TRIBUNNEWS.COM - Inilah rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dalam 24 jam terakhir.
Penasihat mantan Presiden Donald Trump mengatakan sang mantan presiden belum menyatakan penyesalan atas kerusuhan di Capitol AS.
Di Singapura, seorang profesor viral karena menghabiskan waktu 2 jam berbicara sendiri saat mengajar lewat Zoom. Ia tak sadar microphone-nya mati.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Rabu (10/2/2021) mengumumkan sanksi baru AS terhadap jenderal Myanmar setelah militer menahan para pemimpin terpilih dan merebut kekuasaan pada Senin (1/2/2021).
Sementara itu, gelombang warga dan pekerja yang melakukan demonstrasi terus bertambah memasuki hari keenam, Kamis (11/2/2021) di Myanmar.
1. Kini Dimakzulkan, Trump Disebut Tak Menyesali Insiden Capitol dan Hubungan Rusak dengan Mike Pence
Penasihat mantan Presiden Donald Trump mengatakan Trump belum menyatakan penyesalan atas kerusuhan di Capitol AS.
Padahal hal itu mungkin bisa menjadi pertimbangan bagi Senat terkait pemakzulan keduanya, setelah DPR pada Rabu (10/2/2021) merilis video serangan massa.
Salah satu video menunjukkan mantan Wakil Presiden Mike Pence dan keluarganya dievakuasi oleh Secret Service saat massa merangsek masuk.
Bukti video ini menegaskan kesaksian ajudan Mike Pence kepada CNN pasca insiden tersebut.
Beberapa ajudan Pence geram kepada Trump dan meyakini mantan presiden itu membahayakan Wapresnya sendiri.
Pence, yang berencana tidak ikut campur selama sidang pemakzulan mantan koleganya itu, belum cukup memperbaiki hubungan dengan Trump setelah insiden Capitol AS.
Baca juga: Twitter Blokir Akun Donald Trump Untuk Selamanya, Bahkan Jika Mantan Presiden Itu Mencalonkan Lagi
Baca juga: Poin-poin Inti Sidang Pemakzulan Donald Trump Hari ke-2: Cuitan Mantan Presiden Jadi Pusat Perhatian
Sumber yang mengetahui situasi ini mengatakan Pence dan Trump membahas kejadian pada 6 Januari 2021 itu.
Namun, kata sumber, baik Pence dan Trump lebih fokus bicara soal pelantikan Presiden Joe Biden pada 20 Januari.
"Dia menyampaikan maksudnya pada pertemuan itu sesudahnya," kata sumber itu tentang Pence.
Menurut sumber, masih ada perasaan yang mengganjal antara Pence dengan Trump.
2. VIRAL Profesor Berbicara Sendiri selama 2 Jam saat Mengajar lewat Zoom, Suaranya Tak Sengaja Di-mute
Seorang profesor menghabiskan waktu 2 jam berbicara sendiri saat mengajar lewat Zoom karena tak sadar microphone-nya mati.
Dong Wang, seorang profesor matematika di Universitas Nasional Singapura (NUS), tampak sangat kesal ketika ia menyadari kesalahannya selama perkuliahan via Zoom.
Profesor itu baru menyadari bahwa ia berbicara sendiri ketika ia mengajukan pertanyaan kepada mahasiswanya menjelang akhir kelas online, lapor Yahoo News.
Anehnya mic-nya, yang mati selama selama perkuliahan, tiba-tiba berfungsi kembali.
Profesor itu mengharapkan pertanyaan dari mahasiswanya.
Baca juga: Viral Pengacara Berubah jadi Kucing karena Tak Sengaja Nyalakan Filter Zoom saat Debat dengan Hakim
Baca juga: Pengacara Ini Ketahuan Sedang Berhubungan Intim Saat Sidang Lewat Zoom
Tapi ia sadar bahwa mahasiswanya tak mungkin mengajukan pertanyaan karena mereka tak bisa mendengar suara dosennya selama perkuliahan.
"Hai Prof, sebenarnya Anda di-mute dari tadi. Jadi kami tidak dapat mendengar apa pun dari Anda sejak pukul 6.08," ujar salah satau mahasiswa.
Reaksi syok profesor terekam dalam rekaman Zoom yang kini menjadi viral setelah diunggah ke Youtube.
3. Presiden AS Joe Biden Umumkan Sanksi Baru Terhadap Para Jenderal Myanmar yang Lakukan Kudeta
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Rabu (10/2/2021) mengumumkan sanksi baru AS terhadap jenderal Myanmar setelah militer menahan para pemimpin terpilih dan merebut kekuasaan pada Senin (1/2/2021).
Biden mengatakan pemerintahannya akan memutus akses keuangan para pemimpin militer Myanmar sebesar 1 miliar dolar AS.
Biden menjelaskan AS akan segera mengumumkan sanksi baru terhadap Myanmar setelah terjadi kudeta dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh yang dekat dengan pemimimpin sah yang digulingkan, Aung San Suu Kyi.
"Kami akan mengidentifikasi target pertama minggu ini, dan kami juga akan memberlakukan kontrol ekspor yang kuat," kata Biden, seperti dilansir Reuters, Kamis (11/2/2021).
"Kami membekukan aset AS yang menguntungkan pemerintah Myanmar, sambil mempertahankan dukungan kami untuk layanan kesehatan, kelompok masyarakat sipil, dan daerah lain yang menguntungkan masyarakat Myanmar secara langsung."
Baca juga: Lagi, Militer Myanmar Tangkap Orang Dekat Aung San Suu Kyi
Militer Myanmar menangkap para pemimpin sipil, termasuk penerima Nobel Aung San Suu Kyi, dan mengumumkan keadaan darurat selama setahun, Junta militer menuduh tanpa bukti Suu Kyi dan partainya melakukan kecurangan pemilu pada November lalu.
Namun Komisi pemilihan umum menolak tuduhan militer tersebut.
“Amerika Serikat akan siap memberlakukan langkah-langkah tambahan dan akan bekerja sama dengan negara-negara lain untuk bergabung dalam menekan para pelaku kudeta,” kata Biden.
Amerika Serikat kemungkinan akan menargetkan panglima tertinggi, Min Aung Hlaing, yang memimpin kudeta. Min Aung Hlaing dan jenderal lainnya sudah berada di bawah sanksi AS yang diberlakukan pada 2019 atas pelanggaran terhadap Muslim Rohingya dan minoritas lainnya.
4. Masuki Hari Keenam, Gelombang Unjuk Rasa dan Mogok Kerja di Myanmar Terus Bertambah
Gelombang warga dan pekerja yang melakukan demonstrasi terus bertambah memasuki hari keenam, Kamis (11/2/2021) di Myanmar.
Ini merupakan 'Gerakan Pembangkangan Sipil' untuk menentang kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan yang sah di bawah kepemimpinan Aung San Suu Kyi.
Bahkan ratusan pekerja melakukan mogok kerja dan turut berbaris di jalan di ibukota Naypyitaw, Myanmar untuk mendukung Gerakan Pembangkangan Sipil.
Mereka melantunkan slogan-slogan anti-junta militer.
Juga membawa plakat bertuliskan "tolak kudeta militer" dan "selamatkan Myanmar".
Beberapa mengangkat gambar Suu Kyi dengan kata-kata, "Kami mempercayai pemimpin kami."
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Umumkan Sanksi Baru Terhadap Para Jenderal Myanmar yang Lakukan Kudeta
Setelah seorang wanita ditembak dalam bentrokan kekerasan dalam aksi demonstrasi pada Selasa lalu, tidak menyurutkan mereka untuk terus turun ke jalan.
Bahkan pada Rabu (9/2/2021) kemarin, demonstran melakukan aksi secara meriah, dengan telanjang dada, wanita dengan gaun bola dan gaun pengantin, petani dengan traktor dan orang-orang dengan hewan peliharaan mereka.
Sebelumnya pada selasa (8/2/2021), Polisi bersikap respresif terhadap demonstran yang menolak pengambil-alihan kekuasaan dari pemerintahan yang sah di bawah Aung San Suu Kyi.
(Tribunnews.com)