News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Myanmar

Ribuan Warga Myanmar Melarikan Diri ke Thailand Setelah Serangan Udara Junta Militer

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang pengunjuk rasa antikudeta melemparkan bom asap terhadap tindakan keras polisi di kota Thaketa Yangon, Myanmar, Sabtu, 27 Maret 2021.

TRIBUNNEWS.COM, YANGON — Sekitar 3.000 penduduk desa di negara bagian Karen, tenggara Myanmar melarikan diri ke Thailand pada Minggu (28/3/2021) menyusul serangan udara oleh militer di daerah yang dipegang oleh kelompok Persatuan Nasional Karen (KNU), kelompok etnis bersenjata.

Seperti dilansir Reuters, Senin (29/3/2021), militer Myanmar melancarkan serangan udara di lima wilayah di distrik Mutraw, dekat perbatasan, termasuk kamp perpindahan, kata Organisasi Perempuan Karen.

"Saat ini, penduduk desa bersembunyi di hutan karena lebih dari 3.000 menyeberang ke Thailand untuk berlindung," kata sebuah pernyataan dari kelompok itu.

PBS Thailand melaporkan sekitar 3.000 warga Myanmar telah mencapai Thailand.

Pihak berwenang Thailand tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar.

Setidaknya dua tentara dari Persatuan Nasional Karen tewas, kata David Eubank, pendiri Free Burma Rangers, sebuah organisasi bantuan.

"Kami tidak mengalami serangan udara di sana selama lebih dari 20 tahun," kata Eubank.

Baca juga: Semakin Mencekam, Militer Myanmar Tembaki Warga Sipil di Upacara Pemakaman 114 Demonstran yang Tewas

 "Kedua, ini pada malam hari, sehingga kemampuan militer Myanmar telah meningkat dengan bantuan Rusia dan China dan negara-negara lain, dan itu mematikan."

Dalam serangan udara oleh militer pada hari Sabtu, setidaknya tiga warga sipil tewas di sebuah desa yang dikendalikan oleh KNU, kata sebuah kelompok masyarakat sipil.

Milisi sebelumnya mengatakan telah menyerbu pos tentara di dekat perbatasan, menewaskan 10 orang.

Serangan udara kali ini adalah serangan paling signifikan selama bertahun-tahun di wilayah tersebut.

KNU telah menandatangani perjanjian gencatan senjata pada tahun 2015 tetapi ketegangan telah melonjak setelah militer menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.

KNU dan Dewan Restorasi Negara Bagian Shan, juga berdasarkan perbatasan Thailand, telah mengutuk pengambilalihan itu dan mengumumkan dukungan mereka untuk perlawanan publik.

KNU mengatakan telah menaungi ratusan orang yang telah melarikan diri dari Myanmar tengah di tengah meningkatnya kekerasan dalam beberapa pekan terakhir.(Reuters)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini