News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pelantikan Presiden AS

Capitol Hill Dibobol Massa Trump, Info Bahaya Ternyata Sudah Dimiliki Keamanan DPR  

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendukung Presiden AS Donald Trump menyerbu Capitol AS saat rapat umum untuk memperebutkan sertifikasi hasil pemilihan presiden AS 2020 oleh Kongres AS di Capitol Hill, di Washington, Amerika Serikat.

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Kekacauan, ada yang menyebutnya ‘pemberontakan’ saat massa pendukung fanatik Donald J Trump menyerbu Gedung Capitol (Capitol Hill) 6 Januari 2021, masih meninggalkan misteri.

Kegagalan aparat keamanan mencegah hari paling buruk dalam sejarah Amerika, diyakini bersifat sistemik dan secara kuat dipengaruhi pertimbangan politik.

The Washington Post membuat laporan panjang, Selasa (19/1/2021), dan menemukan Kepala Kepolisian Capitol Steven Sund sudah memperingatkan bahaya yang akan datang.

Ia lalu menyarankan Kepala Keamanan DPR AS, Paul Irving, agar mengaktifkan Garda Nasional dua hari sebelum 6 Januari 2021, tepat pada hari pengesahan hasil electoral vote Pemilu AS.  

Tapi Paul Irving menolak keras. “Ada kenyataan di sana, para pemimpin DPR dan Senat tidak ingin militer berada di sana,” kata Bill Pickle.

Baca juga: Pasca Rusuh Capitol AS: Pria yang Bawa Bendera Konfederasi Amerika Ditangkap

Baca juga: Radikalisme di AS Setelah Serbuan ke Capitol Hill dan Pelantikan Biden-Harris

Baca juga: Donald Trump Dimakzulkan untuk Kedua Kalinya akibat Kerusuhan di Capitol

Kepala Keamanan Senat AS 2003-2007 itu melanjutkan, elite politik di Capitol tidak ingin menunjukkan mereka tidak dapat mengontrol wilayah mereka sendiri.

Bill Pickle berbicara kepada The Washington Post atas permintaan Paul Irving, yang telah mengundurkan diri dan menolak berbicara ke media.

Petugas polisi berjaga-jaga saat pendukung Presiden AS Donald Trump menyerbu Capitol AS saat rapat umum untuk memperebutkan sertifikasi hasil pemilihan presiden AS 2020 oleh Kongres AS di Capitol Hill, di Washington, Amerika Serikat. (Stringer / Sputnik / Sputnik melalui AFP)

Peringatan Bahaya Sudah Didapatkan Keamanan Capitol

Pickle membenarkan pernyataan Steven Sund, yang juga ikut mengundurkan diri,  terkait saran dia ke Paul Irving agar mendatangkan Garda Nasional.

Irving menjawab dia hati-hati tentang efek dari langkah semacam itu. Tapi Irving juga tidak berkonsultasi terlebih dahulu ke Ketua DPR Nancy Pelosi (D-Calif.).

"Istilah 'optik' bukanlah istilah yang tidak biasa di atas sana di Capitol Hill," tambah Pickle. “Dia mengerti bagaimana para anggota berpikir. Dia mengerti optik adalah segalanya bagi seorang politisi," imbuhnya.

Lima orang tewas pada petaka 6 Januari 2021 di komplek Capitol Hill. Tragedi demokrasi AS ini terjadi da nada andil elite politik yang megakibatkan pelanggaran keamanan besar-besaran hari itu.

Posisi Paul Irving dan Kepala Keamanan Senat, Michael Stenger, terjepit di antara dua kekuatan. Antara tugas keamanan dan penegakan hokum, juga pelayanan politik.

Drew Hammill, juru bicara Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, berusaha membela bosnya. Ia menyebut situasinya rumit, antara pilihan penegakan hukum, munculnya hasutan Trump, membuat semua rencana gagal.

Berbagai pilihan pengamanan menurut Hammill sebelumnya telah disampaikan ke Kongres.

Stenger dan Irving sama-sama memiliki karir panjang di Secret Service, sebelum masing-masing mengambil posisi di Capitol Hill pada 2011 dan 2012.

Para asisten Kongres mengatakan sebagian besar anggota parlemen mendelegasikan pertanyaan tentang masalah keamanan kepada mereka.

Anggota Kongres Umumnya Ingin Capitol Tetap Terbuka

Tetapi kedua pria itu juga harus merundingkan ketegangan yang sudah berlangsung lama di Capitol Hill antara mengamankan gedung dan keinginan anggota parlemen untuk membuatnya tetap terbuka untuk umum.

Upaya sebelumnya oleh Kepala Keamanan Kongres untuk mendukung pengamanan Capitol ditolak anggota Kongres, yang tidak ingin membatasi akses demokrasi ala Amerika.

Irving dan Stenger, yang sama-sama mengundurkan diri, menolak berkomentar secara terbuka tentang apa yang terjadi pada 6 Januari 2021.

Tetapi menurut Pickle, Irving mengatakan dia, Stenger dan Sund semua merasa nyaman atas pengaturan keamanan yang diberlakukan sebelum 6 Januari 2021.

Mereka berpikir Garda Nasional akan waspada jika diperlukan dalam situasi kritis. Pickle juga mengatakan Irving meninjau laporan intelijen Kepolisian Capitol tiga hari sebelumnya.

Laporan itu memperingatkan kemungkinan skenario kekerasan, dan anggota Kongres dapat menjadi sasaran. Sayang, DPR menganggap laporan itu serupa informasi aksi demonstrasi sebelumnya.

Paul Irving akhirnya merasa nyaman mengandalkan sekitar 1.400 polisi yang bertugas menjaga gedung dan 125 anggota keamanan dalam, yang menurut Sund katanya dapat segera tersedia jika diperlukan.

Pentagon Tak Segera Menyetujui Bantuan Darurat

Anggota Garda Nasional AS berjaga-jaga di Gedung Kongres AS di Washington, DC pada 17 Januari 2021, selama protes nasional yang diserukan oleh kelompok-kelompok anti-pemerintah dan sayap kanan pendukung Donald Trump. (ANDREW CABALLERO-REYNOLDS / AFP)

Irving dan Stenger, kata Pickle, terkejut melihat eskalasi situasi hari itu. Mereka akhirnya mengeluarkan permintaan darurat ke Garda Nasional, karena para perusuh telah mengepung gedung.

Departemen Pertahanan (Pentagon) ternyata tidak segera menyetujui permintaan tersebut. Kerusuhan akhirnya pecah di Capitol.

"Sepertinya semua orang melihat rumah terbakar, tapi tidak ada yang menyiramnya dengan air," kata Irving ditirukan Pickle.

Pejabat Pentagon mengatakan pejabat Kongres tidak secara resmi meminta bantuan militer sebelumnya.  

Tapi mereka berusaha bergerak secepat mungkin hari itu, dengan catatan Garda Nasional bukan kekuatan yang dirancang sebagai unit reaksi cepat.

Ketika agen federal dan komite kongres meluncurkan penyelidikan atas kegagalan keamanan Capitol, para ahli mengatakan respons lamban diperburuk rantai komando yang tidak biasa.

Rodney Davis, anggota parlemen Republik dari Illinois yang juga anggota Komite Administrasi DPR, mengatakan pengawasan Kepolisian Capitol yang terdiri tiga orang, harus dievaluasi.

"Jika dua dari ketiganya lebih mengkhawatirkan optik daripada keamanan, itu adalah masalah bagi pembuat kebijakan yang menempatkan mereka pada posisi tersebut," kata Davis.

Struktur Komando di Capitol Menyulitkan Keputusan

Sementara para pemimpin dari masing-masing kamar di DPR menunjuk pejabat keamanan tertinggi, para sersan yang siap membantu harus melayani banyak pimpinan.

Mulai Komite Alokasi DPR dan Senat, Komite Aturan Administrasi, dan Senat DPR, dan hampir semua anggota Kongres.

"Ini bukanlah struktur yang membuat pengambilan keputusan menjadi mudah," kata Drew Willison, pengawas Kepolisian Capitol 2014- 2015.

Senator Harry M Reid (D-Nevada) mengatakan, parlemen merupakan lingkungan yang penuh kekhawatiran, dan bukan tempat orang bisa membuat semua keputusan.

Masih ditambak ada resistensi kuat institusional untuk meningkatkan keamanan di dalam dan sekitar gedung.

"Sebagian besar anggota akan memberi tahu Anda mereka menganggap serius keterbukaan kompleks Capitol karena Amandemen Pertama dan hak untuk kebebasan berbicara dan hak untuk memprotes," kata Willison.

Paul Irving menemukan celah itu sekitar 8 tahun lalu, ketika dia menyusun rencana radikal untuk lebih mengamankan Capitol.

