Percakapan antar dua negara itu berlangsung selama satu jam dan disiarkan di media.
Ribut Soal Pidato Pembukaan
Setelah itu, delegasi AS menuduh China melanggar kesepakatan, yakni soal batasan pidato pembukaan selama dua menit oleh masing-masing pihak.
"Delegasi China tampaknya telah tiba dengan niat untuk sombong, fokus pada teater publik dan drama di atas substansi," kata seorang pejabat senior pemerintahan.
Pejabat itu mengatakan, AS akan melanjutkan pembicaraan sebagaimana yang direncanakan.
Dia menambahkan: "Presentasi diplomatik yang dilebih-lebihkan seringkali ditujukan untuk audiensi domestik."
Sementara itu, China mengatakan AS-lah yang melanggar kesepakatan pidato pembukaan.
Mereka menuduh AS melakukan "serangan tidak berdasar terhadap kebijakan dalam negeri dan luar negeri China".
Baca juga: Pabrik China Dibakar karena Dianggap Dukung Kudeta Myanmar, Lebih dari 30 Orang Tewas
Baca juga: Berbulan-bulan Cenderung Pasif, Donald Trump Akhirnya Ajak Warga Amerika untuk Divaksinasi Covid-19
Sebelum menjabat, Presiden AS, Joe Biden, diserang Partai Republik yang khawatir pemerintahannya akan melunak dengan China.
Namun belakangan ini, petinggi Partai Republik mengamini kebijakan Biden untuk merevitalisasi hubungan dengan sekutu untuk menghadapi China.
Strategi Biden ini adalah untuk menggeser paham 'America First' yang dijalankan Donald Trump.
Dibanding membahas tarif barang China warisan pemerintahan Trump, Biden sejauh ini menekankan tuduhan pelanggaran HAM yang dilakukan China.
Michael McCaul, anggota senior Republik di Komite Urusan Luar Negeri DPR, mengatakan tindakan Yang menunjukkan China tidak berencana untuk mengubah caranya.
"Perkelahian dan tuduhan palsu mereka harus menjadi peringatan bagi pemerintahan Biden tentang siapa yang sebenarnya mereka hadapi," katanya, dikutip dari Reuters.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)