TRIBUNNEWS.COM - Afrika Selatan menunda peluncuran vaksin Oxford-AstraZeneca, setelah hasil penelitian menemukan varian baru virus corona.
Para ilmuwan mengatakan, varian baru virus corona di Afrika Selatan telah menyumbang 90 persen kasus infeksi Covid-19 di sana.
BBC melaporkan, studi tersebut, yang melibatkan sekira 2.000 orang.
Ditemukan bahwa vaksin memberikan "perlindungan minimal" terhadap kasus Covid-19 ringan dan sedang.
Baca juga: Vaksinasi Lansia Dimulai Hari Ini, Kelompok Pertama Menyasar 11.600 Tenaga Kesehatan Lansia
Baca juga: Militer Afrika Selatan Izinkan Tentara Wanita Muslim Kenakan Jilbab sebagai Bagian dari Seragam
Afrika Selatan telah menerima dosis 1 juta vaksin AstraZeneca dan dijadwalkan akan mulai vaksinasi pada minggu depan.
Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize mengatakan, pemerintah akan menunggu saran lebih lanjut tentang cara terbaik untuk melanjutkan vaksin Oxford-AstraZeneca sehubungan dengan temuan tersebut, Minggu (7/2/2021).
Uji coba tersebut dilakukan oleh University of the Witwatersrand, tetapi belum ditinjau oleh rekan sejawat.
Sementara itu, pemerintah akan menawarkan vaksin yang diproduksi Johnson & Johnson dan Pfizer dalam beberapa pekan mendatang.
"Sayangnya, vaksin AstraZeneca tidak bekerja melawan penyakit ringan dan sedang," kata Prof Shabir Madhi, yang memimpin penelitian tersebut.
Baca juga: Jutaan Vaksin AstraZeneca Akan Tiba di Indonesia pada Kuartal I 2021, Bisa untuk Lansia
Baca juga: Brasil Beri Izin Penggunaan Darurat Vaksin Sinovac dan AstraZeneca
Dia menambahkan, penelitian tersebut belum dapat menyelidiki kemanjuran vaksin dalam mencegah infeksi yang lebih serius, karena partisipan berusia rata-rata 31 tahun sehingga tidak mewakili demografi yang paling berisiko mengalami gejala parah akibat virus.
Para ahli mengatakan, vaksin dapat didesain ulang dan disesuaikan agar lebih cocok untuk varian baru dalam hitungan minggu atau bulan jika perlu.
Hasil awal dari Moderna menunjukkan, vaksinnya masih efektif melawan varian Afrika Selatan.
Sementara AstraZeneca mengatakan, vaksinnya memberikan perlindungan yang baik terhadap varian Inggris yang pertama kali diidentifikasi di Inggris.
Hasil awal menunjukkan vaksin Pfizer-BioNTech melindungi dari varian baru.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)