Dia menyarankan pimpinan DPR, polisi dapat secara permanen melarang lalu lintas di Jalan Kemerdekaan (Independence Avenue), yang berbatasan langsung dengan halaman selatan Capitol Hill.

Sekitar waktu yang sama, rekan Irving di Senat, Terry Gainer, mengajukan rencana yang lebih luas. Ia menyarankan pagar besi tempa yang mengelilingi halaman Capitol.

Pagar itu akan memaksa pejalan kaki untuk melewati pos pemeriksaan keamanan sebelum mendekati gedung.

Kedua proposal tersebut, yang dibahas sekitar 2013, tidak menghasilkan apa-apa , karena para pemimpin kongres berhati-hati terhadap pembatasan gedung, dan hubungan konstituen mereka.

“Itu mahal, berani, berjangka panjang dan tidak mengirim pesan yang coba dikirim kepemimpinan,” kata Gainer, yang bertugas di pos Senat dari 2007 hingga 2014.

Dengan anggaran besar tetapi sedikit akuntabilitas, Polisi Capitol yang telah lama bermasalah menghadapi berbagai pertanyaan setelah pengepungan

Usul Pemagaran Keliling Capitol Hill Ditolak Kongres

Pickle ingat dia juga menyarankan pemagaran Capitol pada 2003. Pada saat itu, katanya, saat itu Senator Chris Dodd (D-Connecticut) mengatakan kepadanya, itu tidak akan pernah terjadi.

Pickle ingat Dodd kemudian mengatakan jika ada kegagalan keamanan di gedung itu, dan sesuatu yang buruk terjadi, Pickle akan mengingatkannya dia telah menolak pagar itu.

“Kamu tahu apa? Itu tetap salahmu,” kenang Pickle mengingat ucapan Dodd. Dalam sebuah wawancara, Dodd mengatakan dia tidak ingat percakapan itu.

Tetapi mengatakan dia khawatir tentang penutupan Capitol dari publik. “Kami tidak bisa memiliki tank di setiap pintu,” katanya.

Meskipun mengawasi anggaran gabungan lebih dari $ 250 juta, tidak ada persyaratan formal untuk mereka yang menduduki jabatan pengawas keamanan Capitol.

Aturan itu diterapkan sejak 1789. Pengawas keamanan DPR menjadi sorotan hanya beberapa detik sekali setahun untuk mengumumkan kedatangan presiden untuk menyampaikan pidato kenegaraan.

Pos Senat itu secara resmi disebut sersan tangan dan penjaga pintu, mengingatkan kembali pada tugas abad ke-18 menjaga anggota di dalam Capitol untuk menjalankan urusan pemerintahan.

Sejak serangan teroris 11 September 2001, posisi itu diduduki secara eksklusif oleh mantan penegak hukum atau perwira militer.

DPR dan Senat hanya memberikan suara setuju tanpa melalui dengar pendapat atau debat pemilihan yang diusulkan Ketua DPR dan pemimpin mayoritas Senat.

Sebagai mantan Marinir, Michael Stenger menduduki pos di Senat setelah bekerja selama 35 tahun di Secret Service.

Dia dipekerjakan sebagai asisten sersan-at-arms pada 2011 dan dipromosikan beberapa kali sebelum Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell (R-Ky) menempatkannya di posisi puncak pada 2018.

Beberapa orang yang bekerja dengan Stenger mengatakan dia bisa angkuh, terkadang bentrok dengan staf lain sebagian karena dia sangat fokus pada keamanan daripada prioritas kantor lainnya.

Akibatnya, kata seorang mantan karyawan, dia tidak membangun hubungan dekat dengan McConnell, rasa saling percaya yang mungkin membuat permintaan bantuan tambahan selama kerusuhan menjadi lebih mudah.

"Itu semua tentang keamanan, tidak ada hal lain yang menarik baginya," kata mantan karyawan itu. “Itu dilatarbelakangi pekerjaan lama di Secret Service,” imbuhnya.

Namun, ada penyimpangan yang memalukan sebelum 6 Januari 2021. Yaitu saat seorang pengunjuk rasa bersembunyi di belakang reporter, dan melemparkan bendera Rusia ke Trump selama kunjungannya ke Capitol.

Insiden lain ketika Stenger baru saja menduduki posisi penting itu, penentang senator Brett M Kavanaugh, berhasil berhadap-hadapan dengan orang yang dicarinya, senator Jeff Flake (R-Arizona).

