News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kamp Pengungsi Al Hawl, Sarang ISIS yang Jadi Bom Waktu Bagi Dunia

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang gadis Suriah membawa makanan sebelum keberangkatan, ketika sekelompok keluarga Suriah lain dibebaskan dari kamp al-Hol yang dikelola Kurdi yang menampung tersangka kerabat pejuang kelompok Negara Islam (IS), di provinsi Hasakeh di timur laut Suriah, pada 18 Maret, 2021.

TRIBUNNEWS.COM, Al HAWL – Pasukan Demokratik Suriah (SDF) sepanjang awal bulan ini menggelar operasi besar-besaran di komplek pengungsi Al Hawl (Al Hol) di perbatasan Suriah-Irak.

Mereka menciduk puluhan pentolan kelompok Negara Islam Irak Suriah (ISIS), yang menggunakan kamp sangat luas itu sebagai tempat persembunyian mereka setelah kalah dalam pertempuran di Suriah.

Di antara yang ditangkap adalah Muhammad Abdul Rahman Sharif Dabakh. Pria Aljazair ini menjadi komandan militer ISIS di kota Al-Shadadi di selatan Al-Hasakah.

Di kamp Al-Hawl, Dabakh mengumpulkan zakat yang hasilnya diteruskan ke kelompok teroris ISIS. Pentolan ISIS lain yang diciduk adalah Abu Muhammad Al-Jumaili.

Warga Irak kelahiran Provinsi Anbar itu sebelumnya bekerja sebagai hakim syariah Al-Qaeda di Irak, sebelum pindah ke Suriah untuk bergabung ke ISIS sebagai hakim agama.

Kamp Al Hawl saat ini menampung puluhan ribu orang dari berbagai negara. Sekira 60 ribu di antaranya eks ISIS dan keluarga termasuk bayi hingga anak-anak.

Ratusan warga asal Indonesia juga berada di kamp yang dikelola dan diawasi pasukan SDF yang berintikan etnis Kurdi.  

Baca juga: Pasukan Pimpinan Kurdi di Timur Laut Suriah Tangkap 9 Orang dalam Operasi Anti-ISIS

Baca juga: BNPT: 1.250 WNI Pergi ke Irak dan Suriah Ikut Kelompok Terorisme, Ada yang Tewas dan Ditahan

Baca juga: Kelompok Teroris HTS dan ISIS Terlibat Bentrok Bersenjata di Suriah Utara

Doktrin Wahabism ISIS Menguasai Kamp Al Hawl

Laporan yang disusun Khaled Iskef dari Southfront.org, Minggu (4/4/2021), menyebut kamp Al-Hawl menjadi bom waktu di bawah kontrol pemerintahan Kurdi di Suriah utara.

Kamp ini awalnya didirikan untuk menampung pengungsi Irak pada awal 1991 selama Perang Teluk II. Kemudian dibuka lagi setelah masuknya imigran Irak ke Suriah setelah invasi Irak 2003.

Al Hawl merupakan satu di antara tiga kamp pengungsi di perbatasan Suriah-Irak. Ketika ISIS dikalahkan, baik oleh pasukan Suriah maupun koalisi Kurdi dan AS beserta sekutunya, tempat ini jadi tujuan utama.  

Keluarga dan sisa-sisa petempur ISIS tidak punya pilihan selain mencari perlindungan di kamp Al-Hawl. Kamp di tengah gurun ini berada di pinggiran selatan kota Al-Hawl di Provinsi Hasakah, Suriah timur laut.

Awalnya, kamp ini menampung 10.000 orang. Sejak April 2019, jumlahnya meningkat tajam, mencapai sekitar 74.000 orang, termasuk 50.000 anak-anak.

Tidak semua penghuni kamp adalah keluarga militan ISIS. Pasca pertempuran di Al-Baghouz Fawqani, pertempuran terakhir pasukan SDF dan ISIS, banyak warga melarikan diri dari kamp ini.

Beberapa dari mereka yang berada di kamp adalah korban ideologi ekstremis ISIS, dan mereka diperangi, disiksa, dan dibunuh oleh sisa-sisa elemen organisasi yang tersebar di kamp tersebut.

Pengungsi ada yang menganut agama Yazidi. Kelompok ini dianggap bukan muslim, sehingga jadi sasaran hukuman mati ala ISIS.

Ancaman ISIS terhadap orang-orang di dalam kamp bukanlah omong kosong. Tercatat sudah ada 34 pembunuhan hanya tercatat selama tiga bulan pertama 2021.

Tidak hanya pembunuhan yang mengancam kamp. Memburuknya kondisi kehidupan dan ketidakamanan, kamp kini dalam keadaan kacau dan terancam.

Penduduk menderita baik dari ISIS atau dari kondisi kehidupan yang sulit seperti kelaparan dan kedinginan.

Pada 2019, seorang gadis meninggal akibat flu parah dan perawatan kesehatan yang buruk. Ini hanya satu di antara banyak kecelakaan kematian anak akibat memburuknya kondisi kesehatan dan cuaca.

UNICEF Serukan Pemulangan Anak-anak ISIS 

Inilah yang memaksa UNICEF menyerukan pemulangan anak-anak dan perempuan yang pernah menjadi warga negara barat dan Eropa, ke negara asalnya.

Pada saat yang sama pemerintah negara-negara tersebut menolak menerima mereka kembali karena takut akan penyebaran ideologi ekstremis di negara mereka.

Apalagi setelah muncul ketakutan anak-anak keluarga ini mulai memeluk ide Wahabi ISIS, dan mereka terdengar meneriakkan slogan ISIS di kamp.

