TRIBUNNEWS.COM - Saksi mata mengungkapkan, seorang pria bersenjata menewaskan 30 warga sipil dalam serangan di sebuah desa di barat wilayah Oromiya, Ethiopia pada Rabu (31/3/2021).
Melansir Reuters, insiden ini menunjukkan pecahnya kekerasan etnis untuk menantang pemerintah federal.
Ethiopia dikenal sebagai negara terpadat kedua di Afrika.
Kini negara tersebut tengah berjuang untuk mengendalikan kekerasan yang terjadi di beberapa titik jelang pemilu.
Perdana Menteri Abiy Ahmed berjanji untuk mengadakan pemungutan suara pertama yang bebas dan adil.
Baca juga: 2,2 Juta Vaksin Covax Tiba di Ethiopia, Kampanye Vaksinasi Dimulai
Baca juga: Rektor IPB: Indeks Ketahanan Pangan Indonesia Lebih Tinggi dari Ethiopia, Filipina dan Pakistan"
Petani Wossen Andaege (50) mengatakan, tetangganya tewas dalam serangan pada Selasa malam (30/3/2021) di Zona Wollega Barat Oromiya.
Dia mengidentifikasi para korban sebagai etnis Amhara.
"Kami mengambil jenazah menggunakan mobil dan kami menguburkan 30 orang," kata Wossen melalui telepon.
Dia menambahkan, dirinya dan keluarganya mendengar suara tembakan dan melarikan diri ke kantor pemerintah terdekat untuk menunggu perlindungan dari pasukan federal.
Baca juga: Ledakan Bom di Addis Ababa Ethiopia Tewaskan Tiga Orang
15 Orang Terluka
Otoritas setempat menyalahkan serangan itu.
Sebanyak 15 orang terluka dari kelompok pecahan dari Front Pembebasan Oromo (OLF) atau yang dikenal sebagai OLF Shane/Tentara Pembebasan Oromo.
OLF adalah partai oposisi yang menghabiskan waktu bertahun-tahun di pengasingan, tetapi tidak dicekal setelah Abiy menjabat pada 2018.
Oromo adalah kelompok etnis terbesar di Ethiopia dan Amhara adalah kelompok etnis terbesar kedua.
Warga sipil dari satu kelompok etnis yang tinggal di sisi lain perbatasan menjadi sasaran serangan dalam beberapa bulan terakhir.
OLF Shane mengatakan, pihaknya memperjuangkan hak Oromos.
Odaa Tarbii, juru bicara kelompok itu, membantah bertanggung jawab atas serangan itu dalam email ke Reuters.
"Tuduhan yang ditujukan kepada kami ini adalah salah dan merupakan bagian dari operasi bersama jangka panjang oleh pemerintah untuk menjebak Tentara Pembebasan Oromo sebagai kelompok tanpa hukum," tulisnya.
Baca juga: PM Ethiopia Klaim Pasukan Pemerintah Telah Kendalikan Ibu Kota Kekuasaan Tigray
Kepala Zona Wollega Barat, Elias Umeta memilih tidak berkomentar.
Kantor komunikasi wilayah Oromiya mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, OLF Shane telah membunuh sejumlah warga sipil yang tidak diketahui jumlahnya.
Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia ikut memberikan tanggapannya terkait insiden ini.
"Serangan terbaru terhadap warga sipil di Wollega Barat menunjukkan, situasi keamanan di daerah tersebut belum membaik dan malah menyebar ke daerah tetangga dan menyebabkan pelanggaran hak asasi manusia tambahan," tutur Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia.
Berita lain terkait Ethiopia
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)