News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Myanmar

Negara Kelompok G7 Kecam Kudeta Militer di Myanmar

Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara berjaga di pos pemeriksaan kompleks militer di Yangon pada 1 Februari 2021, ketika militer Myanmar menahan pemimpin de facto negara itu Aung San Suu Kyi dan presiden negara itu dalam kudeta.

Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Luar Negeri Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan AS serta Perwakilan Tinggi Uni Eropa  yang tergabung dalam negara kelompok G7 mengecam kudeta yang dilakukan militer di Myanmar.

Hal tersebut disampaikan dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan Rabu (3/1/2021) yang menyatakan keprihatinan kelompok negara G7 terhadap situasi yang terjadi di Myanmar saat ini.

“Kami, para Menteri Luar Negeri G7 dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat serta Perwakilan Tinggi Uni Eropa, bersatu mengutuk kudeta di Myanmar,” mengutip keterangan yang dirilis Rabu (3/1/2021)

“Kami sangat prihatin dengan penahanan para pemimpin politik dan aktivis masyarakat sipil, termasuk Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint, serta penargetan media,” lanjutnya.

Baca juga: Dokter dan Tenaga Medis Myanmar Gelar Aksi Mogok Kerja Protes Kudeta Militer

Negara G7 menyerukan kepada militer untuk segera mengakhiri keadaan darurat, mengembalikan kekuasaan kepada pemerintahan yang sah dan dipilih secara demokratis.

Termasuk membebaskan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi bersama pejabat politik terkait di negara tersebut.

Negara G7 menyatakan penahanan tersebut dilakukan secara tidak adil dan tidak menghormati hak asasi manusia dan supremasi hukum.

Negara G7 menyerukan agar hasil pemilu November harus dihormati dan Parlemen harus kembali melaksanakan sidang secepatnya.

“Pembatasan militer atas arus informasi sangat memprihatinkan. Warga sipil, termasuk masyarakat sipil dan media, tidak boleh menjadi sasaran pembalasan dalam bentuk apapun. Kami juga menyerukan akses kemanusiaan yang seluas-luasnya untuk membantu mereka yang paling rentan,” ujarnya.

Baca juga: Cahyono Widodo: Hindari Kerumunan Mencegah Penularan Serta Melindungi Kelompok Rentan

Para Menteri Luar Negeri G7 kembali mengingatkan komunike 2019 yang menyatakan kembali komitmen kami untuk transisi demokrasi Myanmar, perdamaian dan akuntabilitas atas pelanggaran dan pelanggaran hak asasi manusia.

“Kami mendukung masyarakat Myanmar yang menginginkan sebuah masa depan yang demokratis,”
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini