Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, YANGON - Aparat keamanan Myanmar menggerebek dua kantor media dan menahan sejumlah wartawan, pada Selasa (9/3/2021) lalu.
Setidaknya 35 jurnalis telah ditangkap sejak kudeta 1 Februari lalu, Myanmar Now melaporkan, di mana 19 di antaranya telah dibebaskan.
"Ini suram, itu mengerikan," ujar Thin Lei Win, salah satu pendiri media Myanmar Now yang merdeka dalam sebuah wawancara, seperti dilansir Reuters, Rabu (10/3/2021).
Baca juga: Aparat Keamanan Myanmar Kepung dan Tangkap Demonstran di Yangon
"Pengunjuk rasa serta wartawan akan keluar setiap hari bertanya-tanya apakah ini adalah hari terakhir bahwa mereka akan melakukan pekerjaan mereka. Dan aku benar-benar khawatir bahwa segalanya akan menjadi lebih buruk," ucapnya.
Sementara itu aparat keamanan Myanmarn kembali bertindak brutal, menembakkan gas air mata dan mengepung ratusan demonstran anti-junta militer di dua tempat di Yangon pada Rabu (10/3/2021).
Hal itu disampaikan para saksi, mendorong Kedutaan Besar AS untuk menyerukan penarikan aparat keamanan.
Pada hari Rabu, Polisi menyerbu sebuah kompleks perumahan pekerja kereta api di Yangon dan mengepung ratusan demonstran di distrik Okkalapa Utara, di bagian lain kota.
Lebih dari 100 orang ditangkap di dua lokasi itu, kata para saksi mata, seperti dilansir Reuters, Rabu (10/3/2021).
Banyak pekerja kereta api adalah bagian dari gerakan pembangkangan sipil yang telah melumpuhkan bisnis pemerintah dan termasuk mendorong mogok kerja di bank, pabrik dan toko sejak tentara mengkudeta pemerintahan sah Aung San Suu Kyi.
"Kami melihat laporan tentang mahasiswa dan warga sipil yang tidak bersalah yang dikepung oleh pasukan keamanan di Okkalapa Utara, serta penangkapan," kata Kedutaan Besar AS dalam sebuah pernyataan.
"Kami menyerukan kepada aparat keamanan untuk menarik diri dari daerah itu, membebaskan mereka yang ditahan, dan memungkinkan orang untuk pergi dengan selamat."
Polisi dan pejabat angkatan darat tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar terkait peristiwa tersebut.
Pada hari Selasa, Zaw Myat Linn, seorang pejabat dari Liga Nasional untuk Demokrasi Suu Kyi (NLD), meninggal dalam tahanan setelah dia ditangkap. Dia adalah tokoh partai kedua yang meninggal dalam tahanan.
"Dia telah berpartisipasi terus menerus dalam aksi protes," kata Ba Myo Thein, anggota majelis tinggi parlemen yang dibubarkan. Penyebab kematiannya tidak jelas.
Dalam siaran langsung Facebook sebelum dia ditahan, Zaw Myat Linn mendesak orang-orang untuk terus melawan junta militer, "bahkan jika itu harus mengorbankan nyawa sekalipun.”
Lebih dari 60 demonstran telah tewas dan 1.900 orang telah ditangkap dalam kekacauan di Myanmar sejak kudeta 1 Februari, demikian data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.(Reuters)