News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Varian Strain Virus Corona Ketiga Ditemukan di Nigeria, Kasus Covid-19 di Sana Melonjak

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Uji sampel tes Covid-19 di sebuah lab di Nigeria. Setelah di Inggris dan Afrika Selatan, varian mutan virus corona baru dilaporkan muncul di Nigeria.

TRIBUNNEWS.COM - Strain virus corona ketiga ditemukan di Nigeria, di mana jumlah kasus Covid-19 meningkat di sana.

Kabar ini tak lama setelah strain virus corona lainnya merebak di Inggris dan Afrika Selatan.

Seperti yang dilaporkan Mirror, varian baru virus corona di Nigeria ini muncul setelah varian kedua (yang dilaporkan di Afrika Selatan), di mana kasus melonjak bersamaan dengan tetangga kontinentalnya.

Mutasi virus di Afrika Selatan telah mencapai Inggris, di mana varian pertama ditemukan lebih menular daripada virus asli.

Baca juga: Strain Baru Covid-19, Mutasi Virus Corona yang Pertama Kali Ditemukan di Inggris, Apa Gejalanya?

Baca juga: 6 Pertanyaan Kunci Soal Strain Baru Virus Corona yang Merebak di Inggris

Semua virus memang mengalami banyak mutasi, setidaknya sebanyak dua kali sebulan.

Namun kebanyakan mutasi tidak mengubah perilaku virus maupun kekuatannya.

Meski begitu, varian baru SARS-CoV-2 di Inggris dan Afrika Selatan, diyakini membuat virus lebih mudah menular, hingga mempercepat laju penyebarannya antar manusia.

Mutasi virus itu telah menyebabkan pembatasan perjalanan baru dan kekacauan di pasar.

Kini di Nigeria, kepala badan pengontrol penyakit Afrika telah mengungkapkan varian baru lainnya (varian ketiga) dari virus corona baru tampaknya telah muncul.

Seorang staf memegang termometer inframerah non-kontak di luar Katedral Gereja Kristus di Lagos, menyusul pembukaan kembali Gereja-Gereja dan pencabutan larangan pertemuan keagamaan oleh pemerintah sebagai tindakan pencegahan untuk memeriksa penyebaran COVID-19 , pada 9 Agustus 2020. . (PIUS UTOMI EKPEI / AFP)

Ia mengatakan penyelidikan lebih lanjut diperlukan.

"Varian ini adalah terpisah dari garis keturunan yang ada di Inggris dan Afrika Selatan," kata John Nkengasong, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika dalam konferensi pers online dari Addis Ababa.

Deteksi varian baru di Nigeria dan Afrika Selatan memicu pertemuan darurat CDC Afrika minggu ini, kata Nkengasong.

Berita itu muncul saat kasus melonjak di Nigeria dan Afrika Selatan.

Dalam sepekan terakhir, Nigeria melaporkan peningkatan kasus sebesar 52 persen.

Sementara itu, Afrika Selatan meningkat 40 persen, kata Nkengasong.

Dia mengatakan tidak ada bukti bahwa varian baru berkontribusi pada peningkatan penularan di Nigeria.

Tetapi ia memperingatkan bahwa negara tersebut melakukan pengawasan genom yang lebih sedikit daripada Inggris.

CDC Nigeria dan Pusat Keunggulan Afrika untuk Genomik Penyakit Menular di Nigeria akan mempelajari lebih banyak sampel, kata Nkengasong.

"Beri kami waktu ... ini masih sangat awal", katanya, menanggapi pertanyaan tentang varian tersebut.

Penyelidik utama Covid-19 Nigeria baru saja merilis urutan genom dari varian baru tersebut, tambahnya.

CDC Nigeria tidak segera menanggapi komentar atas pernyataan Nkengasong ketika dijangkau oleh Reuters.

"Selama beberapa minggu terakhir, kami mengalami peningkatan besar dalam jumlah sampel ke laboratorium referensi (CDC Nigeria)," tulis direktur jenderal CDC Nigeria Chikwe Ihekweazu lewat Twitter pada hari Kamis.

"Proses itu telah menyebabkan penundaan yang tidak biasa dengan pengujian, tetapi kami bekerja sepanjang waktu."

Nigeria, negara terpadat di Afrika dengan lebih dari 200 juta orang, mencatat lebih sedikit kasus virus corona daripada banyak negara lain di benua itu.

Total kasus merangkak melewati 80.000 pada hari Rabu (23/12/2020).

Kasus yang tercatat harian melebihi 1.000 untuk pertama kalinya bulan ini.

Afrika telah melaporkan lebih dari 2,5 juta kasus virus corona, yang merupakan 3,3% dari kasus global, menurut CDC Afrika.

Varian baru yang menyebar lebih cepat yang terdeteksi Afrika Selatan pada 18 Desember sekarang menjadi varian utama di Nigeria, kata Nkengasong.

Meskipun, tidak ada bukti bahwa hal varian itu mengarah pada penyakit yang lebih parah, sama halnya dengan varian virus di Inggris.

Tingkat infeksi virus corona di Afrika Selatan akan segera melampaui puncak yang dihantam gelombang pertama awal tahun ini, kata kementerian kesehatannya pada Rabu.

Nkengasong mengatakan CDC Afrika tidak percaya mutasi di Afrika Selatan akan menghambat distribusi vaksin Covid-19 di benua itu. (*)

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini