Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jumlah masyarakat Jepang yang terinfeksi Covid-19 hingga akhir tahun 2020 kini mencapai 1.337 orang di Tokyo.
Para ahli infeksi Jepang sangat prihatin.
Mereka khawatir menyebar ke seluruh tempat di Jepang, di samping sudah sangat ketatnya sistem medis yang dipenuhi para pasien Corona di berbagai rumah sakit dan klinik terutama di daerah kanto (Tokyo dan sekitarnya).
"Perlu tindakan yang jauh lebih kuat. Sudah waktunya mendeklarasikan darurat segera. Kalau tidak demikian akan menyebar lebih lanjut," papar Profesor Ken Horii, Guru Besar Ilmu Pengendalian Infeksi, Sekolah Pascasarjana Universitas Juntendo, Sabtu (2/1/2021).
"Virus corona, tidak ada akhir tahun maupun awal tahun, tak mengenal apa pun," tambahnya.
Sementara PM Yoshihide Suga menyatakan akan berkonsultasi dulu dengan para ahli.
Baca juga: Besok Status Darurat Siaga Satu Covid-19 Kemungkinan Diberlakukan Lagi di Tokyo Jepang
"Pertama-tama, penting untuk mengamankan sistem medis saat ini dan melakukan segala upaya untuk menghindari penyebaran infeksi virus corona. Saya tidak menyentuh deklarasi itu sendiri," komentar PM Jepang Suga.
Virus Corona dipastikan terinfeksi pertama kali di Jepang pada Januari 2020.
Dari bulan Maret hingga Mei, dilanda oleh "gelombang pertama" penyebaran infeksi, dan di musim panas, kemudian dilanda oleh "gelombang kedua".
Dan setelah itu, kini terkena "gelombang ketiga" setelah musim gugur tanpa mencapai konvergensi.
Mengingat dampaknya terhadap perekonomian, pemerintah lupa mengumumkan keadaan darurat lagi, tetapi jumlah orang yang terinfeksi meningkat tajam pada bulan Desember.
Ada suatu hari ketika jumlah orang yang terinfeksi mencapai level 3.000 per hari, dan pada tanggal 31 Januari saat Omisoka, jumlahnya melebihi 4.000 sekaligus, yang merupakan rekor tertinggi yang signifikan di Jepang.
Baca juga: Terjadi Lonjakan Kasus, Jepang Pertimbangkan Keluarkan Kondisi Darurat Covid-19
Selain Tokyo, jumlah orang yang terinfeksi mencapai angka tertinggi pada urutan ke-31 di lima Prefektur Saitama, Chiba, Kanagawa, Gifu, dan Fukuoka, dan infeksinya menyebar ke seluruh negeri.
Ada kekhawatiran tentang ketatnya sistem medis, dan para ahli menyerukan tindakan yang lebih kuat.
Profesor Ken Hori (Pengendalian Infeksi) dari Universitas Juntendo mengatakan bahwa "jumlah orang yang terinfeksi akan meningkat karena pergerakan orang tidak berkurang."
"Ada risiko jumlah orang yang akan meninggal pada akhir Januari akan meningkat pesat akibat runtuhnya perawatan medis," ujarnya.
Selain mengeluarkan deklarasi darurat khusus kota, diperlukan tindakan yang lebih tegas, seperti melarang makan malam dengan non-anggota keluarga dan mewajibkan memakai masker saat bertemu.
"Kampanye yang melibatkan orang-orang yang berpengaruh bagi generasi muda, perlu dilakukan dan fokus kepada antisipasi penyebaran virus Corona lebih ketat lagi," ujarnya.