Polandia, Swedia, Prancis dan Selandia Baru menduduki tempat ketiga sampai keenam. Sementara China daratan berada di tempat ketujuh, dengan kenaikan orang super kaya sebesar 46%.
Berdasarkan kawasan, Asia memimpin dengan jumlah individu yang sangat kaya diperkirakan berjumlah 39% dalam lima tahun sampai 2025, disusul dengan Afrika dengan kenaikan 33%.
Perkiraan kenaikan di tingkat global adalah 27% dengan jumlah untuk Amerika Utara, Timur Tengah, Amerika Latin dan Eropa berkisar antara 23%-25%.
Penduduk muda di Indonesia merupakan salah satu pendorong naiknya orang-orang super kaya, menurut Knight Frank.
Menurut data Knight Frank, jumlah taipan di Asia Pasifik paling tinggi dibandingkan kawasan lain dan mencapai 36% dari data dunia.
Dan pada 2025, jumlah orang super kaya di Asia Pasifik diperkirakan mencapai seperempat dari jumlah orang kaya dunia.
Victoria Garrett - juga dalam wawancara dengan Nikkei Asia - mengatakan pandemi Covid-19 memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia, namun secara umum, Asia Pasifik beradaptasi dengan adanya tren dan peluang baru, sehingga memperkuat posisi sebagai kawasan orang super kaya.
"Vaksin telah diluncurkan di seluruh dunia, dan individu yang super kaya di Asia Pasifik lebih percaya diri dalam upaya pemulihan," kata Victoria.
Menurut data dari Fitch Solutions bulan ini, pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia akan cukup baik.
Laporan Fitch menunjukkan pertumbuhan "China diperkirakan 10,2% tahun 2021, setelah melambat hanya 2,3% pada 2020, dan China akan menjadi negara Asia dengan pertumbuhan terpesat."
"Kami perkirakan India akan menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi kedua tertinggi dengan 9,5% menyusul kontraksi pada 2020 sebesar 8,6%."
Pertumbuhan produk domestik bruto Indonesia diperkirakan meningkat antara 4,5% sampai 5,5% tahun ini setelah kontraksi hampir 2,1% pada 2020.
Program vaksinasi dimulai Januari lalu dengan sasaran 181 juta orang - 70% penduduk - divaksin pada Maret 2022.
Namun, momentum pemulihan ekonomi masih dibayangi ketidakpastian.
"Pada 2021, kami tetap berhati-hati dalam memperkirakan pulihnya permintaan domestik," kata Sung Eun Jung, seorang ekonom di Oxford Economics yang menulis laporan tentang Indonesia bulan ini.