Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Varian baru virus corona (Covid-19) yang diidentifikasi berasal dari Afrika Selatan (Afsel) disebut memiliki risiko penularan yang lebih besar dibandingkan jenis yang ditemukan beberapa pekan lalu di Inggris.
Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock menyampaikan hal itu pada hari Senin kemarin, menyusul peringatan dari para ilmuwan yang menyatakan bahwa strain baru dari pesisir Afsel ini dapat 'kebal' terhadap vaksin Covid-19.
Baik itu vaksin yang disetujui maupun yang sedang menunggu persetujuan dari otoritas Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Baca juga: Jokowi Minta Vaksinasi Covid-19 Selesai Kurang dari Setahun
Baca juga: Presiden Jokowi: 15 Juta Bulk Vaksin Covid-19 Akan Datang Pekan Depan
"Saya sangat khawatir tentang varian dari Afrika Selatan. Ini adalah peningkatan yang sangat, sangat signifikan dan bahkan lebih mengkhawatirkan dari varian baru Inggris," kata Hancock kepada Radio BBC.
Dikutip dari laman CBS News, Selasa (5/1/2021), dosis pertama vaksin yang dikembangkan ilmuwan Oxford University dan perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca telah diberikan ke rumah sakit Oxford pada hari Senin lalu.
Namun saat ini muncul pertanyaan terkait efektivitas vaksin itu terhadap varian baru dari Afsel.
Ahli Imunologi senior Oxford University Profesor John Bell yang membantu menciptakan vaksin universitas bergengsi dunia itu mengatakan bahwa ada 'tanda tanya besar' mengenai apakah versi vaksin saat ini akan efektif melawan varian baru tersebut.
Menurutnya, 'tidak mungkin' mutasi virus dapat membuat vaksin tidak efektif.
Kendati demikian, vaksin ini mungkin perlu penyesuaian untuk memberikan perlindungan sebanyak yang mampu dilakukan terhadap virus lain yang sudah beredar luas di tempat lainnya.
Sementara itu, Peneliti utama uji coba vaksin Oxford-AstraZeneca yang dilakukan di Afrika Selatan, Profesor Shabir Madhi mengatakan pada hari Senin kemarin bahwa lebih dari 13 varian virus corona telah diidentifikasi di negara itu, sejak dimulainya pandemi.
Ia menyebut virus baru yang dinamakan 501.V2 dan telah menyebar cepat di kota-kota pesisir Afrika Selatan, merupakan mutasi virus yang paling mengkhawatirkan.
"Bukan berarti vaksin tidak akan bekerja pada varian ini, namun kemungkinan vaksin tersebut tidak memiliki efektivitas yang penuh," kata Madhi.