Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Para Ilmuwan dari Shandong First Medical University dan Shandong Academy of Medical Sciences di kota Taian, China, menemukan virus baru yang disebut 'RpYN06'.
Virus itu disebut identik '94,5 persen' dengan SARS-CoV-2 yang menyebabkan virus corona (Covid-19).
Dalam peringatan kerasnya, para peneliti China ini menyampaikan RpYN06 yang ditemukan pada kelelawar, adalah penyakit yang paling dekat dengan Covid-19, karena memiliki protein lonjakan yang serupa.
Protein lonjakan merupakan struktur di luar virus yang digunakan untuk mengikat sel manusia.
Dikutip dari laman express.co.uk, Minggu (14/3/2021), Ilmuwan Shandong meneliti 411 sampel yang telah dikumpulkan dari 23 spesies kelelawar di provinsi Yunnan di China selama periode 2019 hingga 2020, dan menemukan empat virus terkait SARS-CoV-2.
Baca juga: Partai Komeito Ajak Masyarakat Jepang Bangkit Melawan Pandemi Covid-19
Baca juga: Pensiunan dan Karyawan Garda Terdepan Telkom Ikuti Vaksinasi Covid-19 Bersama BUMN
Selain RpYN06, tertulis dalam makalah mereka bahwa 'tiga virus corona terkait SARS-CoV-2 lainnya hampir identik secara berurutan'.
Tim Ilmuwan yang dipimpin oleh Weifeng Shi ini kemudian menambahkan, virus kerabat SARS-CoV-2 beredar pada spesies satwa liar di kawasan geografis yang luas di wilayah Asia Tenggara dan China selatan.
Mereka menegaskan bahwa temuan ini tidak hanya menyoroti keragaman virus kelelawar yang sangat banyak, namun juga memperingatkan bahwa upaya pengawasan lebih lanjut terhadap hewan liar sangat penting.
Baca juga: Bertambah 1.034, DKI Jakarta Jadi Provinsi Tertinggi Penambahan Kasus Positif Covid-19
"Penting bahwa upaya pengawasan lebih lanjut harus mencakup pada hewan liar yang lebih luas di wilayah ini, untuk membantu melacak sebaran virus yang sedang berlangsung dari hewan ke manusia," seperti yang tercantum dalam makalah tersebut.
Pernyataan ini mengikuti apa yang telah disampaikan Ahli Virologi Chris van Tulleken yang memperingatkan pandemi virus lain bisa lebih mematikan dibandingkan epidemi Covid-19 saat ini.
Berbicara dalam program Today BBC Radio 4, ia menyebut bahwa penularan virus dari hewan ke manusia akan lebih sering terjadi dibandingkan sebelumnya.
"Ini bukan pertanyaan apakah pandemi virus berikutnya akan mengalami lonjakan, tapi ini pertanyaan tentang 'kapan' virus yang lebih mematikan itu akan menyebar. Dan tentu saja mungkin kita akan membayangkan pandemi yang akan jauh lebih parah dalam beberapa aspek, jika dibandingkan pengalaman kita saat ini," tegas van Tulleken.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya telah memperingatkan bahwa ada lebih banyak penyakit seperti Covid-19 yang akan muncul.
Mereka menyebut penyakit yang akan muncul itu adalah tipe 'yang dapat berpindah dari hewan ke manusia' dan menyebutnya sebagai ancaman 'Penyakit X'.