TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Pejabat tertinggi pengadilan Iran dan Irak dalam pertemuan di Baghdad membahas cara-cara menanggapi pembunuhan AS terhadap komandan anti-teror senior Iran dan Irak, Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis.
"Kami berunding dengan pihak Irak untuk menanggapi kejahatan dan pembunuhan para komandan syahid," kata Kepala Kehakiman Iran Seyed Ebrahim Rayeesi dalam konferensi pers bersama dengan Ketua Dewan Yudisial Tertinggi Irak Faiq Zidan di Baghdad Selasa (9/2/2021) waktu setempat.
Dia mengapresiasi sistem peradilan Irak yang mengejar kasus pembunuhan mantan Komandan Pasukan Qods IRGC Letnan Jenderal Qassem Soleimani dan Wakil Komandan Pasukan Mobilisasi Populer Irak (PMF) Abu Mahdi al-Muhandis.
Rayeesi juga menyambut baik penguatan peradilan dan hubungan hukum serta kerja sama dengan Irak, dan mengatakan kunjungan jamaah dan pemberantasan korupsi adalah masalah lain yang dibicarakan dengan Zidan.
"Iran dan Irak menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) tentang perang melawan korupsi," tambahnya.
Rayeesi juga menggarisbawahi hasutan tidak dapat mempengaruhi atau mencegah perluasan hubungan antara kedua negara Iran dan Irak.
Baca juga: Iran Incar Donald Trump dan 47 Pejabat AS yang Berperan Bunuh Jenderal Qassem Soleimani
Baca juga: Soal Peringatan Kematian Qassem Soleimani, Iran Sebut Trump Cari Alasan untuk Menyerang
Baca juga: Drone AS yang Bunuh Jenderal Qassem Soleimani Diberi Izin Terbang oleh Otoritas Irak
Pengaruh Qassem Soleimani di Timur Tengah
Jenderal Soleimani memainkan peran berpengaruh dalam pertempuran negara-negara Irak dan Suriah melawan kelompok teror takfiri yang paling terkenal di dunia, ISIS/ISIL dan Al Qaeda.
Letnan Jenderal Soleimani dibunuh dalam serangan pesawat tak berawak AS di Bandara Internasional Baghdad di Irak pada 3 Januari 2020, atas perintah Presiden AS Donald Trump.
Serangan udara itu juga menewaskan Wakil Komandan Pasukan Mobilisasi Populer Irak (PMF) Abu Mahdi al-Muhandis.
Keduanya menjadi martir dalam serangan udara Amerika yang menargetkan kendaraan mereka di jalan menuju bandara.
Lima orang Iran dan lima orang militer Irak menjadi martir oleh rudal yang ditembakkan oleh pesawat tak berawak AS di Bandara Internasional Baghdad.
Pada 8 Januari 2020, dan setelah upacara pemakaman Jenderal Soleimani, Pasukan Dirgantara IRGC memulai serangan rudal balistik berat di pangkalan udara AS Ein Al-Assad di Irak barat daya dekat perbatasan Suriah.
Satu lagi menyasar pangkalan udara yang dioperasikan AS di Erbil sebagai pembalasan atas pembunuhan Jenderal Soleimani oleh AS.
Ein Al-Assad adalah pangkalan udara dengan landasan pacu 4.000 meter di ketinggian 188 meter dari permukaan laut, yang merupakan pangkalan udara utama dan terbesar AS di Irak.
Laporan awal mengatakan sistem radar dan perisai pertahanan rudal di Ein Al-Assad gagal beroperasi dan mencegat rudal Iran.
Laporan tidak resmi mengatakan sistem radar pusat tentara AS di Ein Al-Assad telah macet oleh peperangan elektronik.
Serangan balasan IRGC kedua menargetkan pangkalan militer AS di dekat bandara Erbil di wilayah Kurdistan Irak di leg kedua operasi pembalasan "Martir Soleimani".
Irak mengatakan serangan itu tidak memakan korban dari pasukannya yang ditempatkan di dua pangkalan ini.
Tentara AS telah memblokir pintu masuk ke Ein Al-Assad untuk semua orang, termasuk tentara Irak. Pejabat IRGC mengatakan tidak ada rudal yang berhasil dicegat.
Donald Trump di Daftar Pertama Akan Ditangkap Iran
Sementara itu, Iran mengumumkan pada akhir Juni mereka telah mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi 36 pejabat AS dan negara lain yang terlibat dalam pembunuhan Jenderal Soleimani yang syahid.
"36 orang yang telah terlibat atau memerintahkan pembunuhan Haji Qassem, termasuk pejabat politik dan militer AS dan pemerintah lainnya, telah diidentifikasi dan surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk mereka oleh pejabat pengadilan dan peringatan merah juga telah dikeluarkan. untuk mereka lewat Interpol, "kata Alqasi Mehr saat itu.
Dia mengatakan individu yang dituntut dituduh melakukan pembunuhan dan tindakan teroris, menambahkan Trump berdiri di daftar teratas dan akan dituntut segera setelah dia mundur dari kursi kepresidenan setelah masa jabatannya berakhir.
Bulan lalu, juru bicara Kehakiman Iran Gholam Hossein Esmayeeli mengatakan Teheran telah meminta Interpol mengeluarkan pemberitahuan merah untuk semua pelaku dan dalang pembunuhan Jenderal Soleimani.
"Iran telah meminta Interpol untuk menangkap Presiden AS dan 47 orang lainnya sehubungan dengan pembunuhan Letnan Jenderal Qassem Soleimani di dekat ibukota Irak, Baghdad, tahun lalu," kata Esmayeeli.
Dia menambahkan Iran telah mengidentifikasi 48 orang sehubungan dengan serangan teror yang ditargetkan dan itu termasuk Presiden AS Donald Trump, pejabat Pentagon, dan pasukan teroris Amerika di wilayah tersebut.
Awal bulan ini, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran (SNSC) Ali Shamkhani dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Irak Fuad Hossein menyerukan upaya lebih lanjut Baghdad untuk mengadili para pelaku dan dalang serangan teror terhadap Jenderal Soleimani.
"Kita tidak boleh membiarkan darah syuhada Abu Mahdi al-Muhandis dan Qassem Soleimani diinjak-injak, dan pelaku kejahatan teroris ini harus dituntut dan dihukum berat," kata Shamkhani dalam pertemuan di Teheran.(Tribunnews.com/FarsNews/xna)