Banyak remaja kamp menjadi ekstremis yang mungkin menjadi ancaman bagi negara kebangsaan mereka. .

Wakil Menteri Pertahanan AS Michael Mallory mengatakan dalam wawancaranya dengan Council on Foreign Relations banyak anak kamp mempelajari ideologi dan kepercayaan ISIS.

Kini mereka menghuni kamp dan hanya memiliki satu sudut pandang dan satu filosofi ala ISIS.  

Mallory mengklaim jika komunitas internasional tidak menemukan cara merehabilitasi dan mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat, maka generasi penerus mereka adalah ISIS baru.

Baru-baru ini SDF telah mengumumkan peningkapan lebih dari 100 anggota ISIS, termasuk mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan-pembunuhan di kamp.

Pernyataan disampaikan Ali Al-Hassan, juru bicara resmi pasukan keamanan SDF selama konferensi pers di markas besarnya di kota Al-Hawl.

Pada 4 April, 125 militan ditangkap, yang melakukan lebih dari 47 pembunuhan di dalam kamp sejak awal 2021.

Pada 31 Maret, pasukan SDF menangkap 70 anggota ISIS, termasuk hakim Syariah di kamp Al-Hawl. Ini adalah Abu Muhammad Al-Jumaili, warga negara Irak kelahiran Provinsi Anbar.

Ia sebelumnya bekerja sebagai hakim syariah di jajaran Al-Qaeda di Irak sebelum pindah ke Suriah untuk bergabung dengan organisasi ISIS sebagai hakim agama.

Menurut kantor berita Suriah, SANA, langkah ini dilakukan setelah SDF mengumumkan mereka menutup kamp Al-Hawl untuk persiapan operasi di dalam kamp.

Pasukan SDF merespon seruan tokoh-tokoh di kawasan itu untuk menyelamatkan sebagian pengungsi dari kebrutalan ekstremis Wahabi ISIS.

Pengamat kemanusiaan dan militer percaya teror ekstremis yang bertahan di kamp akan berdampak buruk pada upaya yang dilakukan perang melawan ISIS secara global dan di Suriah pada khususnya.

Pada 1 April, operasi keamanan-kemanusiaan skala besar Pasukan Demokratik Suriah (SDF) di kamp Al Hawl yang terkenal kejam di timur laut Suriah memasuki hari kelima.

Kelompok yang didukung AS itu mengumumkan para pejuangnya telah membersihkan bagian keenam dan delapan kamp.

Di lokasi ini terdapat sekitar 60.000 orang diinternir di sana. Sehari sebelumnya, pejuang SDF mengamankan seksi kelima. Lebih dari 1.400 tenda digeledah dan diamankan.

SDF tidak membagikan jumlah total tersangka yang ditangkap pada hari kelima. Namun, diumumkan seorang pemimpin ISIS Aljazair telah ditangkap.

Muhammad Abdul Rahman Sharif Dabakh, adalah komandan militer ISIS di kota al-Shadadi di selatan al-Hasakah. Di kamp al-Hawl, Dabakh mengumpulkan zakat untuk kegiatan terorisme.

Pada hari keempat operasi, SDF menangkap lebih dari 70 anggota ISIS, termasuk hakim kelompok teroris di Al-Hawl.

Banyak orang yang ditahan di kamp al-Hawl adalah kerabat pejuang ISIS atau tersangka anggota kelompok tersebut.

Operasi Pembersihan ISIS Tahap Pertama Berakhir 

Operasi yang sedang berlangsung, yang diluncurkan oleh SDF pada 28 Maret, dimaksudkan untuk mengamankan al-Hawl untuk selamanya.

Sekitar 6.000 pejuang dari SDF, pasukan keamanan Asayish dan Unit Perlindungan Wanita mengambil bagian dalam operasi tersebut.

Pada 2 April, Pasukan SDF menyelesaikan fase pertama operasi keamanan-kemanusiaan skala besar mereka di kamp al-Hawl yang terkenal kejam di timur laut Suriah.

"Kami berdiri di hadapan Anda hari ini untuk mengumumkan akhir tahap pertama dari operasi keamanan-kemanusiaan, yang berlangsung selama lima hari berturut-turut dan dilakukan secara profesional," kata Ali al-Hassan, juru bicara SDF.

Al-Hassan mengungkapkan 125 anggota ISIS ditangkap selama operasi tersebut. Sebanyak 20 dari mereka memimpin sel-sel kelompok dan memerintahkan pembunuhan di dalam kamp al-Hawl.

Juru bicara tersebut mengakui ancaman ISIS masih ada di kamp tersebut. Dia meminta komunitas internasional untuk mendukung pekerjaan SDF untuk mengamankan kamp.

"Meskipun kami menangkap banyak sel tidur di kamp, ​​termasuk komandan senior, bahayanya belum berakhir," kata al-Hassan.

“Komunitas internasional harus menganggap kamp Al-Hawl sebagai dilema internasional, dan harus menemukan solusi yang tepat yang akan membuat semua negara mengambil kembali warga mereka dari penghuni kamp ke tanah air mereka.”

SDF tidak memberikan perincian tentang kapan mereka dapat meluncurkan fase kedua dari operasi keamanan-kemanusiaan di kamp Al-Hawl.

Operasi tersebut tidak akan mengakhiri pengaruh ISIS di kamp al-Hawl seperti yang diakui oleh SDF sendiri. Namun, situasi di kamp kemungkinan besar akan membaik untuk jangka pendek.(Tribunnews.com/Southfront.org/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini