Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Tepat jam 12.46 WIB, Kamis 11 Maret sepuluh tahun lalu, gempa besar 9 skala Richter menghantam Jepang Timur terutama daerah Fukushima, Iwate dan Miyagi.
Gempa bumi ini mengakibatkan lebih dari 22.000 orang tewas karena tsunami dan dinyatakan hilang hingga kini.
Peringatan 10 tahun gempa bumi besar Jepang Timur hari ini, Kamis (11/3/2021) masih diperingati dengan keprihatinan.
"Sampai saat ini sudah 10 tahun sekali pun kami masih prihatin, sedih dan selalu menangis kalau mengingat saudara kami yang meninggal akibat gempa, tsunami dan ledakan pembangkit nuklir Fukushima 10 tahun lalu," ungkap RK, seorang warga Fukushima kepada Tribunnews.com, Kamis (11/3/2021).
Apa yang membuatnya prihatin?
"Sampai detik ini kehidupan rasanya masih belum kembali pulih, belum normal seperti di masa lalu sebelum gempa terjadi, sebelum ledakan nuklir terjadi. Kehidupan kami kacau gara-gara ledakan nuklir di Fukushima tersebut," tambahnya.
Mantan Wali Kota Minami Soma Fukushima, Katsunobu Sakurai juga menegaskan Senin (9/3/2021) lalu bahwa para eksekutif perusahaan pembangkit listrik Tokyo (Tepco) sampai detik ini tidak bertanggungjawab atas ledakan nuklir yang terjadi 11 Maret 2011 lalu.
Gara-gara ledakan nuklir tersebut, Sakurai menjadi penggerak Zero Nuklir, anti pembangkit nuklir, dan akhirnya jatuh tidak terpilih lagi sebagai wali kota Minami Soma tahun 2014.
"Seorang politisi dari Komeito membisikkan saya akan kalah tak bisa mendukungnya lagi karena pendapatnya yang anti nuklir tersebut," lanjut Sakurai.
Di Prefektur Fukushima, perintah evakuasi telah dicabut karena kecelakaan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi Tepco, tetapi beberapa lahan tetap tidak dapat kembali seperti semula akibat terkontaminasi radiasi nuklir.
Meskipun masih ada 41.241 orang yang mengungsi secara nasional, populasi di 42 kota yang terkena dampak telah menurun sebesar 4,3 persen dibandingkan 10 tahun yang lalu.
Baca juga: Varian Baru Covid-19 Perlahan akan Menggantikan Virus Corona Konvensional di Jepang
Baca juga: Gubernur Tokyo Jepang Sambut Hangat Terpilihnya Kembali Thomas Bach Sebagai Presiden IOC
Daerah yang dilanda bencana di mana masyarakat tidak dapat kembali menghadapi kenyataan bahwa rekonstruksi masih berlangsung bahkan setelah 10 tahun.
Masyarakat yang belum kembali ke kampung halamannya diakui Gubernur Fukushima, Rabu (10/3/2021) kemarin.
"Hanya penduduk Kawauchi dan Tamura yang 80 persen sudah kembali, lalu penduduk Naraha 60 persen kembali serta penduduk Okuma dan Namie baru 10 persen yang kembali. Lainnya masih banyak yang belum kembali ke kampung halamannya," kata Gubernur Fukushima Masao Uchibori (56).
Pada pukul 14.46 tanggal 11 Maret 2011, gempa bumi besar berkekuatan 9,0, yang memiliki pusat gempa terbesar di lepas pantai Sanriku dalam sejarah pengamatan domestik, mengguncang bumi.
Tsunami besar setinggi lebih dari 30 meter menelan kehidupan masyarakat dan kota.
Menurut ringkasan Badan Kepolisian Nasional per tanggal 10 Maret 2021, 15.900 orang tewas dan 2.525 orang hilang.
Jangkauannya mencakup 12 prefektur. Ada 405.161 rumah yang hancur total.
Daerah di mana orang masih tidak dapat dihuni akibat kecelakaan nuklir adalah 337 kilometer persegi di 7 kotamadya di Prefektur Fukushima.
Menurut Badan Rekonstruksi dan lainnya, jumlah kematian terkait yang lemah atau karena bunuh diri di akhir kehidupan evakuasi mencapai 3.775 orang.
Sementara itu Forum bisnis WNI di Jepang baru saja meluncurkan pre-open Belanja Online di TokoBBB.com yang akan digunakan sebagai tempat belanja para WNI dan orang Jepang yang ada di Jepang. Info lengkap lewat email: bbb@jepang.com