Ia juga mengisyaratkan pengurangan pasukan AS di wilayah tersebut dengan tetap mengusahakan kehadiran Amerika lebih baik di kawasan itu.
Sisi lain, ia akan menggunakan kekuatan militer AS di palagan lain. Laman berita Rusia, Sputniknews mengutip Bloomberg, Rabu (20/1/2021).
"Jika dikonfirmasi, saya akan meninjau kehadiran pasukan kami untuk memastikan itu benar-benar seimbang untuk mengatasi berbagai tantangan di Timur Tengah,” kata Austin.
“Termasuk dari China dan Rusia, dengan persyaratan global dan kesehatan pasukan gabungan," imbuh Austin dalam sebuah pernyataan tertulis kepada Senat AS.
Militer AS Akan Fokus Tantangan China di IndoPasifik
Ketika ditanya apakah Strategi Pertahanan Nasional AS (NDS) harus direvisi, Austin menjawab kecepatan di mana China memodernisasi modernisasi militernya.
“Tindakannya yang semakin agresif di Indo-Pasifik dan kemampuannya untuk mengancam tanah air AS mengkhawatirkan dan harus terus diperiksa ulang," katanya.
Austin menambahkan dia akan memastikan China tidak mendapatkan superioritas militer atas Amerika Serikat.
“Di sebagian besar wilayah Indo-Pasifik, Partai Komunis China (PKC) menggunakan paksaan militer dan ekonomi untuk menggertak tetangganya,” tuduh Austin.
China menurutnya mengajukan klaim maritim yang melanggar hukum, mengancam jalur pelayaran maritim, dan mengguncang wilayah di sepanjang perbatasan Republik Rakyat China (RRC).
Perilaku predator ini menurut Austin, meningkatkan risiko salah perhitungan dan konflik. AS harus bersama sekutu dan mitranya di Asia Tenggara memperjuangkan Indo-Pasifik yang bebas.
Dalam pengajuan tertulis kepada komite Senat, Austin juga mengungkapkan China akan dipandang sebagai pesaing global paling serius.
Kecepatan modernisasi militernya membuat China pesaing global paling serius dan dari perspektif pertahanan, kecepatan ancaman di sebagian besar wilayah.
AS berulang kali menuduh China melakukan agresi militer di kawasan Indo-Pasifik. Beijing telah membantah semua tuduhan provokatif Washington. (Tribunnews.com/Sputniknews/Aljazeera/xna)