Peristiwa itu mengkhawatirkan para senator. Stenger lalu memberlakukan langkah-langkah pengendalian massa yang ketat selama dengar pendapat Kavanaugh pada 2018.

Juga selama persidangan pemakzulan Trump pada awal 2020. Langkah tersebut mendapat pukulan balik dari media dan beberapa senator.

Pembatasan Ketat Dianggap Halangi Kebebasan Pers

Barikade keamanan membatasi kemampuan wartawan mempertanyakan anggota parlemen tetapi tidak berbuat banyak untuk meningkatkan keamanan .

“Pembatasan ini bertentangan kebebasan pers, pemerintahan yang baik, dan kemampuan publik untuk sepenuhnya mengetahui tentang apa yang kita sebagai pemimpin terpilih lakukan atas nama mereka,” protes Senator Martin Heinrich menulis surat kepada Stenger pada saat itu.

Tanggapan Kepolisian Capitol terhadap demonstrasi pro-Trump membingungkan beberapa staf yang mengetahui pendekatan garis keras Stenger.

Beberapa orang mempertanyakan apakah dia berasumsi kerumunan akan menghormati polisi atau bertanya-tanya apakah dia terlalu fokus pada masa pensiunnya yang akan datang.

Dua orang yang dievakuasi ke ruang aman Senat pada 6 Januari mendengar Stenger meratap dia tidak meninggalkan kantornya sebelum Rabu. "Saya berharap saya baru saja pensiun minggu lalu," katanya.

Akan halnya Paul Irving, ia masuk ke DPR setelah 25 tahun bekerja di Secret Service, dan sempat bekerja untuk perusahaan real estat dan manufaktur pribadi keluarganya.

Pada 2012 ia dipekerjakan untuk menjadi Kepala Keamanan DPR, menggantikan Wilson “Bill” Livingood yang telah menjabat  selama 17 tahun.

Di antara mantan rekan Secret Service-nya, Irving dipandang sebagai pilihan logis untuk jabatan itu. Setelah bertugas di Gedung Putih, dia menjabat sebagai penghubung antara agensi dan Hill.

Dua mantan staf DPR mengatakan dia dipilih Ketua DPR John A Boehner (R-Ohio) setelah pencarian nasional.

Irving tetap bertahan sekalipun Ketua DPR berganti ke Paul Ryan (R-Wisconsin) pada 2015, dan terus bertahan saat Nancy Pelosi memegang jabatan itu awal 2019.

"Dia benar-benar tidak diragukan lagi dalam hal profesionalismenya," kata seorang mantan asisten DPR, yang berbicara tanpa menyebut nama.

"Dia diakui tiga anggota DPR sebagai seorang profesional dan seseorang yang dapat Anda percayai," imbuhnya.

Demokrat memuji sikap adilnya setelah aksi duduk mereka 2016 di lantai DPR untuk menuntut para pemimpin Republik menerapkan undang-undang pengendalian senjata ke pemungutan suara.

Ryan memutuskan tidak secara langsung mendisiplinkan Demokrat karena melanggar peraturan DPR setelah berkonsultasi dengan Irving.

Tetapi enam bulan kemudian, DPR yang dipimpin GOP menyetujui aturan baru yang memungkinkan anggota denda hingga $ 2.500 untuk mengambil foto atau merekam video dari lantai rumah.

Beberapa anggota parlemen sekarang terkejut dengan bagaimana Irving mengelola pengepungan tersebut.

Saat massa mengerumuni Capitol sore itu, anggota DPR Zoe Lofgren (D-California), menceritakan dia menghubungi Irving, yang berada di kamar DPR.

Ia diyakinkan massa akan dijauhkan. "Tidak ada yang bisa masuk," kata Lofgren mengutip jawaban Paul Irving.  

Lofgren mengatakan dia memiliki hubungan kerja cukup baik dengan Irving. “Tapi ini kegagalan keamanan besar-besaran, dan dia memiliki tanggung jawab,” katanya.

Meski demikian, harus ada penyelidikan menyeluruh atas persiapan dan acara keamanan hari itu. Tindakan Irving dan Stenger harus dinilai secara hati-hati.

“Mereka memberi banyak selama karir mereka dalam pelayanan publik dan saya tidak berpikir mereka harus dihakimi pada hari terburuk dalam hidup mereka,” kata Gainer.

“Tanggal 6 Januari, saya yakin, adalah hari terburuk dalam hidup mereka,” imbuhnya.(Tribunnews.com/ThePost/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini