Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa lembaga ini tetap terbuka untuk menggunakan semua hipotesis dalam upaya pencarian asal usul virus corona (Covid-19).
Selama konferensi pers yang digelar di Jenewa, Swiss pada Jumat lalu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Pemimpin Tim Misi Pencari Fakta WHO ke Wuhan, Peter Ben Embarek mengatakan semua hipotesis masih terbuka untuk mempelajari asal-usul pandemi.
Sebelumnya, tim Embarek memang gagal mengidentifikasi sumber virus ini.
Namun timnya menemukan cukup bukti dan kesaksian yang secara efektif mengesampingkan anggapan bahwa virus itu bocor dari laboratorium virologi di Wuhan.
Baca juga: AS Minta China Buka-bukaan Soal Data Investigasi WHO Terkait Covid-19
Baca juga: POPULER Internasional: Temuan WHO tentang Asal Usul Covid-19 | Wanita di Myanmar Ditembak di Kepala
"Hipotesis insiden laboratorium sangat tidak mungkin, ini tidak ada dalam hipotesis yang akan kami sarankan untuk penelitian di masa depan," kata Embarek.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (14/2/2021), pernyataan ini sangat kontras dengan apa yang disampaikan Tedros.
"Beberapa pertanyaan telah diajukan, apakah beberapa hipotesis telah disingkirkan? setelah berbicara dengan beberapa anggota tim, saya ingin memastikan bahwa semua hipotesis tetap terbuka dan memerlukan analisis dan studi lebih lanjut," kata Tedros.
Sementara itu, Iimuwan China yang bekerja di Wuhan, menjadi pihak yang diwawancarai sebagai bagian dari misi WHO.
Mereka membantah bekerja pada SARS-CoV-2 atau bahkan memiliki sampel virus yang menyebabkan Covid-19.
Kota Wuhan selama ini dianggap sebagai lokasi awal mula munculnya virus ini yang kemudian menjadi pandemi global dan diyakini secara luas telah menyebabkan terjadinya lebih dari 108.000.000 kasus dan 2,3 juta kematian.
Kecurigaan yang tersebar luas di kalangan komunitas ilmiah adalah virus tersebut berasal dari kelelawar, inkubator umum untuk virus, sebelum akhirnya ditularkan ke manusia melalui mamalia perantara yang tidak dikenal.
Kasus pertama Covid-19 diduga mulai dilaporkan terjadi di Wuhan pada Desember 2019, namun penyelidikan WHO di kota itu baru dimulai pada Januari 2021.
Embarek mengklaim bahwa misi sebelumnya tidak memiliki banyak data dan bukti karena minimnya data yang disiapkan oleh Ilmuwan China sebelum kedatangan tim WHO.
"Ini bukan misi untuk pergi dan mengejar hewan di pasar atau mengejar pasien di suatu tempat," tegas Embarek.
Menurutnya, waktu untuk melakukan tindakan semacam itu telah disiapkan lebih dari setahun yang lalu.