkait biaya maupun pembayaran jamuan makan malam yang diadakan untuk para pendukung Abe, antara tahun 2016 dan 2019 lalu.
Perlu diketahui, berdasarkan hukum Jepang, politisi dilarang memberikan hadiah kepada konstituen.
Berbicara di hadapan komite parlemen Jepang pada hari Kamis kemarin, Abe mengatakan bahwa ia merasa 'bertanggung jawab secara moral' terkait skandal tersebut.
Termasuk saat mengklaim bahwa potensi aktivitas kriminal tersebut terjadi tanpa sepengetahuannya.
"Saya merenungkan hal ini secara mendalam dan meminta maaf dari hati saya kepada warga dan semua anggota parlemen," kata Abe.
Pernyataan yang ia sampaikan di hadapan parlemen tentang skandal tersebut pun dikabarkan bertentangan dengan temuan penyidik.
Kendati demikian, Jaksa akhirnya memutuskan tidak ada cukup bukti untuk mengajukan tuntutan terhadap Abe.
Sebelumnya, skandal itu muncul setelah anggota parlemen oposisi Jepang mencatat bahwa makan malam mewah pada 2018 yang diselenggarakan oleh Abe hanya menghabiskan biaya 5.000 yen atau setara 48 dolar Amerika Serikat (AS).
Abe mengundurkan diri dari jabatannya pada Agustus lalu, dengan alasan kesehatan.
Ia menyatakan bahwa penyakit radang usus yang telah dideritanya selama bertahun-tahun, yakni kolitis ulserativa semakin memburuk dan ia tidak dapat lagi menjalankan tugasnya.
Namun, banyak yang berspekulasi pada saat itu bahwa ia mungkin termotivasi untuk meninggalkan jabatannya karena munculnya skandal pembayaran itu.