TRIBUNNEWS.COM - Koalisi yang dipimpin Saudi meluncurkan serangan udara di Ibu Kota Sanaa pada Minggu dini hari (21/3/2021).
Penduduk setempat mengatakan, serangan tersebut terjadi setelah Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak di kilang minyak di Ibu Kota Saudi, Riyadh pada Jumat (19/3/2021).
Mengutip Al Jazeera, serangan Jumat kemarin itu dilaporkan menyebabkan kebakaran, namun dapat dikendalikan.
Pada Sabtu (20/3/2021), koalisi mengatakan pihaknya mencegat dan menghancurkan pesawat tak berawak bermuatan bahan peledak yang diluncurkan ke arah kota Khamis Mushait di selatan Saudi.
Baca juga: Houthi Akui Pasukannya Sebabkan Kebakaran di Pusat Migran Yaman, Tewaskan 45 Orang
Baca juga: Koalisi yang Dipimpin Saudi Sebut 2 Rudal Balistik Houthi Serang Daerah Perbatasan di Selatan Arab
Penduduk di Sanaa mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pesawat tempur koalisi membom daerah-daerah yang menampung kamp-kamp militer Houthi di selatan Sanaa dan sebuah situs manufaktur militer di utara kota.
Televisi Al Masirah yang dikelola Houthi juga melaporkan serangan udara koalisi di Ibu Kota, termasuk di bandara Sanaa.
Militan telah meningkatkan serangan di Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia, dalam beberapa pekan terakhir.
Arab Saudi mengatakan pihaknya mencegat sebagian besar drone dan rudal yang diluncurkan Houthi di bandara, pangkalan udara, dan infrastruktur energi, tetapi beberapa dilaporkan menyebabkan kerusakan.
Koalisi yang dipimpin Saudi telah memerangi Houthi sejak Maret 2015, beberapa bulan setelah kelompok itu merebut ibu kota Yaman, Sanaa.
Perang telah menemui jalan buntu sejak saat itu, dengan Arab Saudi menghadapi kritik internasional atas serangan udaranya yang tidak pandang bulu.
Baca juga: AS Serukan agar Militan Houthi Yaman Berhenti Menyerang dan Memulai Negosiasi
Baca juga: Houthi Kembali Tembakkan Rudal dan Drone ke Fasilitas Minyak Saudi Aramco
Bencana Kemanusiaan Terburuk
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggambarkan situasi di Yaman sebagai bencana kemanusiaan terburuk di dunia dengan kelaparan massal, penyakit, dan kemiskinan, yang sebagian besar disebabkan oleh perang.
Konflik tersebut telah menewaskan sekitar 130.000 orang, termasuk lebih dari 12.000 warga sipil.
Dalam upaya diplomatik baru untuk mengakhiri perang, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Amerika Serikat (AS) telah mendesak Houthi, yang juga menekan serangan terhadap kota Marib yang dikuasai pemerintah di Yaman untuk beralih ke negosiasi daripada eskalasi militer.
Baca juga: Kelompok Houthi Klaim Telah Tembakkan Rudal ke Fasilitas Minyak Saudi Aramco
Baca juga: Kirim Surat Resmi, Arab Saudi Mohon DK PBB Hentikan Serangan Kelompok Houthi
Para pengamat mengatakan serangan Houthi ke Marib, yang hingga saat ini relatif damai dan stabil karena ladang minyak yang terlindungi dengan baik di dekatnya mengancam untuk memicu lebih banyak pertempuran di tempat lain di Yaman.
Sementara itu, pasukan sekutu pemerintah telah meningkatkan serangan di daerah lain baru-baru ini dalam upaya nyata untuk memaksa Houthi menyebarkan sumber daya mereka dan membuat mereka lebih rentan.
Berita lain terkait Houthi
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)